Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan bahwa kasus hepatitis akut yang misterius di Jakarta berjumlah 21 orang.
Bahkan, dari jumlah tersebut, ada pasien dewasa. Padahal, kasus di dunia selama ini menunjukkan bahwa hepatitis misterius hanya terjadi pada anak usia 0 hingga 16 tahun.
Advertisement
"Yang harus diketahui, ternyata hepatitis akut ini tidak hanya untuk anak-anak bahkan juga orang dewasa," kata Riza di Balai Kota Jakarta belum lama ini dikutip dari News Liputan6.com.
Lantas, apakah hepatitis akut memang berpotensi menyerang orang dewasa?
Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Harimat Hendarwan kemudian memberi tanggapan atas pertanyaan tersebut.
Menurutnya, jika hepatitis akut memang ditemukan pada orang dewasa, penyakit tersebut bukan lagi unknown origin in children tapi origin untuk seluruh usia.
"Saya melihatnya begini, kasus awal itu nol sampai 10 tahun kemudian berkembang menjadi 16 tahun. Ini masih banyak hal yang belum kita ketahui, patogenesisnya bagaimana, patofisiologinya seperti apa, bahkan etiologinya sendiri kita belum tahu," kata Harimat dalam seminar daring BRIN pada Kamis, 12 Mei 2022.
"Jadi, saya belum berani menjawab pertanyaan apa bisa pada orang dewasa atau tidak, kecuali nanti kita telusuri dulu yang kasus orang dewasanya ini bagaimana. Apakah memenuhi kriteria atau tidak," dia menambahkan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Masih Diperlajari
Jika kasus yang disebutkan oleh Ahmad Riza Patria sudah sesuai kriteria unknown origin dan sudah diyakini valid maka akan dilaporkan ke otoritas yang berkompeten. Misalnya, ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan sebagainya, lanjut Harimat.
"Mohon pendapat yang lebih tajam lagi dari para ahli untuk menyimpulkan apakah ini kemudian lari atau keluar batasan yang childern atau tidak," katanya.
"Jadi, sejujurnya mohon maaf saya sendiri masih mencoba untuk menelusuri atau mempelajari lebih lanjut apakah ini memang bisa ke arah orang dewasa atau tidak. Kaitannya kenapa dia pada anak dan sebagainya juga kan kita belum terlalu jelas," ujarnya.
Ke depannya, kemungkinan hal ini juga akan menjadi perhatian khusus peneliti untuk menelusuri apakah betul terjadi pada orang dewasa juga.
"Tapi untuk saat ini barangkali saya belum berani untuk menyampaikan lebih jelas terkait hal tersebut karena perlu penelusuran lebih lanjut," kata Harminat.
Sebelumnya dilaporkan, hingga 10 Mei 2022, setidaknya telah muncul 348 kasus probable hepatitis akut unknown origin di 20 negara. Virus hepatitis akut hingga kini belum diketahui sumber penyebabnya (Unknown Aetiology) dan diperkirakan penyebaran virus ini akan terus bertambah.
Advertisement
Upaya yang Dilakukan
Menyikapi kasus hepatitis akut misterius, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Surat Edaran tentang kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya.
Penyebaran virus ini juga terjadi di Indonesia, bahkan hingga 30 April 2022 telah tercatat 15 kasus diduga terjangkit hepatitis akut. Sampai 9 Mei 2022, diduga terdapat 5 kasus kematian akibat hepatitis akut dengan etiologi yang tidak diketahui.
Menanggapi hal ini, Kepala Organisasi Riset Kesehatan, Ni Luh P. Indi Dharmayanti mengatakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan berkolaborasi dengan stakeholder terkait untuk merespons kejadian ini.
"BRIN sebagai Lembaga Riset Nasional yang mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) periset yang andal dan peralatan yang cukup lengkap dan sangat memadai akan merespons dengan beberapa kegiatan riset terkait severe acute hepatitis dan berkolaborasi dengan Kemenkes serta Perguruan Tinggi atau lembaga riset lainnya," ujar Indi pada kegiatan sapa media yang dilaksanakan secara daring, Kamis (12/5/2022).
Respons BRIN
Dengan rinci, Indi menjelaskan hal-hal yang dilakukan oleh BRIN dalam merespons kasus ini, di antaranya:
-Melakukan analisis molekuler dan diversitas genetik penyebab hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya.
-Whole genome sequencing untuk memahami epidemiologi dan fenotipe hepatitis akut.
-Metagenomics pada darah dan jaringan, serta pengembangan perangkat diagnostik.
-Riset deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit hepatitis akut.
-Eksplorasi dan pengembangan bahan baku obat dan obat tradisional untuk hepatoprotektor.
-Penegakkan diagnostik dan pengembangan terapi (termasuk uji klinik obat).
-Multiplex Reverse Transcriptase-PCR for Simultaneous Detection Hepatitis Viruses.
-Riset Mekanisme silvestrol senyawa alami dalam menghambat replikasi virus hepatitis secara in vitro dan in vivo.
“BRIN siap membantu, men-support, berkolaborasi serta bersinergi dengan Kementerian Kesehatan dan institusi terkait seperti Perguruan Tinggi dan Lembaga riset lainnya,” lanjut Indi.
Hepatitis sendiri adalah bentuk peradangan pada hati sebagai organ vital di dalam tubuh manusia yang antara lain berfungsi untuk memroses nutrisi, menyaring darah, detoksifikasi, dan sintesa protein.
“Ketika hati mengalami peradangan atau kerusakan, maka fungsi hati tersebut dapat terganggu,” kata Harimat.
Advertisement