IHSG Rontok Ikuti Bursa Saham Asia, Aksi Jual Investor Asing Sentuh Rp 721 Miliar

Pada penutupan perdagangan, Kamis, 12 Mei 2022, IHSG merosot 3,17 persen ke posisi 6.559,84.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Mei 2022, 16:03 WIB
Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan makin merosot pada perdagangan Kamis, (12/5/2022). Investor asing pun masih melakukan aksi jual saham yang masif.

Pada penutupan perdagangan, IHSG merosot 3,17 persen ke posisi 6.559,84. Indeks LQ45 melemah 3,13 persen ke posisi 993,34.

Seluruh indeks acuan tertekan. Pada Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.802,32 dan terendah 6.576,30. Sebanyak 480 saham melemah sehingga menekan IHSG. 97 saham menguat dan 112 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.464.451 kali dengan volume perdagangan 24 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 18,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 721,36 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di posisi 14.582.

Seluruh sektor saham tertekan. Indeks sektor saham IDXtechno merosot 4,65 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXbasic melemah 3,31 persen dan indeks sektor saham IDXnonsiklikal merosot 3,12 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, saham masih dikatakan investasi yang menarik seiring koreksi yang terjadi normal adanya. Hal ini karena dari awal tahun IHSG sudah naik signifikan.Secara year to date, IHSG naik 3,57 persen hingga penutupan perdagangan Rabu, 11 Mei.

Adapun sektor saham yang menarik untuk dicermati pelaku pasar yaitu sektor konsumer sebagai penyeimbang IHSG. Penguatan sektor saham konsumer ini karena ada rotasi saham dan laporan keuangan yang bagus. “Sektor rotasi dan dari beberapa rilis laporan keuangan nya bagus,” kata dia.

Herditya prediksi, IHSG masih rawan koreksi pada perdagangan Jumat, 13 Mei 2022. IHSG akan uji 6.540 tetapi IHSG juga berpeluang naik. “Namun tidak menutup kemungkinan menguat terlebih dahulu ke 6.650,” ujar dia.

Ia menilai, koreksi IHSG masih wajar karena bursa saham Amerika Serikat saja selama sepekan terkoreksi berturut-turut dan Indonesia terkena lagging period karena ada libur Lebaran pekan lalu.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Top Gainers-Losers dan Aksi Investor Asing pada Penutupan 12 Mei 2022

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

-Saham SULI naik 31,73 persen

-Saham MITI naik 22,93 persen

-Saham SGER naik 17,82 persen

-Saham INDX naik 17,12 persen

-Saham KKGI naik 14,46 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham NANO melemah 8,47 persen

-Saham FLMC melemah 7,32 persen

-Saham SOSS melemah 6,99 persen

-Saham SKLT melemah 6,98 persen

-Saham MPMX melemah 6,98 persen

 

Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:

-Saham ADRO senilai Rp 168,3 miliar

-Saham BMRI senilai Rp 113,5 miliar

-Saham ASII senilai Rp 65,7 miliar

-Saham ANTM senilai Rp 57,1 miliar

-Saham EMTK senilai Rp 56,4 miliar

 

Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:

-Saham BBCA senilai Rp 806,6 miliar

-Saham BBRI senilai Rp 149,7 miliar

-Saham BBNI senilai Rp 95,6 miliar

-Saham TBIG senilai Rp 76,4 miliar

-Saham MDKA senilai Rp 46,2 miliar


Bursa Saham Asia Rontok

Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Kamis, 12 Mei 2022 seiring saham teknologi alami aksi jual. Hal ini mengikuti wall street semalam. Koreksi wall street terjadi setelah indeks harga konsumen pada April dekati level tertinggi dalam 40 tahun.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng teknologi melemah 3,84 persen menjadi 3.864,95. Saham Alibaba merosot 6,6 persen dan saham Meituan tergelincir 2,73 persen. JD.com anjlok 7,78 persen.

Saham teknologi di Taiwan juga merosot. Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Company susut 3,07 persen dan saham Pegatron merosot 1,17 persen.

Saham Softbank anjlok 8,03 persen. Saham Kakao susut 5,5 persen dan Krafton merosot 1,95 persen. Di Hong Kong susut 2,24 persen ke posisi 19.380,34. Indeks Taiwan Taiex melemah 2,43 persen ke posisi 15.616,68.

 


Imbas Kebijakan the Fed dan Inflasi

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham China juga terperosok ke zona merah. Indeks Shanghai melemah 0,12 persen ke posisi 3.054,99. Indeks Shenzhen turun 0,13 persen ke posisi 11.094,87.

“Kami tidak perlu pesimistis terhadap saham China saat ini,” ujar Head of Greater China Equity Research Credit Suisse Wealth Management, Selina Sia dilansir dari CNBC, Kamis, 12 Mei 2022.

Ia menuturkan, pihaknya melihat kasus di Shanghai sudah mencapai puncaknya. “Mudah-mudahan omicron bisa dikendalikan lebih cepat, tetapi kami melihat tanda-tanda positif di sana,” kata dia.

Indeks Nikkei melemah 1,77 persen ke posisi 25.748,72. Indeks Topix merosot 1,19 persen menjadi 1.829,18. Indeks Kospi melemah 1,63 persen ke posisi 2.550,08. Indeks Australia ASX 200 merosot 1,75 persen ke posisi 6.941. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 2,48 persen.

“Kami pikir di saham Eropa dan Amerika Serikat hadapi pengetatan bank sentral dan hambatan pertumbuhan yang lebih besar dari pada Jepang dan Asia,” kata Chief Investment Officer Nomura, Gareth Nicholson.

“Asia memiliki China yang mendukung mereka, Jepang memiliki bank sentral yang sangat dovish,” ia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya