Pakai 100 Kaos Lebih Saat Maraton, Pelari Asal Idaho AS Pecahkan Rekor Dunia

Seorang pelari asal Idaho, Amerika Serikat memecahkan rekor karena memakan lebih dari 100 kaos sambil lari marathon.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 17 Mei 2022, 19:10 WIB
David Rush, pelari asal Idaho AS mengenakan lebih dari 100 kaos sambil melakukan lari marathon. (Foto: Youtube/David Rush)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria Idaho memecahkan Rekor Dunia Guinness dengan berlari setengah maraton sambil mengenakan 111 kaos. David Rush juga telah memecahkan lebih dari 200 Rekor Dunia Guinness untuk mempromosikan pendidikan STEM.

Ia mengaku butuh waktu sekitar 25 menit bagi tim pendukungnya untuk mendandaninya dengan 111 kemeja sebelum YMCA Famous Idaho Potato Marathon di Lucky Peak State Park Sandy Point, seperti dikutip dari laman UPI, Selasa (17/5/2022). Rush menyelesaikan setengah maraton dengan waktu 2 jam, 47 menit dan 55 detik, berada di bawah batas waktu 3 jam yang ditetapkan oleh Guinness World Records.

Rush memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk banyaknya kaos yang dikenakan selama setengah maraton. Rekor sebelumnya dari 82 kaos dibuat pelari Inggris David Smith pada November 2021.

Pria Idaho itu mengatakan suhu dingin membantu upayanya memecahkan rekor, tetapi dia masih harus berjuang dengan masalah dari lebih dari 40 pon berat tambahan dari kemeja.

"Lengan saya kehilangan sirkulasi dan setelah beberapa jam tangan saya membengkak menjadi dua kali ukuran, cincin kawin saya biasanya longgar adalah cincin terbatas, dan saya bahkan tidak bisa menyentuh ibu jari saya di tangan saya," kata Rush.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pelari London Maraton Pakai Kostum

Ilustrasi lomba lari maraton (pixabay)

Seorang pelari asal Inggris ini ingin memecahkan Guinness World Record dengan menyelesaikan kompetisi London Marathon sambil berpakaian seperti otak manusia.

Bryce Alford, manajer penggalangan dana Headway untuk badan amal cedera otak, telah berulang kali terlihat dalam beberapa hari terakhir berlari di jalan Jersey, Inggris, sambil mengenakan kostum otak yang menutupi tubuhnya.

Petugas dari unit kepolisian Kota Saint Helier bahkan berpose untuk foto bersama Alford yang masih mengenakan kostum otaknya.

Para polisi tersebut meminta berfoto saat tak sengaja bertemu Alfred ketika ia sedang berlatih untuk London Marathon yang akan diadakan pada Selasa 3 Oktober lalu.

Alford sedang mencoba untuk memecahkan rekor Guinness sebagai pelari maraton tercepat dan berpakaian sebagai otak. Sebelumnya, ia membuat rekor Guinness pada tahun 2003 untuk 100 kilometer (62,1 mil) tercepat di treadmill.

Ia mengatakan kostum itu dirancang sebagai representasi dari apa yang dirasakan oleh orang-orang yang terkena cedera otak.

"Saya mendengar berulang-ulang kali bahwa kebanyakan orang merasa terjebak di dalam otak mereka sendiri. Jadi ketika kamu melihat saya sedang memakai kostum itu, kamu mungkin akan merasakan perasaan itu juga, kamu bisa membayangkan tekanan itu, dan apa rasanya jika harus berhadapan dengan perasaan tekanan itu di setiap harinya," katanya kepada ITV News.


Pelari Indonesia Finish Lomba Paling Berat

Ilustrasi pelari maraton (pexels)

Pelari ultramarathon Indonesia, Omar Agoes, berhasil menyelesaikan lomba Marathon de Sables. Bertanding di nomor V1 M atau kategori putra usia 40 hingga 49 tahun, Omar berhasil melintasi garis finis, Sabtu waktu setempat (9/10/2021). Omar menorehkan catatan waktu 53 jam, 33 menit, 53 detik.

Keberhasilan ini menjadikan Omar menjadi orang Indonesia pertama yang sanggup menyelasikan lari sepanjang 254 kilometer dan melintasi Gurun Sahara, Maroko.

Selama ini, Marathon de Sables dikenal sebagai lomba lari paling berat di dunia. Para peserta harus menghadapi berbagai tantangan fisik dan mental, termasuk suhu ekstrem. Karenaya, tak jarang hanya sebagian atau 50 persen, pelari yang sanggup mencapai garis finish.

Omar termasuk salah satu dari 283 pelari yang berhasil menyelesaikan lomba di kategori putra atau sekitar 52,70 persen dari total peserta pria, yang mencapai 537 pelari.

Marathon de Sables digelar sejak 1 Oktober hingga 11 Oktober 2021, di Ouarzazate, Maroko. Secara keseluruhan lomba diikuti 672 peserta di semua kategori. Namun, hanya 353 orang yang berhasil menyelesaikan lomba atau sebesar 52,53 persen.


Hasil Lomba

Sejumlah pelari ikut serta dalam maraton terdingin di dunia internasional pada suhu minus 53 derajat (-63,4 Fahrenheit) di dekat Oymyakon, republik Sakha, juga dikenal sebagai Yakutia, Timur Jauh Rusia, Sabtu, 22 Januari 2022. (AP/Ivan Nikiforov)

Omar sendiri bukan hanya menorehkan sejarah. Namun, dia akan mendedikasikan larinya untuk pengasuhan berkualitas anak-anak terdampak Covid-19 dalam dampingan SOS Children’s Villages Indonesia.

Berdasarkan catatan Marathon de Sables 2021 ini pernah menelan korban jiwa. Pelari asal Prancis dilaporkan meninggal setelah mengalami serangan jantung akibat suhu yang panas.

Berdasarkan catatan resmi di laman Marathon de Sables, pelari asal Maroko, Rachid el Morabity, tampil sebagai yang tercepat di kategori pria dengan catatan waktu 21 jam, 17 menit, 32 detik. Posisi kedua diraih Mohamed El Morabity, yang menorehkan waktu 21 jam, 32 menit, 12 detik.

Sementara, di kategori putri, pelari asal Maroko, Aziza Raji, tampil yang terdepan dengan catatan waktu 30 jam, 30 menit, 24 detik. Raji diikuti pelari asal Jepang, Tomomi Bitoh, yang mengakhiri lomba dalam waktu 34 jam, 39 menit, 17 detik.

Infografis 7 Tips Aman Belanja di Pasar Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya