Liputan6.com, Jakarta - Bursa Saham Asia Pasifik naik tipis pada perdagangan Jumat pagi (13/5/2022), seiring melanjutkan minggu ini bak rollercoaster pergerakan saham karena investor tetap berhati-hati terhadap inflasi dan prospek ekonomi global.
Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 1,05 persen lebih tinggi, dengan saham konglomerat Jepang SoftBank Group melonjak lebih dari 2 persen meskipun Kamis melaporkan rekor kerugian pada unit investasi Vision Fund. Indeks Topix naik 0,67 persen.
Advertisement
Indeks Kospi Korea Selatan naik 1,04 persen sementara indeks S&P/ASX 200 di Australia naik 0,46 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang diperdagangkan 0,16 persen lebih tinggi. Demikian mengutip laman CNBC, Jumat, 13 Mei 2022.
Kekhawatiran atas inflasi dan prospek ekonomi telah membebani sentimen investor global dalam beberapa hari terakhir, dengan aset berisiko seperti saham teknologi dan cryptocurrency terpukul.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Kamis mengendalikan inflasi tidak akan mudah dan memperingatkan dia tidak bisa menjanjikan apa yang disebut soft landing bagi perekonomian.
Semalam di wall street, indeks S&P 500 turun 0,13 persen menjadi 3.930,08 lebih dari 18 persen lebih rendah dari level tertinggi sepanjang masa. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 103,81 poin, atau 0,33 persen, menjadi 31.730,30.
Indeks Nasdaq Composite naik sedikit ke 11.370,96. Indeks USD berada di 104,741 setelah naik baru-baru ini dari di bawah 104,3. Yen Jepang diperdagangkan pada 128,58 per dolar, lebih kuat dibandingkan dengan level di atas 130.
Sedangkan, dolar Australia berada di 0,6869 karena terus berjuang untuk memantul setelah tergelincir dari atas 0,70 pada awal minggu.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penutupan Bursa Saham Asia 12 Mei 2022
Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik tergelincir pada perdagangan Kamis, 12 Mei 2022 seiring saham teknologi alami aksi jual. Hal ini mengikuti wall street semalam. Koreksi wall street terjadi setelah indeks harga konsumen pada April dekati level tertinggi dalam 40 tahun.
Di Hong Kong, indeks Hang Seng teknologi melemah 3,84 persen menjadi 3.864,95. Saham Alibaba merosot 6,6 persen dan saham Meituan tergelincir 2,73 persen. JD.com anjlok 7,78 persen.
Saham teknologi di Taiwan juga merosot. Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing Company susut 3,07 persen dan saham Pegatron merosot 1,17 persen.
Saham Softbank anjlok 8,03 persen. Saham Kakao susut 5,5 persen dan Krafton merosot 1,95 persen. Di Hong Kong susut 2,24 persen ke posisi 19.380,34. Indeks Taiwan Taiex melemah 2,43 persen ke posisi 15.616,68.
Bursa saham China juga terperosok ke zona merah. Indeks Shanghai melemah 0,12 persen ke posisi 3.054,99. Indeks Shenzhen turun 0,13 persen ke posisi 11.094,87.
“Kami tidak perlu pesimistis terhadap saham China saat ini,” ujar Head of Greater China Equity Research Credit Suisse Wealth Management, Selina Sia dilansir dari CNBC, Kamis, 12 Mei 2022.
Advertisement
Imbas Kebijakan The Fed
Ia menuturkan, pihaknya melihat kasus di Shanghai sudah mencapai puncaknya. “Mudah-mudahan Omicron bisa dikendalikan lebih cepat, tetapi kami melihat tanda-tanda positif di sana,” kata dia.
Indeks Nikkei melemah 1,77 persen ke posisi 25.748,72. Indeks Topix merosot 1,19 persen menjadi 1.829,18. Indeks Kospi melemah 1,63 persen ke posisi 2.550,08. Indeks Australia ASX 200 merosot 1,75 persen ke posisi 6.941. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melemah 2,48 persen.
“Kami pikir di saham Eropa dan Amerika Serikat hadapi pengetatan bank sentral dan hambatan pertumbuhan yang lebih besar dari pada Jepang dan Asia,” kata Chief Investment Officer Nomura, Gareth Nicholson.
“Asia memiliki China yang mendukung mereka, Jepang memiliki bank sentral yang sangat dovish,” ia menambahkan.
Penutupan Wall Street pada 12 Mei 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 12 Mei 2022. Indeks Dow Jones turun dalam enam hari berturut-turut seiring trader gagal menemukan pijakan di tengah pasar yang semakin bergejolak.
Pada penutupan perdagangan wall street, ineks Dow Jones melemah 103,81 poin ke posisi 31.370,30. Indeks S&P 500 susut 0,13 persen menjadi 3.930,08. Indeks Nasdaq naik tipis 0,06 persen ke posisi 11.370,96.Tiga indeks acuan tersebut berada di jalur yang mencatatkan koreksi.
Indeks S&P 500 mencapai level terendah baru pada 2022, ditutup lebih dari 18 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu. Indeks S&P 500 mendekati wilayah pasar yang melemah.
“Bahkan jika Anda mengatakan kita berada di pasar bearish, ada reli dalam pasar bearish yang bisa sangat tajam,” ujar Keith Lerner dari Truist, dilansir dari CNBC, Jumat (13/5/2022).
Dari rata-rata indeks acuan, indeks Nasdaq berada di wilayah yang tertekan setelah jatuh sekitar 30 persen dari rekor tertingginya. Hal ini karena saham teknologi yang terus terpukul.
“Menurut pendapat saya, ini adalah pasar yang memperdagangkan emosi dan bukan logika rasional,” tutur Jim Lebenthal dari Cerity Partners.
Advertisement
Saham GameStop Menguat
Sejumlah saham memimpin upaya reli singkat dari hari sebelumnya dan ditutup lebih tinggi. Saham Lucid melonjak 13,2 persen. Sementara itu, saham GameStop dan AMC menguat lebih dari 10 persen dan 8 persen. Saham Rivian Automotive juga menguat hampir 18 persen setelah melaporkan hasil kuartalan terbarunya. Carvana, yang mencapai level terendah dalam dua tahun pada awal sesi perdagangan, naik hampir 25 persen.
Meskipun tidak jelas apa yang mendorong kenaikan dari Lucid, GameStop dan AMC, itu bisa berarti tekanan pendek sedang terjadi. Hedge funds yang telah mendapatkan untung dari kerugian tajam selama pandemi COVID-19 yang dinilai terlalu tinggi pada 2022, akhirnya menutup posisi pendeknya dengan kembali membeli sahamnya.
Short selling sebuah taktik ketika hedge fund mejual saham yang dipinjam dari bank investasi dan untuk menutup perdagangan mereka perlu membeli saham dan mengembalikannya.
“Aksi perdagangan ini menunjukkan beberapa investor yang telah membuat taruhan besar pada saham meme yang terpukul menaikkan taruhan dengan harapan menang besar,” ujar Direktur Pelaksana Schwab Center for Financial Research.
“Saya pikir ini adalah langkah putus asa, ini adalah langkah perjudian. Ini tiket lotere yang berharap pembayaran besar dan mereka mungkin beruntung, tetapi kemungkinan besar, mungkin tidak,” ujar dia.