Sarjana Teknik Kimia Tidur di Bilik Telepon Selama Sebulan Bersama Anjingnya Saat Lockdown Shanghai

Seorang sarjana teknik kimia tinggal di bilik telepon di Shanghai akibat tidak mendapat pekerjaan akibat lockdown Covid-19

oleh Komarudin diperbarui 12 Mei 2022, 12:27 WIB
Seorang perempuan tinggal di bilik telepon di Shanghai akibat tak dapat pekerjaan akibat lockdown Covid-19 (dok. YouTube/Avatar_Tian)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus Covid-19 yang melanda Shanghai menyisakan cerita duka. Seorang sarjana teknik kimia terpaksa harus tinggal di bilik telepon umum selama sebulan dengan anjingnya di tengah penguncian Covid-19 yang ketat di kota itu.

Ia terpaksa melakukan itu, setelah mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan di tengah penguncian ketat di Shanghai. Menurut majalah Esquire China, yang menerbitkan buku harian foto wanita itu, seorang wanita berusia 50-an yang tidak disebutkan namanya tinggal di rumah kecil itu bersama anjingnya selama hampir selama April 2022, dikutip dari Insider, Rabu, 11 Mei 2022.

Dalam serangkaian gambar – sebagian besar bersumber dari penduduk setempat, wanita itu terlihat ditempatkan di bilik telepon warna merah. Ia menggantung pakaiannyadi pepohonan dan bermain dengan anjingnya.

Pada 29 Apri 2022 lalu, otoritas setempat mengusirnya. "Pada akhirnya, wanita di bilik telepon itu tidak membawa barang-barangnya. Dia hanya memeluk anak anjingnya, berjalan tanpa alas kaki, dan menuju ke selatan," tulis majalah tersebut.

Kisah tersebut langsung viral di media sosial. Tagar "Wanita Shanghai dan anjingnya tinggal di bilik telepon selama sebulan" mengumpulkan 60 juta tampilan di platform Weibo. "Begitu sulitkah untuk tinggal di Shanghai?" tanya seorang pengguna Weibo.

Ketika kemarahan publik terus meningkat atas penanganan Covid-19 yang kacau oleh pihak berwenang di pusat keuangan 26 juta itu, kisah wanita itu menyoroti tantangan tambahan yang harus dihadapi orang miskin. Dengan kota yang terhenti karena penguncian yang ketat, banyak pekerja migran tidak dapat mendapatkan pekerjaan untuk membayar makanan atau tempat tinggal.

"Hidup sudah cukup sulit bagi kita saat ini, dan kita punya tempat tidur. Bagaimana dengan orang-orang di jalanan ini?" komentar seorang pengguna Weibo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Keliling Shanghai Selama 20 Tahun

Seorang perempuan tinggal di bilik telepon akibat tak mendapat pekerjaan karena lockdown di Shanghai (dok. YouTube/Avatar_tian)

Menurut outlet berita negara China Youth Daily, yang bertemu dengan wanita itu untuk wawancara minggu lalu, penduduk asli Provinsi Shandong sekarang tinggal di tempat seorang teman.

“Saya memilih untuk tinggal di bilik telepon karena sangat sepi di sana. Meski hanya satu meter persegi, gratis dan tidak perlu membagikannya kepada orang lain. Saya cukup menyukainya,” katanya kepada outlet tersebut.

Dia juga mengatakan ada soket listrik di dekatnya sehingga dia bisa mencolokkan ketel listriknya untuk merebus air untuk memasak mi instan, dan mencuci rambutnya. Toilet umum ditutup, jadi dia pergi ke kamar mandi dengan kantong plastik hitam yang diberikan kepadanya oleh petugas kebersihan.

Wanita itu mengatakan kepada outlet itu bahwa dia telah tinggal dengan cara keliling di Shanghai selama 20 tahun terakhir. "Saya lulusan sarjana teknik kimia, dan pernah bekerja di bisnis ekspor beberapa tahun lalu," tambah wanita yang saat ini menganggur.

 


Hidup Sederhana

Seorang perempuan tinggal di bilik telepon akibat tak mendapat pekerjaan karena lockdown di Shanghai (dok. YouTube/Avatar_tian)

"Saya hanya orang yang sangat sederhana. Hidup saya tidak buruk sekarang. Saya punya makanan, saya berpakaian hangat, dan saya sehat. Tes Covid saya juga baik-baik saja," kata dia.

Shanghai, yang pertama kali dikunci pada akhir Maret 2022. Kemudian, pihak Shanghai memperbarui pembatasan  setelah secara singkat mengizinkan penduduk di lingkungan tertentu untuk berjalan-jalan atau berbelanja di dekatnya. Pemberitahuan di seluruh kota telah memerintahkan penduduk untuk tinggal di rumah lagi.

"Setiap saat, mereka mengatakan penguncian akan dilonggarkan setelah beberapa hari, tetapi tampaknya tidak ada akhir," kata seorang penduduk bermarga Lu kepada Associated Press.

Pejabat kesehatan China telah mendukung apa yang mereka sebut sebagai kebijakan "dinamis" "nol-Covid". Itu berarti penguncian cepat, pengecekan Covid-19 massal, dan pembatasan perjalanan setiap kali cluster baru muncul.

Pada Senin, 9 Mei Shanghai mencatat 2.780 kasus tanpa gejala dan 234 kasus bergejala. Keterangan itu berdasarkan keterangan Komisi Kesehatan Kota Shanghai.


Tidur di Toilet

Ilustrasi bidet toilet. Renee Verberne/ Unsplash

Sebelumnya, seorang petugas kebersihan di Shanghai, China, menghabiskan empat malam berturut-turut tidur di toilet umum. Hal itu untuk memastikan fasilitas tersebut tetap berfungsi untuk kompleks perumahan yang terkunci dengan banyak flat yang tidak memiliki kamar mandi pribadi.

Majikan Li Chunqiao, Shanghai Yangpu Environment Development Co., mengatakan dia tertangkap kamera saat bekerja dan harus tidur di toilet dari 17 hingga 21 Maret 2022. Saat itu kompleks tersebut dikunci setelah pihak berwenang menemukan kasus virus corona di kompleks perumahan, dilansir dari AsiaOne, Sabtu, 2 April 2022.

Dua bangunan di kompleks dibangun tanpa kamar mandi pribadi pada 1950-an. Oleh karena itu, penduduk bergantung pada kamar kecil umum.

“Karena penghuni tidak bisa meninggalkan flat mereka, lebih banyak orang harus menggunakan kamar kecil ini. Banyak juga tenaga medis dan relawan yang menggunakan fasilitas tersebut,” ujarnya. Li mengatakan dia mendisinfeksi toilet setiap 30 menit. Kegiatan tersebut dia lakukan ketika toilet buka antara pukul lima pagi hingga pukul 10 malam.

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya