Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan sudah ada 18 kasus dengan dugaan hepatitis akut di Indonesia hingga 13 Mei 2022. Dari 18 kasus dugaan hepatitis akut, tujuh pasien yang mayoritas berusia anak-anak itu meninggal dunia.
Belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis akut misterius ini, pakar menyebut bisa menular lewat saluran cerna dan saluran pernapasan. Maka dari itu pencegahan adalah hal terbaik agar tidak buah hati kita tidak terpapar penyakit yang tengah bikin cemas para orangtua di dunia.
Advertisement
Mengenai vaksina hepatitis A dan B yang pernah anak dapatkan saat kecil hal tersebut belum diketahui apakah akan tertular hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya atau tidak.
"Hepatitis akut ini kan belum diketahui penyebabnya apa. Sementara vaksinasi hepatitis yang sudah diketahui penyebabnya," kata Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril pada konferensi pers virtual, Jumat, 14 Mei 2022.
Meski begitu, ia meminta orangtua jangan panik. Orangtua, kata Syahril, harus mewaspadai penyakit ini dengan cara berikut:
1. Mencuci Tangan dengan Sabun
Syahril meminta agar anak-anak rajin mencuci tangan dengan sabun terutama saat sebelum makan dan minum. Hal ini juga berlaku untuk orangtua dan pengasuh.
"Pengasuh dan orangtua juga harus rajin cuci tangan terutama saat memberikan makan dan minum," jelas Syahril.
Memakai Masker
2. Memakai Masker
Berhubung ada kemungkinan menular lewat saluran pernapasan maka perlu memakai masker. Hal ini selain mencegah COVID-19 juga penyakit misterius ini.
"Memakai masker dan menjaga jarak sekaligus menghindari kerumunan, ini penting juga," kata Syaril..
3. Memastikan Makanan Matang
"Makanan dan minuman untuk anak harus matang," kata Syahril.
Tak ketinggan jaga kebersihan dari tempat makan dan tempat minum serta sendok garpu milik anak.
Advertisement
Sebaran 18 Kasus di RI
Rincian lebih lanjut dari 18 kasus ini adalah probable ada 1 orang, pending classification 9 orang, discarded 7 orang, dan dalam proses verifikasi 1 orang.
Kasus ini tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Mulai dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Sebaran terbanyak yakni DKI Jakarta ada 12 kasus.
Lalu, dari data yang disampaikan Syahril dari 18 kasus, terbanyak pada anak usia 5 sampai 9 tahun.
“Dari 18 kasus ini ada 9 laki-laki dan 8 perempuan, satu lagi dalam proses verifikasi. Usia paling banyak adalah 5 sampai 9 tahun ada 6 orang. Kemudian di atas 15 sampai 20 tahun ada 4 orang.”
Lalu, ada empat kasus pada umur 0-4 dan empat kasus juga pada anak umur 10-14.