Kasus COVID-19 Hari Ini Muncul di Korea Utara, Begini Reaksi Kim Jong-un

Korea Utara akhirnya secara resmi mencatat kasus Virus Corona COVID-19. Korsel siap bantu.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Mei 2022, 10:57 WIB
COVID-19 muncul di Korea Utara. Ekspresi Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un saat memantau latihan militer Korea Utara di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara mengumumkan kasus pertama varian Omicron dari COVID-19 pada Kamis (12/5/2022). Ini adalah pertama kalinya Korea Utara secara resmi mengumumkan kasus virus corona setelah pandemi sejak 2020.

Dilaporkan Yonhap, Korut kini menerapkan "darurat maksimal" untuk mengendalikan Virus Corona ini.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, telah membahas kasus ini dalam pertemuan politburo. Menurut Korean Central News Agency (KCNA), Kim menyebut hal ini sebagai keadaan darurat.

Kim Jong-un berjanji untuk mengatasi krisis ini dan meminta masyarakat agar menghindari rasa takut yang tidak sesuai sains, serta tetap teguh.

"Musuh yang lebih berbahaya bagi kita ketimbang virus berbahaya ini adalah rasa takut yang tak sesuai sains, kurangnya kepercayaan dan lemahnya tekad," kata Kim Jong-un.

Lockdown

Kim Jong-un juga memerintahkan lockdown ketat di semua kota dan kabupaten di seluruh penjuru Korea Utara agar membendung penyebaran virus corona.

Ia juga meminta agar perbatasan-perbatasan negara dijaga dengan ketat, baik itu udara dan laut.

Jenis virus yang dideteksi adalah varian omicron BA.2. Ada sejumlah pasien yang terkena demam. KCNA tidak mendetail berapa jumlah kasusnya, tetapi pasien lebih dari satu.

Kim Jong-un optimistis bahwa negaranya bisa melalui datangnya COVID-19, sebab warganya sudah memiliki kesadaran tinggi untuk melawannya virus ini. Sebelumnya, Korea Utara juga telah mengikuti protokol kesehatan dengan memakai masker, namun ada juga acara-acara nasional di negara itu yang pesertanya tidak pakai masker.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


China Juga Lockdown

Seorang perempuan mengenakan masker berkendara melintasi persimpangan yang tenang di kawasan pusat bisnis saat perintah bekerja dari rumah di distrik Chaoyang, Beijing, Rabu (11/5/2022). Shanghai pada Rabu menegaskan kembali akan mempertahankan pendekatan “nol-COVID” pengendalian pandemi, sehari setelah kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kebijakan itu tidak berkelanjutan dan mendesak China mengubah strategi. (AP Photo/Andy Wong)

Kasus COVID-19 varian Omicron melonjak di Ibu Kota China, Beijing sejak April 2022. Pemerintah Tiongkok pun kembali memberlakukan penguncian wilayah atau lockdown di sejumlah tempat.

Beberapa staf Kedutaan Besar RI di Beijing terkena dampak penguncian wilayah tersebut. "Beberapa staf yang mengalami kendala karena lingkungannya dikarantina atau kesulitan akses diperbolehkan WfH (bekerja dari rumah)," kata Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Beijing, Dewi Avilia, Rabu (11/5/2022).

Beberapa wilayah ibu kota, khususnya Distrik Chaoyang yang menjadi tempat berlokasinya KBRI Beijing termasuk rumah tinggal beberapa staf, lockdown sejak 22 April. Per 1 Mei 2022, otoritas setempat mengeluarkan kebijakan bekerja dari rumah, melarang makan dan minuman di restoran atau kafe, dan menutup sejumlah sekolah dan tempat hiburan di Distrik Chaoyang.

"Namun KBRI tetap buka seperti biasa, tidak ada WfH," ujar Dewi.

KBRI Beijing juga menggelar tes PCR COVID-19 secara massal untuk staf dan keluarganya setiap hari sebagaimana instruksi otoritas kesehatan setempat pada semua warga yang tinggal di Distrik Chaoyang.

Tidak semua kawasan di Distrik Chaoyang yang dikunci aksesnya. KBRI Beijing yang berada di Dongzhimen Wai Dajie No 4 berada di wilayah yang tidak dikunci.


WFH

Orang-orang berjalan melewati toko-toko yang tutup di kompleks pusat perbelanjaan di Beijing, China, Selasa (10/5/2022). Jutaan orang di Beijing tinggal di rumah pada 9 Mei ketika Ibu Kota China tersebut mencoba untuk menangkis wabah COVID-19 dengan pembatasan pergerakan. (Jade GAO/AFP)

Seorang staf KBRI yang tinggal di kawasan Panjiayuan sejak sebelum musim liburan Hari Raya Idul Fitri beberapa waktu lalu harus bekerja dari rumah sampai sekarang karena wilayah tersebut dikunci dan dikategorikan sebagai zona berisiko tinggi.

Beberapa staf lainnya yang tinggal di kawasan Shuangjing dan Jinshong juga terpaksa bekerja dari rumah karena penguncian wilayah itu.

Pada 1 Mei itu pula sedikitnya 60 stasiun kereta metro bawah tanah (MRT) di Beijing ditutup total, seperti dilansir Antara. Demikian halnya dengan halte bus di sekitar 60 stasiun tersebut juga ditutup.

MRT dan bus tetap beroperasi, namun tidak berhenti di stasiun atau halte yang ditutup tersebut.

Otoritas China mewajibkan karantina bagi semua penghuni satu blok apartemen meskipun terdapat satu kasus kontak dekat. Sejauh ini tidak ada laporan mengenai kasus positif yang terjadi pada staf KBRI Beijing, namun mereka yang bekerja dari rumah itu karena terkena kewajiban karantina setelah ditemukan kasus kontak dekat di blok apartemennya.

Di Beijing terdapat 586 kasus COVID-19 sejak ditemukan klaster baru di salah satu sekolah di Distrik Chaoyang pada pertengahan April 2022.


Pemerintah Indonesia Minta Masyarakat Tetap Pakai Masker

Peserta mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) gelombang pertama di Kampus Fakultas Teknik UPN Veteran Jakarta, Cinere, Depok, Jawa Barat, Minggu (5/7/2020). UTBK 2020 salah satu syarat bagi calon mahasiswa yang mendaftar melalui SBMPTN. (merdeka.com/Arie Basuki)

Selama musim lebaran, tidak kurang dari 80 juta orang melakukan perjalanan mudik. Selama musim liburan berlangsung, penyebaran virus Corona juga semakin terkendali dan tidak terjadi lonjakan kasus yang tinggi.

”Alhamdulillah penanganan Covid-19 sudah landai. Walaupun yang mudik lebih dari 80 juta orang, namun dari indikasi yang dimonitor sampai hari ini tidak ada lonjakan kasus,” tutur Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Green Economy Indonesia Summit 2022 yang diselenggarakan oleh Warta Ekonomi, Rabu (11/05).

Meski demikian, Airlangga menegaskan penggunaan masker tetap wajib dilakukan masyarakat. Termasuk dengan penerapan protokol kesehatan dan mendorong percepatan vaksin booster di tingkat masyarakat.

”Lesson learn dari Covid-19 adalah 3 kunci yang kita harus siap, terutama untuk penyakit yang berbasis paru-paru, yaitu masker, social distancing dan bagaimana men-deploy vaksin secepat-cepatnya nya,” tegas Menko Airlangga.

Berkat penanganan virus uang terkendali, kata Airlangga juga telah membuahkan hasil. Dari dua tahun menangani pandemi kuartal pertama tahun 2022 ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen (yoy).

Pertumbuhan ini lebih tinggi dari berbagai negara lain termasuk China dan Amerika Serikat. Bahkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lagi berasal dari belanja pemerintah. Bahkan sektor produksi juga terus menunjukkan ekspansinya dan tercermin dari PMI manufaktur yang terus tumbuh positif.

”Salah satu yang menjadi engine of growth ekonomi kita di Q1 yang menggembirakan adalah tidak lagi dari belanja Pemerintah tetapi dari kegiatan ekspor, impor, dan investasi yang dilakukan oleh masyarakat," kata dia.

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya