Liputan6.com, Jakarta Kasus hepatitis akut yang kini merebak di beberapa negara termasuk Indonesia disebut sebagai hepatitis akut yang misterius.
Bukan tanpa alasan, sebutan tersebut disematkan lantaran hepatitis ini berbeda dengan hepatitis yang sudah ada sebelumnya yakni hepatitis A, B, C, D, dan E.
Advertisement
Terkait hal tersebut, dokter spesialis anak ahli pencernaan dan hati dari Rumah Sakit EMC Sumardi Fransiskus menjelaskan perbedaan antara hepatitis akut dan hepatitis yang sudah ada.
Menurutnya, orang yang terkena hepatitis A, B, C, D, dan E ketika dites maka akan positif dengan virus-virus penyebabnya. Namun pada hepatitis akut, pasien akan menunjukkan hasil negatif dari seluruh jenis hepatitis yang ada.
“Membedakan hepatitis yang ada dengan hepatitis yang sekarang (hepatitis akut), itu setelah kita tes hepatitis A, B, C hasilnya negatif,” kata Sumardi dalam Liputan6 Update edisi Rabu (11/5/2022).
“Ciri lainnya, kecepatannya cepat sekali seperti kasus yang di RSCM pada usia 2, 8, dan 11 tahun itu hitungannya dari 27 April hingga Mei itu sudah meninggal.”
Untuk itu, masyarakat perlu waspada jika anak mulai terlihat memiliki gejala hepatitis akut.
Beberapa gejala hepatitis akut yang terlihat dari pasien sebelumnya adalah sakit perut, diare, dan muntah, diikuti penyakit kuning yang ditandai dengan kulit atau bagian putih mata yang menguning.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penyebab Masih Misterius
Dari sisi penyebab, Sumardi mengatakan bahwa ada banyak hal yang dapat menyebabkan hepatitis. Sebelum hepatitis akut yang misterius, masyarakat sudah mengenal hepatitis A, B, C, D, dan E.
“Yang paling sering karena virus hepatitis A, B, C dan bisa juga karena obat-obatan seperti pasien-pasien yang minum obat tuberkulosis (TBC), lepra, mereka bisa juga hepatitis.”
Namun, penyebab-penyebab di atas nyatanya tidak berkaitan dengan hepatitis akut yang kini sedang merebak.
“Jadi kita berpikir ini penyebabnya apa, kenapa sampai tidak lazim?”
Sumardi menambahkan, organ tubuh biasanya memiliki enzim yang menjadi penanda lokasi masalah di tubuh. Pada hati, enzim yang paling terkenal adalah Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT).
Jika terjadi peningkatan pada SGPT, lanjut Sumardi, maka dokter akan langsung tertuju pada hati. Pada kasus-kasus di luar hepatitis akut, SGPT biasanya meningkat dengan tidak terlalu cepat.
“Sedangkan ini (hepatitis akut) peningkatannya sangat cepat langsung 500. Makanya kita bilang hepatitis akut berat yang misterius.”
Advertisement
Berkaitan dengan Adenovirus
Dalam kesempatan lain, Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendarwan mengatakan, kasus pertama di Amerika Serikat (AS) diidentifikasi pada Oktober 2021.
Kasus ini ditemukan di suatu rumah sakit anak di Alabama yang merawat lima anak dengan cedera hati yang signifikan (termasuk beberapa dengan kegagalan hati akut) tanpa diketahui penyebabnya. Kasus-kasus ini juga dites positif terhadap adenovirus.
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti penyebab dari kejadian hepatitis akut unknown origin ini, katanya, tapi salah satu dugaan atau hipotesis yang sedang ditelusuri adalah keterkaitan antara adenovirus dengan kejadian ini.
“Adenovirus merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan sakit dari ringan sampai berat (severe). Secara umum dikenal sebagai patogen yang biasanya menyebabkan infeksi yang self-limited.”
Virus ini menyebar dari orang ke orang dan lebih umum menyebabkan penyakit saluran pernapasan, walaupun tergantung pada jenisnya. Adenovirus dapat juga menyebabkan penyakit lain seperti gastroenteritis (peradangan pada lambung atau usus halus), konjungtivitis (mata merah), sistitis (infeksi kandung kemih), dan bisa juga menyebabkan gangguan saraf (neurological
Penularan Adenovirus
Harimat juga menjelaskan, adenovirus sering menular dari orang ke orang dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, sebagaimana juga melalui jalur respirasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka cara yang efektif untuk meminimalisasi penyebaran adenovirus adalah mempraktikkan higiene tangan dan respirasi, serta melakukan edukasi mencuci tangan pada anak.
Cuci tangan dengan air dan sabun menurut Harimat, merupakan pencegahan yang terbaik untuk berbagai penyebaran infeksi termasuk adenovirus, menjaga jarak dengan orang sakit batuk dan bersin, serta mengajarkan anak cara batuk dan bersin yang benar.
Anak-anak yang sedang sakit disarankan untuk tinggal di rumah sampai gejalanya hilang dan dinyatakan sehat untuk bisa kembali ke sekolah.
Peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Korri El Khobar menjelaskan, deteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara serologi dan molekuler.
“Deteksi serologi dilakukan untuk menentukan apakah seseorang telah atau pernah terinfeksi dengan cara mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus,” kata Korri.
Menurut Korri, deteksi molekuler dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis infeksi virus dengan cara mendeteksi materi genetik virus. Hasil positif dari deteksi molekuler dapat dilanjutkan dengan melakukan proses sequencing untuk mendapatkan sekuens virus tersebut.
“Analisis sekuens virus dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus, melakukan karakterisasi sekuens virus dengan melihat adanya variasi pada sekuens, melakukan analisis kekerabatan virus, dan juga menentukan sebaran epidemiologi virus,” tambah Korri.
Advertisement