Liputan6.com, Bali Sekretaris Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, perbedaan gejala hepatitis biasa dengan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Perbedaan gejala yang paling mencolok adalah kondisi seseorang yang mengalami hepatitis akut bisa sampai terjadi kejang-kejang. Sementara itu, kondisi hepatitis biasa tidak sampai mengalami kejang-kejang.
Advertisement
"Dalam waktu 14 hari, orang yang dalam kondisi hepatitis akut bisa jadi kejang-kejang dan penurunan kesadaran. Nah, kalau hepattis normal ya enggak akan terjadi sampai kejang. Itu kuncinya," beber Nadia saat ditemui Health Liputan6.com di sela-sela acara "15th ASEAN Health Ministers Meeting and Related Meetings" di Hotel Conrad, Nusa Dua Bali baru-baru ini.
Perjalanan riwayat hepatitis akut misterius juga terjadi cepat, yakni dari seseorang muncul gejala hingga mengalami perburukan. Tak ayal, pada kasus dugaan hepatitis akut, banyak pasien yang sudah mengalami perburukan kondisi tatkala dirujuk ke rumah sakit rujukan.
"Rata-rata kasus yang kita temui, gejalanya 7-10 hari, tapi riwayat muntah, mual diare itu biasanya 5 hari sebelumnya. Kemudian, dirawat di rumah sakit 3 hari, sampai di rumah sakit selang 2 hari saja sudah kejang-kejang," terang Nadia.
"Jadi, gejala hepatitis akut misterius berupa mual, muntah, dan diare biasa lalu jatuh ke kondisi kejang atau berat itu 3-5 hari. Makanya, durasi waktu perburukan kondisi cepat, sehingga disebut hepatitis akut berat."
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Hampir Semua Pasien Tiba dalam Kondisi Kejang
Senada dengan Siti Nadia Tarmizi, Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Mohammad Syahril mengungkapkan, hampir semua pasien hepatitis akut misterius tiba di rumah sakit dalam keadaan terlambat.
Ada pasien yang sudah tiba di rumah sakit dalam keadaan kejang dan kesadaran sudah menurun. Menghadapi kondisi tersebut, pihak rumah sakit tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan pertolongan lebih lanjut.
Syahril pun menyarankan orangtua untuk lebih peduli pada kesehatan anak, terutama bila sudah ada gejala yang muncul.
"Untuk itu kita mengingatkan care (peduli) dengan keadaan ini karena cepat sekali ya hepatitis ini. Jangan sampai menunda gejala berat (baru ke RS)," ujar Syahril dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia beberapa hari lalu.
Gejala awal yang berkaitan dengan hepatitis akut berupa sakit perut, mual, muntah, dan diare. Tak hanya itu, hepatitis akut juga memiliki gejala lanjutan seperti area mata dan kulit yang menguning, perubahan warna feses menjadi putih atau seperti dempul, dan perubahan warna air kencing hingga berwarna pekat seperti teh.
Orangtua juga diminta untuk tidak menunggu anak menunjukkan adanya gejala kuning, kejang, bahkan tidak sadar baru membawa anak ke dokter.
"Supaya cepat ditangani. Supaya tidak berlanjut lebih berat," pesan Syahril.
Advertisement
Jangan sampai Tunggu Kondisi Kuning
Apabila anak atau orang sekitar menunjukkan gejala yang serupa dengan hepatitis akut, maka disarankan untuk langsung memeriksakan kondisi ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Kita mengingatkan agar masyarakat lebih peduli terhadap kejadian ini karena kejadiannya cepat sekali, maka kita tidak boleh menunda sampai ada gejala-gejala yang berat," ujar Mohammad Syahril.
"Jangan menunggu sampai mata atau kulit kuning, sampai tidak sadar dan kejang-kejang. Tapi mulai dari gejala-gejala awal seperti mual, muntah diare harus segera ditangani agar tidak berlanjut ke gejala yang lebih berat."
Hingga saat ini, dari 18 dugaan kasus hepatitis akut misterius yang ada di Indonesia, 9 di antaranya masuk dalam status pending classification, 7 discarded (sembuh), satu dalam proses verifikasi, dan satu probable.
Ketujuh kasus discarded yang ada terdiri dari 1 orang positif Hepatitis A, 1 orang positif Hepatitis B, 1 orang positif Tifoid, 2 orang demam berdarah dengue, dan 2 lainnya berusia lebih dari 16 tahun.
Selain itu, dari hasil investigasi kontak tidak ditemukan adanya penularan langsung hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya dari manusia ke manusia.
Pencegahan Hepatitis Akut
Pada kesempatan yang sama, Mohammad Syahril mengatakan, masyarakat perlu untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan serangkaian pencegahan agar terhindar dari hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini.
Langkah-langkah pencegahan tersebut tak jauh berbeda dengan protokol kesehatan COVID-19 yang sudah ada, antara lain:
- Mencuci tangan pakai sabun
- Memasak makanan dan minuman hingga matang
- Menggunakan alat makan yang bersih
- Menghindari kontak dengan orang sakit
- Memakai masker
- Menjaga jarak dan menghindari kerumunan
"Untuk anak-anak yang disuapi oleh ibunya, keluarganya, atau pembantu, maka juga harus menjaga kebersihan tangan dan menjaga higienitas makanan minuman itu benar-benar terjaga," kata Syahril.
Hal tersebut dikarenakan hepatitis akut diketahui memang dapat menular lewat saluran pernapasan dan saluran cerna. Sehingga upaya-upaya tersebut dianggap bisa untuk mencegahnya.
Bila menemukan gejala serupa, salah satu rumah sakit rujukan yang ditunjuk Kemenkes RI adalah RSPI Sulianti Saroso, lantaran RSPI Sulianti Saroso memiliki tenaga kesehatan yang akseptabel dan fasilitas kesehatan yang juga memadai.
Advertisement