Diare hingga Sembelit, Ini 6 Masalah Saluran Cerna Rentan Terjadi pada Anak Usai Lebaran

Gangguan masalah pencernaan kerap terjadi pada anak usai libur Lebaran. Diare, sembelit hingga keracunan makanan kerap terjadi usai Lebaran.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 12 Mei 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi Sakit Perut atau diare pada anak

Liputan6.com, Jakarta Lebaran dapat membuat seorang anak mengalami perubahan pola kehidupan sehari-hari. Hal ini berimbas terjadi gangguan pada saluran cerna. Mulai dari makanan yang tidak terjaga kebersihannya, lalu mengonsumsi makanan alergen hingga stres saat Lebaran bisa bikin anak alami gangguan saluran pencernaan.

"Biasanya pola di rumah, rutin, sudah teratur anak itu. Tidur jam berapa, bangun jam berapa, mandi, sarapan, snack itu sudah diatur sedemikian rupa dan anak itu sudah established," kata dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi Muzal Kadim.

"Tiba-tiba terjadi gangguan polanya, perubahan. Mungkin kalau ke luar kota, nginep, mudik. Itu (gangguan cerna) pasti terjadi."

Muzal menjelaskan penyakit 'langganan' pada anak usai libur Lebaran biasanya adalah diare, sakit perut, muntah, konstipasi/sembelit. Lalu intoleransi makanan hingga keracunan makanan.

1. Diare

Diare terbagi menjadi tiga jenis ada diare akut (kurang dari 14 hari), diare persisten (lebih dari 14 hari), dan disentri (diare disertai darah).

"Nah, kalau pasca-Lebaran ini yang banyak ya diare akut. Sebelum Lebaran enggak diare, tapi pas Lebaran makan macam-macam lalu kondisi tubuh turun, tertular dari anak lain atau sepupu atau berkunjung ke keluarga lain ya bisa saja," kata pria yang juga ketua UKK Gastrohepatologi IDAI ini dalam seminar pada Selasa (10/5/2022).

Kondisi disebut diare itu bila buang air besar lebih sering dari biasanya yakni lebih dari tiga kali dalam sehari. Lalu, feses lebih lembek dari biasanya.

"Normalnya BAB maksimal 3 kali sehari, kalau lebih dari itu ya itu diare. Tapi ya dilihat juga ya kalau biasanya memang tiga kali sehari dan bentuknya normal ya bisa dikatakan tidak diare. Nah, kalau diare selain lebih lembek, juga berbau busuk, menyengat dan ada lendir," kata Muzal.

"Biasanya ibu yang lebih paham ya perubahan ini," katanya.

Penyebab diare bisa virus, bakteri dan parasit lanjut Muzal. Bila menilik data WHO 2022 memang rotavirus penyebab diare paling sering.


2. Sakit Perut

Sakit Perut pada Anak

Sakit perut akut rentan terjadi pasca Lebaran pada anak. Ini adalah suatu kondisi sakit perut yang timbul mendadak, membutuhkan diagnosis cepat dan tatalaksana segera.

Bila sakit perut lebih dari dua jam allau ada perdarahan, lalu muntah hebat apalaig kalau sudah muntah hijau itu sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit.Bila sakit perut fungsional atau berulang, biasanya anaknya sering sakit perut berilang bolak balik ke dokter anak ini terjadi pada anak 6 tahun ke atas. Faktor psikologis ini bisa menimbulkan gangguan fungsional.

"Sebenarnya organnya engak apa-apa tapi ada gangguan fungsional terkait psikis. Mungkin karena perubahan pola saat Lebaran, pola makan berubah," kata dia.

3. Muntah

Muntah sendiri bukan penyakit tapi refleks atau gejala dari penyakit yang memicu. Muzal menyebutkan pemicunya ada banyak macam mulai dari gastroenteritis, ISPA, dispepsia. ISPA, keracunan makanan, intoleransi makanan hingga alergi makanan.

"Gastroenteritis atau peradangan pada lambung bisa bikin muntah ya," katanya.

 


4. Konstipasi

Ilustrasi toilet. Sumber foto: unsplash.com/Giorgio Trovato.

4. Konstipasi

Disebut konstipasi bila BAB kurang dari dua kali per minggu. Anak kerap menahan BAB, lalu BAB keras dan nyeri. Biasanya ini lebih ada faktor psikologis.

"Pada Lebaran ini bisa jadi kambuh ini susah BABnya. Bisa karena perubahan kehidupan. Toilet berbeda dari rumah bisa menimbulkan ketakutan pada anak yang tadi di rumah sudah rutin BAB tiba-tiba pindah," kata Muzal.

Lalu, bisa jadi anak menahan BAB karena ingat rasa sakit saat dulu BAB. Hal ini membuat anak jadi menahan BAB yang sebenarnya sudah ingin keluar tapi ditahan.

5. Intoleransi Laktosa dan Alergi Makanan

Pada saat Lebaran berlimpah makanan dengan kandungan susu. Pada sebagian anak, bila mengonsumsi sesuatu mengandung susu dalam jumlah sedikit tidak masalah namun ketika banyak kue dan makanan lain yang disantap mengandung susu bisa menimbulakn intleransi laktosa.

"Pada saat Lebaran banyak sekali makanan mengandung susu. Lalu, belum minum susu. Kan kadang saat liburan anak jadi tidak mau makan, orangtua biasanya memberikan susu banyak saja kepada anak. Akhirnya timbul kembang, muntah, dan intoleransi laktosa," katanya.

Muzal juga menceritakan bahwa kerap muncul alergi makanan saat Lebaran. Hal ini karena tidak mengontrol makanan yang ada di depannya. Mungkin anak alergi protein, sea food atau kacang tapi banyak makanan Lebaran mengandung komponen itu.

 


Keracunan Makanan

Ilustrasi/copyright shutterstock.com/Eakphum

Kondisi ini biasanya karena makanan tercemar oleh bakteri atau parasit. Lalu, ada juga makanan kedaluwarsa misal makanan kemasan.

"Misal enggak sempat liat tanggal kedaluwarsa pada minuman atau makanan kaleng langsung diminum, itu mengandung toksin," katanya.

Lalu, sayuran yang tidak diolah dengan baik bisa mengandung toksin bakteri yang bisa memicu keracunan makanan.

Kemudian, anak juga bisa mengalami keracunan makanan bila mengonsumsi makanan yang belum matang sempurna. Misalnya telur setengah matang. 

Keracunan juga bisa karena produk berbahaya seperti produk pembersih lantai atau sabun. Saat di rumah mungkin sudah diletakkan di tempat yang jauh dari jangkauan anak tapi ketika pergi ke rumah saudara atau nenek, hal itu bisa dijangkau anak.

"Gejala bila anak keracunan makanan adalah muntah, kram perut, lemas, kadang-kadang demam, lalu pada toksin tertentu bisa sampai bikin penurunan kesadaran," katanya.

 

 

 

Infografis Indonesia Sumbang Sampah Plastik Terbesar Kedua Sejagat. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya