Liputan6.com, Semarang - Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sedang menjadi perhatian nasional. Beberapa daerah yang sudah terpapar wabah tersebut terus berupaya menanggulangi, terutama dari sisi mitigasi, termasuk persebaran ke area lain.
Di area Jawa Tengah, seperti dirilis situs resmi kepolisian RI, terindikasi ada 15 ekor sapi terjangkit PMK, tepatnya di Kecamatan Mojosongo, Boyolali. Hal itu terjadi, karena pemilik hewan sempat membeli dua ekor sapi di wilayah Pracimantoro tanpa dilengkapi dokumen kesehatan.
Advertisement
Saat ini, Dinas Kesehatan Hewan Boyolali sudah melakukan tindakan pengobatan dan pemantauan serta isolasi sapi yang terpapar PMK. Tak ingin kecolongan, pihak Kepolisian Daerah atau Polda Jateng, ikut aktif memberikan pengawasan dan mitigasi.
Satu di antara cara yang efektif karena langsung mengena ke masyarakat adalah memaksimalkan personel bhabinkamtibmas. Kapolda Jateng, Irjen Pol. Ahmad Luthfi mengatakan, pihak kepolisian telah mengambil langkah mengantisipasi PMK di seluruh kabupaten dan kota.
Namun, belum sampai membentuk satuan khusus menangani persoalan tersebut. Ahmad Luthfi menegaskan akan mengawal dan memantau persebaran PMK. Ia bisa mengambil tindakan intensif jika ada indikasi peningkatan kasus.
Menurut jenderal bintang dua ini, peran bhabinkamtibmas dan bhabinsa dari TNI sangat krusial. Fungsi utamanya adalah memberikan penerangan kepada masyarakat tentang bahaya PMK tersebut.
Simak Video Menarik Ini
Lintas Sektoral
“Kita kerja sama lintas sektoral, dan kita punya dokkes juga. Polri akan selalu mengawal kegiatan ini sehingga tidak merembet ke daerah yang lain. Para bhabinkamtibmas memberikan penerangan kepada masyarakat, mana kala itu terjadi fluktuatif di wilayah Jawa Tengah,” sebut Ahmad Luthfi.
Eks Kapolresta Surakarta ini mengatakan, sesuai arahan Mabes Polri, pihak kepolisian melakukan upaya mitigasi guna pencegahan penyebaran PMK. Upaya tersebut mendapat sinergi dari Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Secara khusus, Ganjar menginstruksikan jajarannya menjaga lalu lintas hewan ternak di daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Menurut Ganjar, langkah pencegahan penting dilakukan sebagai upaya bersama dalam mewaspadai penyakit mulut dan kuku (PMK) yang saat ini tersebar di Provinsi Aceh dan Jatim.
Ganjar menyebut, penularan PMK bukan tidak mungkin masuk ke wilayah Jawa Tengah apabila pengawasan dan kerjasama antar pihak tidak dilakukan secara baik. "Kami siap-siap di Jawa Tengah karena bisa saja PMK bergeser dari Jawa Timur. Kita jaga transportasi lalu lintas hewan kita," katanya.
Sebelumnya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) meminta semua kepala daerah di Indonesia mengatur pergerakan ternak. Hal itu terutama merujuk kasus dari dua daerah, yakni Jawa Timur dan Aceh.
Advertisement