Co-Founder Startup Edutech CoLearn Ingin Tingkatkan Ranking PISA Indonesia

Abhay Saboo, co-founder dari startup teknologi pendidikan (edutech), CoLearn menemukan, masalah utama di Indonesia bukanlah pada pendidikan tinggi namun di pendidikan anak usia dini.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 16 Mei 2022, 16:00 WIB
Abhay Saboo, co-founder dari startup teknologi pendidikan (edutech), CoLearn (Dok. CoLearn)

Liputan6.com, Jakarta - Abhay Saboo, co-founder dari startup teknologi pendidikan (edutech), CoLearn, mengungkapkan ia dan para pendiri perusahaan ingin meningkatkan ranking PISA Indonesia.

Menurut Abhay, dalam keterangan resminya, dikutip Senin (16/5/2022), sebagai negara dengan populasi terbanyak ke empat di dunia, Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan untuk menjadi "hub" inovasi teknologi di masa depan.

Namun, potensi ini sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri. Peningkatan kapabilitas SDM dinilai masih harus jadi agenda prioritas pemerintah.

CoLearn mengutip Human Development Report 2020 yang menyebutkan, Indonesia masih berada di urutan yang belum menggembirakan, yakni 107 dari total 189 negara.

Sementara Indeks Pembangunan Manusia yang tergolong rendah pun menyebabkan Indonesia kurang kompetitif.

Global Talent Competitiveness Index 2020 menunjukkan Indonesia menempati peringkat 65 dunia dengan subsektor tenaga kerja berkemampuan tinggi masih berada jauh di urutan 82 dan dampak tenaga kerja di peringkat 91 dari total 132 negara.

Abhay mengatakan, alasan tersebut yang membuat dia dan co-founder CoLearn lainnya, Marc Irawan (COO) dan Sandeep Devaram (CPO), mengembangkan platform tersebut sejak 2018. Baru-baru ini, mereka melaporkan telah meraih babak pendanaan Seri-A terbaru.

Sejak berdiri di 2020, startup edutech ini menyebut, sudah mendapatkan beberapa pendanaan dari investor lokal dan global seperti AC Ventures, Alpha JWC Ventures, Sequoia India's Surge, Mahanusa, dan Taurus Ventures. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pendidikan Jalan Utama Meraih Kesuksesan

Abhay dan keluarganya sendiri telah pindah ke Indonesia sejak berusia tiga tahun. Hal ini membuatnya memiliki kedekatan emosional yang erat dengan Indonesia.

Ia lalu menghabiskan kehidupannya hingga beranjak dewasa di Jawa Tengah, lalu pindah ke Amerika Serikat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro di Georgia Institute of Technology.

Abhay pun mengatakan, sosok ibu dan saudara laki-lakinya, menjadi orang yang paling berjasa atas kesuksesannya saat ini.

"Walaupun keluarga kami harus selalu banting tulang untuk mencari nafkah, tapi ibu saya tetap mengusahakan supaya anak-anaknya mengenyam bangku pendidikan terbaik," kata Abhay.

"Beliau percaya bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk meraih kesuksesan," imbuhnya.

Di 2007, Abhay menjalani studi magister di Harvard Business School. Dia melihat, masih sedikit pelajar asal Indonesia yang berkuliah di sana.

Diskusinya dengan Direktur Penerimaan Mahasiswa Baru di salah satu sekolah bisnis terbaik dunia ini pun membawa kesimpulan saat itu bahwa, terdapat permasalahan kepercayaan diri di kalangan anak muda Indonesia, untuk berani tampil di kancah internasional. 


Pendidikan Anak Usia Dini

Ilustrasi Anak dan Orangtua Credit: pexels.com/pixabay

Setelah mengantongi gelar Master Business Administration atau MBA, Abhay kembali ke negeri asalnya, India untuk memulai bisnis. Namun, ia sempat mengunjungi keluarga di Jakarta.

Dalam perjalanan pulang ke bandara Soekarno-Hatta, ia menyadari ada keinginan menggebu untuk membangun Indonesia.

Belajar dari pengalamannya membangun startup kesehatan di Indonesia, Abhay lalu mengalihkan fokusnya untuk membangun dunia pendidikan. Di situ dia mendapati, masalah utama di Tanah Air bukanlah pada pendidikan tinggi namun di pendidikan anak usia dini.

Dalam laporan UNICEF Indonesia tentang Situasi Anak di Indonesia tahun 2020, tes PISA OECD 2018 menemukan, hanya 30 persen anak usia 15 tahun yang mencapai atau melampaui tingkat kompetensi minimal untuk membaca dan 29 persen untuk matematika.

Secara ranking, Indonesia pun berada di peringkat terbelakang, yakni di peringkat ke-6, ke-7, dan ke-9 dari bawah, dari total 79 negara.


Menciptakan Perbedaan

Dari situ, Abhay membangun program pendidikan anak usia dini dan mengajak Marc Irawan untuk ikut serta. Misi para founder Co-Learn adalah untuk membawa Indonesia ke top 50 persen ranking PISA.

Terlepas dari dukungan keluarga, motivasi terbesar Abhay adalah untuk menciptakan perbedaan dan memberikan dampak bagi negara tempatnya dibesarkan.

Abhay juga mengatakan, orang-orang Indonesia adalah orang-orang yang ramah dan menyenangkan.

Karena itu, ungkapan terima kasih ini diutarakan lewat platform yang bertujuan untuk membantu para pelajar Indonesia, untuk semakin meraih lebih banyak prestasi di tingkat internasional.

(Dio/Ysl)

kurikulum tiap era pemerintahan (liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya