Liputan6.com, Yogyakarta - Gunungkidul menjadi salah satu kabupaten yang kaya berbagai kesenian. Salah satu alat musik tradisional dari Kabupaten Gunungkidul yang cukup unik ialah rinding gumbeng.
Rinding gumbeng adalah alat musik tiup terbuat dari bambu, dilengkapi dengan senar.
Hingga saat ini, alat musik tradisional rinding gumbeng masih dimainkan oleh masyarakat Dusun Duren, Desa Beji, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul. Bahkan, untuk tetap menjaga kelestarian alat musik ini, masyarakat mulai memainkannya bersama musik-musik modern.
Dikutip dari berbagai sumber, tidak diketahui siapa dan kapan tepatnya alat musik ini dibuat dan mulai dimainkan. Namun, berdasarkan cerita turun-temurun masyarakat lokal, rinding gumbeng sudah ada sejak ratusan tahun lalu bahkan sebelum adanya logam.
Baca Juga
Advertisement
Rinding memiliki panjang sekitar 25 sentimeter dan tebal dua milimeter. Bilah bambu yang digunakan untuk membuat alat musik ini diberi lubang dibagian tengah, dan dibentuk seperti jarum dengan panjang 20 sentimeter.
Ujung bambu kemudian diikat dengan tali untuk menarik sisi-sisi lainnya sebagai pegangan. Cara memainkan rinding gumpeng pun cukup unik.
Rinding diletakkan di bibir dan mulut agak merenggang, kemudian mengeluarkan suara dari dalam leher. Nantinya, jarum yang ada di tengah rinding akan bergetar, dan menghasilkan bunyi.
Sementara, gumbeng sebagai alat pengiring rinding terbuat dari bambu yang diberi lubang pada beberapa bagian. Membuat gumbeng harus menggunakan bambu khusus, yakni dari begung dan pelepah aren.
Pemanggil Dewi Sri
Menariknya, memainkan alat musik ini tak bisa sembarangan. Sebab bunyi yang dikeluarkan alat musik ini menyesuaikan dengan perasaan orang yang memainkannya.
Biasanya alat rinding gumpeng dimainkan oleh empat hingga lima orang. Masing-masing pemain memegang rinding dan dua gumpeng. Agar lebih meriah terkadang ada satu orang vokalis atau penyanyi yang akan melantunkan lagu diiringi alat musik unik ini.
Dulunya, alat musik ini dimainkan saat acara-acara tertentu, yakni saat tradisi memboyong Dewi Sri saat panen raya tiba dan tradisi ruwahan hutan adat Wonosadi. Selain itu, konon katanya kesenian ini memiliki kekuatan magis, yakni dapat mendatangkan sosok Dewi Sri.
Dewi Sri merupakan salah satu gambaran mengenai sosok dewi yang dipercaya masyarakat sebagai sang penjaga padi. Dewi Sri dipercaya memiliki peran penting dalam menjaga hasil pertanian masyarakat.
Melalui rinding gumbeng ini, Dewi Sri akan terhibur dan senang. Dengan begitu, harapannya kelak, Dewi Sri akan memberikan hasil panen yang melimpah.
Penulis: Tifani
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement