McDonald's Bakal Jual Bisnisnya di Rusia

Saat ini, McDonald’s memiliki lebih dari 800 restoran dan 62.000 karyawan di Rusia.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Mei 2022, 05:30 WIB
ilustrasi logo McDonald's (AFP/Justin Sullivan)

Liputan6.com, Jakarta - McDonald’s mengatakan akan menjual bisnisnya di Rusia. Hal ini dilakukan dua bulan setelah hentikan operasi di Rusia karena invasi ke Ukraina.

Krisis kemanusiaan yang disebabkan oleh perang di Ukraina, dan lingkungan operasi yang tidak terduga telah membuat McDonald’s menyimpulkan kepemilikan bisnis yang berkelanjutan di Rusia tidak lagi dapat dipertahankan,juga tidak konsisten dengan nilai-nilai McDonald’s,” ujar perseroan dalam sebuah keterangan tertulis dikutip dari CNBC, ditulis Selasa (17/5/2022).

Pasukan Rusia yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin telah dituding melakukan serangkaian kejahatan peran selama serangan di Ukraina. Keluarnya McDonald’s dari Rusia adalah akhir pahit dari era yang pernah menjanjikan harapan.

Perusahaan, di antara simbol kapitalisme Amerika Serikat yang paling dikenal membuka restoran pertamanya di Rusia lebih dari 32 tahun lalu ketika rezim komunis Soviet runtuh dan bisnis serta ide Barat hadir di negara tersebut. Ratusan orang antre untuk dapatkan kesempatan cicipi burger dan kentang goreng McDonald’s di lokasi Pushkin Square di Moskow.

"Jika Anda tidak bisa pergi ke Amerika, datanglah ke McDonald’s di Moskow," adalah slogan iklan McDonald’s saat itu di Rusia, menurut the Washington Post.

Saat ini, McDonald’s memiliki lebih dari 800 restoran dan 62.000 karyawan di Rusia. Perseroan mengatakan sedang cari pembeli lokal.

"Kami memiliki komitmen terhadap komunitas global kami dan harus tetap teguh pada nilai-nilai kami,” ujar CEO McDonald’s Chris Kempczinski pada rilis Senin, 16 Mei 2022.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Tanggung Jawab kepada Karyawan

Seorang pria berjalan melewati restoran McDonald's yang tertutup untuk pengunjung di St. Petersburg, Rusia, Selasa (15/3/2022). Penutupan ini dilakukan pihak McDonald's sebagai sikap atas invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung dari 24 Februari 2022 lalu. (AP Photo)

Ia menegaskan komitmen perseroan terhadap nilai-nilai. Mengutip CNBC, pengumuman McDonald adalah indikasi nyata tentang seberapa banyak dunia barat telah berbalik melawan rezim Putin.

Pada awalnya, setelah invasi Rusia ke Ukraina, McDonald’s diam tentang serangan itu. Kemudian setelah kecaman dan tekanan publik, McDonald’s dan merek-merek besar Amerika Serikat antara lain Starbucks dan Coca-Cola menghentikan bisnisnya di Rusia.

McDonald’s mengatakan akan memulai proses de-Arching restoran di Rusia yang berarti hapus nama, logo, menu dan merek dari lokasi tersebut. Namun, perusahaan itu akan mempertahankan merek dagangnya di Rusia.

Perseroan juga mengatakan akan berusaha memastikan karyawannya di negara itu akan terus dibayar sampai kesepakatan ditutup, dan akan berusaha membantu mempertahankan pekerjaan di bawah pemilik baru.

 

 


Gerai di Ukraina Masih Tutup

Ilustrasi kentang goreng McDonald's. (dok. unsplash/Mark)

McDonald’s mengatakan restorannya di Ukraina telah diserang pasukan Moskow sejak akhir Februari, tetap tutup. Perseroan mengatakan akan terus membayar gaji penuh kepada karyawannya di negara itu juga.

Rusia dan Ukraina telah sumbang sekitar 2 persen dari penjualan seluruh sistem McDonald. Sekitar 9 persen dari pendapatannya dan 3 persen dari laba operasionalnya.

McDonald’s mengatakan pihaknya akan mencatat biaya nontunai sekitar USD 1,2 miliar-USD 1,4 miliar terkait keputusannya untuk meninggalkan pasar Rusia. Pada Maret 2022, perseroan mengatakan penutupan sementara akan menelan biaya sekitar USD 50 juta per bulan atau 5 sen-6 sen per saham.


Bakal Buat Restoran Virtual di Metaverse

Ilustrasi metaverse. (Pexels.com/ThisIsEngineering)

Sebelumnya, perusahaan yang menyediakan restoran cepat saji, McDonalds telah mengajukan 10 aplikasi merek dagang, menurut cuitan baru-baru ini yang berasal dari pengacara merek dagang Josh Gerben.

Seperti dilansir dari Bitcoin.com, Selasa, 1 Februari 2022, pengajuan tersebut dilakukan di Kantor Paten dan Merek Dagang Amerika Serikat (USPTO) yang menggambarkan bagaimana rencana McDonalds untuk membuat restoran virtual yang menampilkan barang-barang aktual dan virtual.

Barang digital McDonalds akan mencakup produk makanan dan minuman virtual, di samping layanan hiburan dan konser virtual. Dunia metaverse bertema McDonalds dapat menampilkan restoran yang nantinya dapat dioperasikan pengguna dan memesan dan melakukan pengiriman ke rumah pelanggan.

Lebih lanjut, langkah raksasa restoran cepat saji itu bukan pertama kalinya. McDonalds menunjukkan minat di dunia digital. Pada 1 November 2021, untuk merayakan ulang tahun ke-40 sandwich kultus klasiknya yaitu McRib. 

Dalam perayaan tersebut, McDonald's mencetak sejumlah Non Fungible Token (NFT) McRib dalam jumlah terbatas.

“Dengan McRib NFT, Anda tidak perlu lagi mengucapkan selamat tinggal pada sandwich yang Anda sukai. Apakah Anda mencetak satu atau tidak, pastikan untuk memanjakan diri Anda dengan rasa BBQ tajam legendaris dari McRib, setelah menyentuh restoran yang berpartisipasi secara nasional,” kata siaran pers perusahaan saat itu. 

Selain McDonald yang baru-baru ini mengajukan merek dagang barang virtual, Panera Bread juga mengajukan aplikasi merek dagang minggu lalu.

Selain itu menurut temuan Gerben, Crocs, New Balance, dan Puma semuanya telah mengajukan aplikasi merek dagang USPTO yang semakin menggambarkan dunia dan barang virtual. 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya