IHSG Anjlok 8,73 Persen pada 9-13 Mei 2022, Kapitalisasi Pasar Susut Rp 691 Triliun

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 8,73 persen menjadi 6.597,99 pada 9-13 Mei 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Mei 2022, 19:50 WIB
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lesu pada 9-13 Mei 2022. IHSG cenderung tertekan imbas kekhawatiran inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot 8,73 persen menjadi 6.597,99 pada pekan ini dari pekan sebelumnya di posisi 7.228,91.  Kapitalisasi pasar pun susut 7,23 persen selama sepekan. Kapitalisasi pasar merosot Rp 691 triliun dari Rp 9.555 triliun pada pekan lalu menjadi Rp 8.864,56 triliun.

Selanjutnya rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 11,56 persen menjadi 21,573 miliar saham dari 24,393 miliar saham pada penutupan pekan sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 14,63 persen menjadi Rp 20,45 triliun dari Rp 23,95 triliun pada pekan lalu.

Meski demikian, rata-rata frekuensi harian bursa sebesar 3,54 persen menjadi 1.517.364 dari 1.465.440 pada pekan sebelumnya. Investor asing membukukan nilai jual bersih Rp 2,29 triliun pada Jumat, 13 Mei 2022. Dengan demikian, sepanjang 2022, investor asing masih mencatatkan aksi beli Rp 63,05 triliun.

Vice President PT INFOVESTA, Wawan Hendrayana menuturkan, pergerakan IHSG pada pekan ini didorong kenaikan suku bunga dan data inflasi AS yang masih tinggi. Inflasi yang masih tinggi membuat potensi kenaikan suku bunga the Fed masih ada.

“Di samping pasca mudik antisipasi apakah akan ada kenaikan COVID-19 yang menaikkan level PPKM, membuat profit taking banyak dilakukan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, investor juga mengalihkan dari sektor saham yang selama ini naik ke consumer good yang valuasi masih murah.

Mengutip data BEI, pekan ini, indeks sektor saham IDXnonsiklikal catat penguatan terbesar mencapai 3,58 persen. Disusul indeks sektor saham energi IDXenergy mendaki 2,74 persen dan indeks sektor saham IDXIndustry menguat 1,82 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kabar Bursa Sepekan

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada awal Mei 2022, ada dua obligasi dan satu sukuk tercatat di BEI. Adapun pada 9 Mei 2022, Obligasi Berkelanjutan III Merdeka Copper Gold Tahap II Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat di BEI dengan nilai nominal sebesar Rp 2 triliun.

Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk Obligasi adalah idA (Single A) dan bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Kemudian, pada akhir pekan, tepatnya Jumat, 13 Mei 2022, Obligasi IV Waskita Karya Tahun 2022 dan Sukuk Mudharabah I Waskita Karya Tahun 2022 yang diterbitkan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk mulai dicatatkan di BEI dengan masing-masing nominal sebesar Rp 2,1 triliun  dan Rp 1,14 triliun.

Hasil pemeringkatan dari Pefindo untuk Obligasi adalah idAAA(gg) (Triple A, Government Guarantee) dan Sukuk Mudharabah adalah idAAA(sy)(gg) (Triple A Syariah, Government Guarantee). Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah PT Bank KB Bukopin Tbk.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang 2022 adalah 47 emisi dari 35 emiten senilai Rp57,39 triliun.

Keseluruhan total emisi Obligasi dan Sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 502 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp456,84 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 124 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 151 seri dengan nilai nominal Rp4.854,41 triliun dan USD205,99 juta. EBA sebanyak 10 emisi senilai Rp4,39 triliun


Aksi Jual Investor Asing Sentuh Rp 9,1 Triliun dalam Sepekan

Pengunjung tengah melintasi layar pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, aksi jual saham oleh investor asing melanda pasar modal Indonesia dalam sepekan, tepatnya 9-13 Mei 2022. Analis menilai, investor asing yang melakukan aksi jual saham tersebut dipicu kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (14/5/2022),  investor asing beli saham Rp 34,82 triliun dan jual saham Rp 43,93 triliun. Dengan demikian, aksi jual bersih oleh investor asing sekitar Rp 9,1 triliun.

Pada penutupan perdagangan, Jumat, 13 Mei 2022, investor asing jual saham mencapai Rp 2,29 triliun. Dengan demikian, aksi beli saham oleh investor asing sepanjang 2022 mencapai Rp 63,05 triliun.

Pada pekan ini, investor asing melepas saham bank. Mengutip data RTI, aksi jual oleh investor asing di seluruh pasar pada pekan ini untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp 3,5 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 1,6 triliun, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencapai Rp 927,1 miliar.

Analis Erdikha Elit Sekuritas, Ivan Kasulthan menuturkan, terkait investor asing yang cenderung melakukan aksi jual  disebabkan oleh the Fed yang menaikkan suku bunga pada minggu lalu. Tercatat kenaikan suku bunga the Fed sekitar 0,50 persen dan saat itu bursa saham Indonesia libur. Dengan demikian, pasar saham Indonesia menyesuaikan pada pekan ini.

"Karena ketika suku bunga dinaikkan di suatu negara maka akan menyebabkan obligasi di negara tersebut akan menjadi menarik karena imbal hasil yang naik. Wajar dari dalam negeri terjadi capital outflow setelah The Fed menaikkan suku bunganya,” ujar Ivan, ditulis Sabtu, 14 Mei 2022.

Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI), menurut dia masih baru berencana menaikkan suku bunganya. Hal itu akan berdampak kepada saham-saham di sektor perbankan, properti, dan otomotif.

 


Faktor Lainnya

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia menambahkan, faktor lainnya disebabkan oleh yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang juga terjadi kenaikan. Hal itu juga menjadi salah satu faktor pendorong investor asing menarik dana ke negara asalnya.

Di tengah inflasi AS yang tinggi akan mendorong the Fed untuk menaikkan suku bunga nya agar inflasi bisa stabil. Menurut dia, hal itu menyebabkan pasar saham Indonesia menjadi kurang menarik. "Faktor yang menjadi pendorong asing melakukan aksi jual salah satunya akibat dari kenaikan suku bunga the Fed yang akan menyebabkan emerging market tidak menarik," ujar dia.

Hal senada dikatakan Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis. Kenaikan suku bunga the Fed memicu aksi jual saham di pasar modal Indonesia. Selain itu, aksi jual saham oleh investor asing juga dipicu perang Rusia-covid-19. Demikian juga kasus COVID-19 di China masih bayangi pasar saham sehingga turut memicu aksi jual investor asing.

"Kenaikan suku bunga The Fed, perang Rusia-Ukraina, serta kasus COVID-19 di China menjadi faktor utama membuat asing capital outflow dari market kita saat ini,”  Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 13 Mei 2022.

Meski investor asing melakukan aksi jual saham, Abdul menilai,pasar saham indonesia juga masih menarik didukung fundamental ekonomi.

“Pasar saham indonesia masih menarik di mana sebenarnya fundamental indonesia masih solid,” kata dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya