Wapres Ma'ruf Amin Ungkap Strategi Menurunkan Angka Stunting 3 Persen

Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkapkan, pemerintah telah menyusun sejumlah strategi agar dapat mencapai target penurunan angka stunting sebesar tiga persen pada 2022.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 13 Mei 2022, 11:00 WIB
Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dalam pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) MES tahun 2021

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkapkan, pemerintah telah menyusun sejumlah strategi agar dapat mencapai target penurunan angka stunting sebesar tiga persen pada 2022.

"Kita ingin 2024 itu (angka) 'stunting' sampai pada level 14 persen, sekarang sudah di angka 24 persen untuk 2021. Sudah ada penurunan dan kita harap pada 2022 ini ada penurunan 3 persen," kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin seusai memimpin rapat koordinasi di Istana Wakil Presiden Jakarta, dikutip Antara

Wapres Ma'ruf Amin memimpin Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stuntinf (TPPS) Pusat yang juga dihadiri oleh menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko dan pejabat terkait lainnya.

"Dan ini perlu koordinasi, konvergensi semua kelembagaan termasuk juga pengaturan pendanaannya dari berbagai kementerian dan lembaga. Dari pertemuan ini kita harapkan ada percepatan karena intervensi-intervensi yang dilakukan dan berbagai lembaga bisa efekti dan tepat sasaran," tambah Wapres.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Wapres menyebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilakukan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi "stunting" di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada tahun 2018.

"Tetapi tantangan kita itu cukup berat karena bagaimana yaitu mencapai target stunting dalah Peraturan Presiden No 72 tahun 2021 yang berisi soal penguatan aspek intervensi dan sensitivitas melalui pendekatan keluarga, aspek pemantauan dan evaluasi terpadu, aspek pendanaan melalui optimalisasi beragam sumber anggaran, serta aspek kelembagaan melalui pembentukan tim percepatan penurunan stunting dari pusat hingga ke desa atau kelurahan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


4 Strategi yang dilakukan

Strategi pertama, kata Wapres, karena targetnya harus 3 persen sehingga intervensi spesifik dan sensitif perlu tepat sasaran serta didukung data sasaran yang lebih baik dan terintegrasi.

"Pembentukan  Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan tingkat implementasinya hingga di tingkat posyandu," tambah Wapres.

Kedua, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai ketua tim pelaksana TPPS, perlu didukung seluruh kementerian dan lembaga terkait, selain itu perlu dipastikan agar RAN PASTI (Rencana Aksi Nasional Penurunan Angka Stunting Indonesia) digunakan sebagai pedoman penurunan stunting," ungkap Wapres.

Ketiga, alokasi anggaran penurunan stunting pada anggaran 2022 melalui APBN, APBD, dan anggaran desa perlu dioptimalkan.

"Kebutuhan anggaran penurunan stunting perlu dihitung lagi dikalkulasi laggi dikonsolidasikan agar lebih efektif dan efisien," ungkap Wapres.

Keempat, penurunan stunting agar difokuskan pada daerah-daerah yang prevalensi tinggi melalui pendanaan yang terkonsolidasi dan terpadu sehingga lebih efektif dan efisien.

"Selain NTT, Sulawesi Barat, dan Aceh ada juga tujuh provinsi lain yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, NTB dan Papua ini yang perlu mendapat perhatian," tegas Wapres.


Tugas BKKBN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengemban tugas baru sebagai Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Angka Stunting di Indonesia.

BKKBN juga bekerjasama dengan Universitas YARSI dan BAZNAS dalam Peningkatan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga bagi Keluarga Akseptor KB Lestari MKJP dan Keluarga Akseptor KB Mandiri MKJP di Kampung KB secara komprehensif dan terintegrasi lintas sektor guna meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga, melalui Poktan UPPKA.

Rektor Universitas YARSI Prof. Fasli Jalal mengatakan, "Stunting adalah sebuah kondisi, di mana tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umurnya (yang seusia). Hal itu disebabkan kurangnya asupan gizi yang diterima saat masih dalam kandungan (janin) dan setelah lahir (bayi) terutama di 1.000 hari pertama kehidupan".

“Pada masa-masa itu sangat dibutuhkan asupan gizi yang cukup dan seimbang agar anak terbebas dari masalah stunting yang berakibat terganggunya pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak di masa selanjutnya", imbuh Fasli, seperti dikutip dalam keterangan pers, Sabtu (9/4/2022).

Fasli juga menyebutkan, "Masa remaja putri sangat rentan kekurangan nutrisi dan mineral salah salah satunya kekurangan zat besi saat remaja putri telah mengalami menstruasi. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan asupan gizi dan bisa ditunjang dengan asupan suplemen zat besi", terangnya.


Edukasi orang tua

Universitas Yarsi juga telah bersinergi dengan pemerintah daerah melakukan penanganan stunting dengan beberapa program.

Salah satu program yang dilakukan adalah edukasi kepada orang tua balita stunting dalam pemberian asupan gizi. "Dari banyak protein hewani, telurlah yang mudah dicerna, untuk itu kami memberikan asupan protein dari telur untuk keluarga yang berpotensi memiliki anak stunting,” ungkapnya.

Fasli menjelaskan, kebutuhan normal untuk satu orang balita stunting dalam satu hari yaitu 1 gram/ 1kg berat badan balita. Pihaknya mengajarkan berbagai olahan makanan yang berbahan telur. "Khawatir bosan setiap hari bisa diolah dengan produk lain, yang terpenting ada masukan protein hewani, kita ajari orang tuanya sehingga variatif dalam mengolah telur", terang Fasli.

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya