Jakarta Catat 21 Kasus Hepatitis Akut, Pemprov DKI Bakal Kurangi PTM 100 Persen?

21 Kasus hepatitis akut di Jakarta tiga di antaranya meninggal dunia merupakan anak-anak.

oleh Muhammad Ali diperbarui 13 Mei 2022, 15:37 WIB
Guru mengajar murid di SDN Cibubur 04, Jakarta, Jumat (13/5/2022). Kegiatan belajar di sekolah yang mencakup wilayah DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat kembali dimulai pascalibur Lebaran. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemprov DKI Jakarta belum berencana mengurangi kapasitas Pembelajaran Tatap Muka (PTM) yang saat ini sudah 100 persen meski muncul kasus hepatitis akut.

"Kami masih memberlakukan PTM 100 persen, belum ada pengurangan (kapasitas)," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di Balai Kota Jakarta, Jumat (13/5/2022), yang dilansir dari Antara.

Meski begitu, lanjut dia, pihaknya tetap memantau perkembangan penyakit yang belum diketahui penyebabnya tersebut.

Riza melanjutkan hingga saat ini sudah menemukan 21 kasus hepatitis akut di Jakarta. Dari jumlah itu, sebanyak 14 orang di antaranya berusia di bawah 16 tahun dan tiga di antaranya meninggal dunia merupakan anak-anak.

Sedangkan tujuh orang lainnya, lanjut dia, berusia di atas 16 tahun sehingga tidak masuk kategori kewaspadaan akut sesuai rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Selain 21 kasus itu, Riza juga mengungkapkan ada 24 kasus bergejala hepatitis.

Sebelumnya, Anggota DPRD DKI Idris Ahmad meminta agar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen diawasi dengan ketat karena munculnya kasus dugaan penyakit hepatitis akut.

"Kasus hepatitis akut ini bertambah setiap harinya, kami harus siaga mencegah penularan di sekolah-sekolah yang mengadakan PTM 100 persen," kata Idris di Jakarta, Kamis (12/5).

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu berharap ada surat edaran kepada kepala sekolah yang berisi langkah-langkah pencegahan dan melakukan evaluasi soal PTM 100 persen.

"Penyakit ini menyasar usia anak-anak. Mereka adalah kelompok rentan sehingga penyakit ini bisa berakibat serius dan menyebabkan kematian," imbuh Idris.

Selain itu, Ia menilai pencegahan di ruang-ruang publik seperti tempat bermain, mal, penitipan anak dan tempat lain yang berpotensi ada penularan juga penting dilakukan.

"Bukan hanya di sekolah, di ruang publik juga harus ditingkatkan lagi kebiasaan hidup bersihnya. Saat ini kan sudah melonggar karena angka COVID-19 menurun," imbuhnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Antisipasi Dini

Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda sebelumnya mendorong Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melakukan antisipasi sejak dini. Hal ini menyusul kasus hepatitis akut yang semakin meluas.

“Kemendikbud Ristek bisa bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Daerah untuk melakukan sosialisasi terkait gejala, penanganan pertama, hingga penegakkan protokol Kesehatan di lingkungan sekolah agar kasus hepatitis misterius ini tidak kian meluas terutama di kalangan peserta didik,” ujar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, Jumat (13/5/2022).

Huda mengatakan berdasarkan data dari Pemprov DKI Jakarta saat ini jumlah kasus hepatitis misterius terus bertambah. Setidaknya ada sekitar 21 kasus positif hepatitis akut dengan rincian 14 diderita oleh anak di bawah usia 16 tahun dan 7 kasus dialami oleh mereka yang di atas usia 16 tahun.

Selain itu saat ini juga diketahui ada 24 anak yang mengalami gejala hepatitis meskipun belum dikategorikan sebagai hepatitis akut.

“Situasi ini cukup mengkhawatirkan sehingga perlu ada antisipasi dini mengingat pembelajaran tatap muka (PMK) saat ini hampir sepenuhnya telah berjalan,” ujarnya. Menurut Huda hingga saat ini belum diketahui pasti pemicu kasus hepatitis akut. Namun yang perlu diwaspadai kasus ini telah terjadi di berbagai negara dalam kurun waktu yang hampir bersamaan.

 


Terkait Vaksinasi Covid-19?

Inggris diketahui sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak, lalu disusul Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa lainnya. Di Kawasan Asia, Jepang juga telah melaporkan kasus serupa.

“Banyak spekulasi terkait pemicu kasus ini, ada analisa yang mengkaitkan dengan dugaan model platform vaksinasi Covid-19 tertentu, meskipun demikian kita tunggu saja proses penelitian oleh lembaga terkait. Namun kami minta ada antisipasi khusus di lingkungan pendidikan karena wabah ini menular dan di Indonesia telah memicu korban jiwa,” katanya.

Poltikus PKB ini mengungkapkan saat ini ada euphoria seiring terus melandainya kasus Covid-19. Ketaatan terhadap protocol Kesehatan cenderung menurun termasuk di lingkungan sekolah.

Situasi ini tentu mengkhawatirkan jika kemudian kasus hepatitis akut ini terus meluas. Menurutnya model penularan kasus hepatitis ini terutama melalui makanan, pertukaran air ludah secara tidak langsung, hingga pola hidup yang tak bersih.

“Seiring melandainya kasus Covid-19 saat ini banyak kantin sekolah yang sudah kembali buka, pemakaian masker yang cenderung menurun, hingga budaya saling bertukar makanan dan minuman antarsiswa yang harus diwaspadai menjadi media penularan kasus hepatitis akut ini,” katanya.

 


Kemendikbud Ristek Diminta Koordinasi

Kemendikbud Ristek, lanjut Huda bisa berkoordinasi dengan Kemenkes dan Pemda untuk melakukan sosialisasi masif ke sekolah-sekolah. Peserta didik, tenaga kependidikan, hingga orang tua siswa perlu mendapatkan sosialisasi tentang bagaimana bahaya hepatitis akut ini termasuk gejala, cara penularan, dan langkah antisipasinya.

“Langkah ini menurut kami perlu dilakukan agar kasus hepatitis akut ini tidak berubah menjadi pandemi karena dampaknya akan sangat luas dan tingkat fatalitas yang lebih tinggi,” katanya.

Huda juga berharap agar penerapan protokol kesehatan di lingkungan pendidikan tidak kendor. Menurutnya pemakaian masker, kebiasaan mencuci tangan, hingga menjaga jarak di kerumunan masih cukup efektif untuk meminimalkan potensi penularan berbagai macam penyakit termasuk Covid-19 maupun hepatitis akut ini.

"Status pandemi saat ini masih belum dicabut, maka penyelenggara sekolah harus tetap mematuhi protokol kesehatan mulai dari 3 M hingga menyediakan sarana pendukung seperti westafel, thermogun, hingga toilet yang bersih. Selain itu ada baiknya makanan di kantin sekolah benar-benar diseleksi dari sisi kebersihan dan keamanan bahan," pungkasnya.

Infografis Jangan Panik, Kenali Gejala Hepatitis Akut pada Anak. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya