Liputan6.com, Shanghai - China terikat pada strategi nol kasus COVID-19. Langkah cepat seperti lockdown, pengujian massal, dan karantina panjang dilakukan guna meredam wabah Virus Corona tanpa peduli pengaruhnya terhadap ekonomi atau kebebasan rakyatnya.
Cara lain yang juga dilakukan adalah dengan menurunkan petugas penyemprot disinfektan untuk membersihkan rumah, jalan, dan bahkan orang.
Advertisement
Namun, setelah dua tahun berjuang menyudahi pandemi COVID-19, para ahli mengatakan bahwa cara seperti itu merupakan tindakan sia-sia dalam melawan virus SARS-CoV-2.
Meski para ahli sudah berpendapat begitu, tetap saja tindakan menyemprotkan disinfektan mendapat pujian pejabat tinggi Shanghai awal bulan ini lantaran dianggap bagian penting dari 'serangan besar' terhadap virus tersebut.
Rekaman petugas berpakaian hazmat lengkap tengah menyemprotkan disinfektan ke rumah, jalan-jalan, tembok, dan taman tersebar di media sosial.
Respons para ahli pun masih sama bahwa kampanye seperti itu relatif tidak ada gunanya untuk melawan virus yang menyebar lewat tetesan yang dikeluarkan melalui batuk dan bersin ke udara.
"Karena penularan melalui menyentuh permukaan yang terkontaminasi bukanlah rute penularan yang penting, penggunaan disinfektan yang ekstensif dan agresif tidak diperlukan," kata seorang rekan senior di Council on Foreign Relation yang berbasis di New York, Yanzhong Huang kepada AFP dikutip dari situs Channel News Asia pada Minggu, 15 Mei 2022.
Penularan Virus Corona melalui permukaan dan benda yang terkontaminasi, lanjut Yanzhong, dimungkinkan tetapi relatif jarang.
Mensterilkan Ratusan Ribu Rumah Termasuk Mereka yang Sembuh dari COVID-19
Wakil Walikota, Liu Duo, mengatakan, Shanghai sendiri telah mensterilkan 13.000 area pada 2 Mei di bawah kebijakan yang menargetkan rumah dari orang yang terinfeksi, blok apartemen, dan desinfeksi ' pencegahan' seluruh kompleks.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa Shanghai telah bergolak selama berminggu-minggu di bawah mosaik pergeseran penguncian yang telah melihat beberapa dari 25 juta penduduknya bentrok dengan polisi dan melepaskan banjir kemaran dan frustasi di media sosial.
Dalam satu video di media sosial yang diverifikasi oleh AFP, seorang petugas kesehatan berbaju hazmat menyemprotkan disinfektan ke tempat tidur, meja, dan pakaian penduduk.
Video lain menunjukkan seorang pekerja berkeliaran di jalan-jalan dan komplek perumahan dengan santai menyemprot ke dinding, skuter, bahkan tanah sementara penduduk tengah berbaris untuk tes COVID-19.
Seorang penduduk mengatakan kepada AFP bahwa rumahnya disterilkan dua kali setelah mereka kembali dari karantina. Saat rumah dibersihkan, dia dan keluarga diperintahkan untuk menunggu di luar selama satu jam.
Advertisement
Lebih Baik Fokus pada Kesehatan Masyarakat Agar Terhindar dari COVID-19
Mengetahui fakta ini, Yanzhong, menyarankan untuk fokus pada tindakan menjaga kesehatan masyarakat ketimbang tindakan yang kurang tepat ini.
"Virus tidak dapat bertahan lama di luar tubuh manusia, jadi, tidak perlu mensterilkan permukaan luar ruangan," katanya.
Menurut Yanzhong penggunaan beberapa disinfektan kimia seperti desinfektan klorin dapat berdampak berbahaya pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Seorang ahli penyakit menular di Rumah Sakit Mount Elizabeth Novena Singapura, Leong Hoe Nam, menambahkan, disinfektan luar ruangan sama sekali tidak ada gunanya.
"Seperti ungkapan Cina 'menggambar kaki di atas ular' (cara seperti ini) berlebihan," katanya kepada AFP.
Upaya China Berada pada Nol Kasus COVID-19
Upaya China berada pada fase nol COVID-19, disebut profesor dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong, Ben Cowling, yang mendorong penggunaan alat sterilisasi jor-joran.
"Mengingat dampak yang mengganggu dari penguncian mendadak, orang dapat melihat alasan untuk menggunakan setiap pendekatan yang mungkin untuk mengurangi penularan," katanya kepada AFP.
"Itu mungkin termasuk strategi yang 'mungkin memiliki efek hampir nol, tetapi mungkin dalam keadaan yang jarang mencegah satu infeksi'," dia menambahkan.
Advertisement