Jakarta - Turki tidak menutup pintu bagi Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO. Namun Ankara menginginkan adanya negosiasi dengan negara-negara Nordik tersebut dan diambilnya tindakan keras terkait kegiatan terorisme, terutama di Stockholm. Demikian dikatakan juru bicara Presiden Tayyip Erdogan pada Sabtu 14 Mei 2022.
"Kami tidak menutup pintu. Namun, kami pada dasarnya mengangkat masalah ini sebagai masalah keamanan nasional Turki," Ibrahim Kalin, yang juga penasihat kebijakan luar negeri presiden, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara di Istanbul. Demikian seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (16/5/2022).
Advertisement
Sebelumnya, Erdogan mengejutkan negara-negara anggota NATO, Swedia dan Filandia -yang ingin bergabung dengan aliansi tersebut- dengan mengatakan pada Jumat (13/5) bahwa tidak mungkin bagi Turki untuk mendukung perluasan keanggotaan aliansi karena kedua negara Nordik tersebut adalah "rumah bagi banyak organisasi teroris.”
Setiap negara yang ingin bergabung dengan Aliansi Perjanjian Atlantik Utara atau NATO membutuhkan dukungan bulat dari seluruh anggota aliansi militer. Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota lainnya telah berusaha untuk mengklarifikasi posisi Ankara tersebut.
Swedia dan mitra militer terdekatnya, Finlandia, sampai sekarang tetap berada di luar keanggotaan NATO, yang didirikan pada 1949 untuk melawan Uni Soviet dalam Perang Dingin. Kedua negara tersebut waspada jika memusuhi tetangga besar mereka. Namun kekhawatiran terkait keamanan negara mereka meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gabung NATO
Stockholm diperkirakan akan mengikuti jejak Helsinki dan dapat mengajukan permohonan untuk masuk ke aliansi militer beranggotakan 30 negara paling cepat pada Senin (16/5).
Kalin mengatakan militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) - yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, AS dan Uni Eropa - sedang mengumpulkan dana dan melakukan rekrutmen keanggotaan di Eropa. Kehadiran PKK disebut "kuat dan terbuka dan diakui" di Swedia pada khususnya.
"Yang perlu dilakukan jelas: mereka harus berhenti membiarkan outlet, kegiatan, organisasi, individu, dan jenis kehadiran PKK lainnya ... ada di negara-negara itu," kata Kalin.
"Keanggotaan NATO selalu merupakan proses. Kami akan melihat bagaimana keadaannya. Namun ini adalah poin pertama yang ingin kami sampaikan kepada semua sekutu serta otoritas Swedia," tambahnya. "Tentu saja kami ingin berdiskusi, bernegosiasi dengan rekan-rekan Swedia."
Advertisement
Posisi Turki
Turki, militer terbesar kedua di NATO, secara resmi mendukung perluasan keanggotaan sejak bergabung dengan aliansi pimpinan AS 70 tahun lalu.
Selama bertahun-tahun Turki telah mengkritik Swedia dan negara-negara Eropa lainnya atas penanganan mereka terhadap organisasi yang dianggap teroris oleh Turki, termasuk pengikut ulama Islam Fethullah Gulen yang berbasis di AS.
Sementara itu, Presiden Finlandia Sauli Niinisto mengkonfirmasi pada Minggu (15 Mei) bahwa negaranya akan mengajukan keanggotaan aliansi militer NATO.
Pengumuman itu muncul setelah Niinisto dan Perdana Menteri Sanna Marin mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka berdua menyukai keanggotaan NATO, dalam perubahan kebijakan besar yang didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Wilayah Rusia dan Finlandia
Rusia, yang memiliki perbatasan darat yang panjang dengan Finlandia, mengatakan bahwa bergabung dengan aliansi transatlantik itu akan menjadi kesalahan bagi Helsinki dan itu akan merusak hubungan bilateral.
Sementara itu, Swedia dan Finlandia siap memperkuat kerja sama militer jika keamanan di wilayah Laut Baltik memburuk, misalnya selama proses kemungkinan bergabung dengan NATO, kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto.
"Apabila lingkungan keamanan kami menjadi semakin menantang tentunya kami dapat menambahkan rencana bilateral ... dan memasukkan semua sektor dalam kerja sama militer," katanya kepada awak media.
Invasi Rusia ke Ukraina memaksa Swedia dan Finlandia untuk meninjau ulang keyakinan lama bahwa netralitas militer adalah cara terbaik untuk menjamin keamanan nasional.
Kedua negara diharapkan dapat membuat keputusan untuk bergabung dengan aliansi militer dalam beberapa pekan mendatang, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (30/4/2022).
Advertisement