Sejak Lahir Bayi Bisa Menerima Emosi Positif dari Ayahnya

Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Agustina Erni menilai bahwa ayah memiliki peranan yang sangat besar sejak kelahiran anak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Mei 2022, 15:00 WIB
Ilustrasi Ayah dan Anak Credit: pexels.com/Tatiana

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Agustina Erni menilai bahwa ayah memiliki peranan yang sangat besar sejak kelahiran anak.

“Selama ini masyarakat berpikir, saat anak baru lahir ibu yang paling punya peran.”

“Padahal kenyataannya jika bayi baru lahir, digendong, diajak berbicara walaupun satu arah dan si bayi belum dapat menjawab, bayi tetap mampu mengenali ayah dan menerima emosi positif dari ayahnya,” ujar Erni di Jakarta, Sabtu (14/5) mengutip keterangan pers KemenPPPA.

Ia menambahkan, akan lebih baik jika peran ibu dan ayah dapat dimaksimalkan untuk bekerja sama mengasuh anak secara seimbang. Anak membutuhkan kehadiran keduanya dalam pengasuhan dan perkembangannya.

Sebelumnya, psikolog dari PION Clinician, Irma Afriyanti menyampaikan bahwa para ayah memiliki peran penting dalam pengasuhan anak.

Menurutnya, ayah yang sehari-harinya bekerja di luar rumah dapat menghabiskan waktu luang dengan anak di akhir pekan. Seiring bertambahnya usia anak, waktu yang dihabiskan bersama ayah pun menjadi lebih banyak. Pasalnya, pada saat kecil, anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan ibu.

Hal tersebut membawa dampak positif bagi ayah yang akan merasa bahwa hidupnya lebih berkualitas jika terlibat dalam pengasuhan anak termasuk anak berkebutuhan khusus.

“Ternyata, ayah-ayah yang terlibat dalam pengasuhan akan merasa hidupnya lebih berkualitas, mereka akan merasa kualitas hidupnya lebih baik,” kata Irma dalam kongkow inklusif Konekin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Peran Ayah dalam Pengasuhan

Ilustrasi ayah dengan anak/copyright freepik.com/jcomp

Berbagai hasil studi menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dalam mengasuh anak dapat membantu meningkatkan tumbuh kembang dan kemampuan anak.

Ini mencakup fungsi kognitif, hubungan dan perilaku anak di lingkungan sosial hingga kesehatan mental dan fisik anak.

Dalam jurnal Promundo US 2020, peran ayah dalam pengasuhan anak di antaranya adalah:

-Ayah memiliki peran kritis dalam pertumbuhan fisik, Kesehatan mental, serta kesejahteraan anak, khususnya di tahun awal usia anak.

-Ayah memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak melalui penerapan disiplin di rumah.

-Peran ayah dalam mendidik anak melalui pengasuhan yang bebas kekerasan memiliki dampak yang mendalam pada relasi anak di masa depan sebagai orangtua dan pasangan.

-Keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan tugas-tugas perawatan anak, tidak hanya berdampak pada perkembangan anak, tapi juga memberikan manfaat pada Kesehatan perempuan dan pemberdayaan ekonomi.

Save the Children mengatakan, peran ayah yang aktif dalam pengasuhan positif dalam keluarga juga akan membantu terwujudnya pola pengasuhan anak yang terbebas dari kekerasan, serta terciptanya perlindungan terhadap hak-hak mereka dalam lingkungan terkecil yaitu keluarga.


Keadaan Sebaliknya

Ilustrasi Kekerasan Terhadap Anak. (Freepik/Jeswin)

Sayangnya, sebagian ayah tidak menyadari hal tersebut dan bahkan menempatkan sang anak dalam situasi yang bisa membuatnya trauma.

Tak jarang merebak kasus kekerasan yang dilakukan oleh ayah kepada anaknya. Baik kekerasan fisik, verbal, maupun seksual.

Terkait hal ini, Erni menyayangkan terjadinya kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarga seperti ayah. Baik ayah kandung maupun ayah tiri.

“Kami turut prihatin atas maraknya kasus kekerasan seksual, terlebih yang dilakukan oleh orang terdekat korban, seperti ayahnya sendiri. Hal ini menggambarkan masih terjadinya pengasuhan yang tidak layak kepada anak.”

“Padahal, orangtua baik ayah, ibu, keluarga, atau wali bertanggung jawab untuk menerapkan pengasuhan berbasis hak anak,” ujar Erni.

Menurut Erni, maraknya kasus kekerasan seksual pada anak diperburuk dengan hadirnya pandemi COVID-19.

Pandemi sampai saat ini masih menyebabkan rendahnya resiliensi keluarga dalam menghadapi perubahan. Orangtua atau keluarga tidak siap dalam mengasuh, mendidik, dan mendampingi anak di rumah yang mengakibatkan mudah stres dan emosi.


Memicu Perubahan Tingkah Laku

Ilustrasi Kekerasan pada anak Ist (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Pandemi yang tak kunjung usai mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam proses pengasuhan melalui penegasan disiplin terhadap anak.

Tak jarang orangtua menerapkan pola pengasuhan yang salah misalnya dengan membentak, berteriak, memukul, dan memarahi, bahkan ironisnya ada yang memerkosa anaknya sendiri, kata Erni.

Ia menjelaskan, negara secara tegas menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak, mulai dari mencabut kuasa asuh anak, sampai hukuman penjara maupun denda.

“Tentu kita tidak ingin para orangtua mengabaikan hak anaknya sendiri bahkan mencederai hak anak, apalagi melakukan kejahatan terhadap anaknya.”

Membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk moral serta melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat.

“Semoga kasus kekerasan seksual oleh orang terdekat korban tidak terjadi lagi di Indonesia,” kata Erni.

Sejauh ini, KemenPPPA terus memantau, mendalami, hingga mendampingi korban pada sejumlah kasus kekerasan seksual yang terungkap dilakukan oleh ayah baik ayah kandung maupun ayah tiri. Di antaranya yang terjadi di Batubara, Sumatera Utara; Pematang Siantar, Sumatera Utara; Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan; dan Kukar Kalimantan Timur.

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya