Liputan6.com, Jakarta - Arti Al Kahfi adalah Gua. Surat Al Kahfi juga dikenal dengan sebutan Ashabul Kahf. Arti Al Kahfi bermakna Penghuni-penghuni Gua. Arti surat Al Kahfi tersebut tidak lain dan tidak bukan berkaitan dengan asbabun nuzul diturunkannya surat ini.
Al Kahfi merupakan surat ke-18 yang terdiri dari 110 ayat dan tergolong ke dalam surat Makiyyah dalam Alquran. Surat Makkiyah adalah surah atau sebagian besar ayat dalam surah tersebut turun di periode Makkah, yakni sebelum umat Islam hijrah ke Madinah pada 622 Masehi.
Baca Juga
Advertisement
Keutamaan surat Al-Kahfi tidak lepas dari isi yang terkandung di dalamnya. Di antaranya kisah-kisah sarat hikmah yang dibicarakan di dalamnya. Dilansir dari berbagai sumber, setidaknya ada empat kisah yang diterangkan sampai beberapa ayat.
Pertama, kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini diawali dari ayat ke-9 sampai ayat ke-26. Mereka hidup di negeri orang. Mereka bertekad hijrah untuk mempertahankan agama. Ini dilakukan setelah mereka mendakwahi kaumnya lalu mendapatkan penolakan, tekanan, dan intimidasi.
Tujuh pemuda beriman itu berasal dari negeri Afsus. Semula negeri itu berisi orang-orang yang beriman kepada Allah. Namun, kemudian datanglah Raja Diqyanu, yang menyembah berhala. Raja ini meminta rakyat untuk tidak menyembah Allah. Jika tidak, maka mereka akan disiksa.
Mereka menghadapi fitnah dalam dakwah dan perjuangan dari kaumnya. Namun, Allah melindungi dan mejaga mereka melalui gua dan sinar matahari. Saat mereka terbangun dari tidur panjangnya, mereka mendapati kaumnya telah berubah. Negeri tempat tinggal mereka dahulu menjadi negeri yang penduduknya beriman kepada Allah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kedua, Pemilik Dua Kebun
Tertera pada ayat 32--44. Ini kisah tentang seseorang yang Allah karuniakan kebun. Ia lupa dengan pemberi nikmat sehingga dirinya melampaui batas.
Ia tanggalkan prinsip-rinsip keimanan dengan celaan dan keraguan. Ia tidak pandai bersyukur kepada nikmat Allah. Ujung dari kekufuran dan kesyirikannya tersebut, hancurlah tanaman dan buah-buahan di kebunnya. Ia diliputi penyesalan mendalam saat tak berguna penyesalannya tersebut.
Kisah ini menerangkan tentang bahaya fitnah dunia berupa harta dan anak. Sehingga membuatnya berbangga diri dan terus mengejar dunia untuk memperbanyak kekayaan dan keturunan.
Solusi dari fitnah ini adalah dengan memahami hakikat dunia yang diterangkan di awal surat, “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi: 7)
Semua itu menunjukkan fakta bahwa Allah telah menyediakan kesuksesan dan berkah sejati bagi mereka yang berserah diri kepada-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Sebaliknya, mereka yang mengabaikan otoritas Allah atas mereka akan tertipu oleh jebakan dunia ini dan menjadi terobsesi dengannya.
Advertisement
Ketiga, Kisah Musa dan Al -Khidr
Ini menggambarkan tentang orang-orang berilmu. Dalam kisah ini, Allah mengajarkan umat-Nya banyak pelajaran tentang bagaimana ketetapan-Nya melindungi kepentingan orang-orang benar dari pelanggaran orang-orang kafir, sekaligus menahan siksaan dari orang-orang kafir dan memberi mereka tangguh.
Dari kisah Musa dan al-Khidr, bisa dipelajari bagaimana bimbingan Allah ditegakkan oleh orang yang berilmu. Sepanjang cerita, manusia belajar bahwa ada perbedaan besar antara pengetahuan dan kebijaksanaan. Allah memberikan Nabi Musa pengetahuan tentang kitab itu dan memerintahkannya untuk mengikutinya, diberitakan kanal Hot Liputan6.com.
Di sisi lain, al-Khidr diberikan kebijaksanaan dari dekrit, dan dia diberi mandat untuk mengajar Nabi Musa bagaimana kebijaksanaan ini terwujud. Pada bagian ini manusia belajar bahwa manusia tidak dapat menilai ketetapan Allah berdasarkan apa yang tampak pada nilai nominal.
Mengikuti petunjuk Allah dan menerapkan ajaran Al-Quran harus memberi kepastian sepenuhnya. Terlepas dari betapa sulitnya ego untuk menerima, ada kebijaksanaan yang lebih besar dan manfaat yang tak terhitung dalam bimbingan ini yang selalu melampaui situasi yang tampak.
Keempat, Kisah Dzulqornain
Kisah yang berbicara tentang raja mulia yang menguasai ilmu dan kekuatan ini dimulai dari ayat ke 83 sampai 101. Ia mengelilingi dunia ini dan menebarkan kebaikan di muka bumi. Ia menolong manusia di atasnya. Ia mampu membendung kejahatan Ya’juj dan Ma’juj dengan membangun tembok raksasa (benteng) yg mengurung makhluk perusak tersebut, dikutip dari laman Shafa-Alanshor.
Kemampuan istimewanya yang lain, Dzulqornain berkomunikasi dan mengorganisir kekuatan kaum yang hampir-hampir mereka tak kuasa memahami perkataan manusia lain dan tak bisa memahamankan mereka dengan tutur katanya.
Kisah ini mengabarkan ujian kekuasaan sehingga tidak sewenang-wenang, berbuat aniaya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Dzulqornain sosok penguasa yang tidak terfitnah dengan kekuasaan dan kekuatannya.
Ia manfaatkan karunia Allah tersebut untuk mencari akhirat dengan membuat perbaikan di muka bumi dan menolong manusia-manusia lemah di atasnya. Resep agar lurus saat menjadi penguasa adalah dengan menanamkan sifat ikhlas dalam diri dan senantiasa mengingat negeri akhirat.
Advertisement