Liputan6.com, Yogyakarta Perusahaan telekomunikasi XL Axiata mengatakan bahwa pemberdayaan perempuan bukan sekadar memberikan akses atau hak istimewa kepada mereka di sebuah posisi, dalam sebuah perusahaan.
"Yang harus diberikan pemahaman kepada semua leaders di perusahaan, bahwa yang namanya pemberdayaan perempuan itu bukan cuma 'perempuan harus diberi akses' atau 'perempuan diberikan privilese.' Bukan," kata Dian Siswarini, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata.
Advertisement
Dian, dalam konferensi persnya di Yogyakarta, Rabu (18/5/2022), yang juga sebagai Co-Chair W20 menyebutkan, pemberdayaan perempuan juga memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan.
"Pemberdayaan perempuan atau inklusivitas perempuan itu, mempunyai business case yang positif. Jadi ada return of investment yang kita masukkan untuk pemberdayaan perempuan itu hasilnya nyata," kata Dian.
Ia juga menegaskan, keberadaan program yang ditujukan untuk perempuan bukan hanya agar lebih banyak perempuan di perusahaan. "Tetapi harusnya itu supaya kemakmuran perusahaan meningkat," ujarnya.
Dian mengungkapkan, di XL Axiata sendiri, mereka mencari seorang kandidat memang didasari profil yang cocok.
"Jadi bukan hanya untuk memenuhi kuota, tetapi kami juga merekrut untuk fitting certain profile," katanya.
"Jadi agenda pemberdayaan perempuan itu adalah agenda finansial, bukan sosial atau kuota, atau emotional decision (keputusan emosional). Kedua, kami memastikan bahwa perusahaan mencari kandidat untuk perempuan yang sesuai dengan profil pekerjaan," kata Dian.
Ia menyebut apabila dalam sebuah posisi yang mereka butuhkan lebih tepat dikerjakan oleh kandidat laki-laki, ia pun akan lebih memiliki pekerja laki-laki tersebut dibandingkan kandidat perempuan.
"Yang harus disadari adalah memberdayakan perempuan bukan artinya memarginalkan laki-laki. Laki-laki hanya diberikan pengertian, 'kalau kamu memberikan akses yang lebih besar untuk perempuan, kemakmurannya akan dirasakan bersama,'" ucap Dian menandaskan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemimpin Perempuan di XL Axiata
Sebelumnya, Yessie D. Yosetya, Direktur & Chief Strategic Transformation & IT Officer XL Axiata, mengungkapkan bahwa di perusahaannya, jumlah pimpinan perusahaan yang adalah perempuan sudah mencapai 30 persen.
"Saya boleh bangga bahwa di XL jumlah pemimpin perempuan sudah mencapai 30 persen," kata Yessie yang juga Chairwoman dari G20 Empower tersebut.
Yessie menjabarkan, posisi tersebut mencakup level supervisor, manajerial, group head, hingga tingkat direktur. "Jadi di XL sendiri kami punya enam direktur di mana dua dari enam adalah perempuan."
Selain itu, dalam rangka mendukung keterlibatan perempuan di perusahaan, saat melakukan talent management, proporsi dari kepemimpinan perempuan juga dilihat dilihat secara holistik mulai dari development, rekrutmen, dan promosi karyawan.
"Salah satu yang kami percayai adalah, (perempuan) bisa maju apabila mereka mempunyai kesempatan yang sama," kata Yessie.
G20 Empower sendiri dalam kesempatan tersebut mendorong lebih banyak perempuan yang duduk di jabatan tinggi atau menjadi pimpinan di sebuah perusahaan, khususnya sektor swasta.
Yessie mengatakan, salah satu upaya yang mereka lakukan adalah dengan memperlebar Advocate atau jejaring advokasi, yang beranggotakan para pemimpin bisnis C-Level dan perwakilan pemerintah.
"Harapannya adalah mereka bisa langsung memastikan terjadinya perubahan dari sisi policy perusahaan, tata kelola perusahaan, dan seterusnya," katanya.
Advertisement
Melakukan Afirmasi
Eko Novi Ariyanti, Government Representative G20 Empower dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mengungkapkan, keterwakilan perempuan di level direktur atau CEO perusahaan belum sampai 15 persen.
"Kita perlu melakukan afirmasi, karena kalau kita bicara berapa persentase perempuan di level perusahaan, artinya kita akan mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Pemberdayaan Gender," kata Novi.
Asisten Deputi Peningkatan Partisipasi Lembaga Profesi dan Dunia Usaha KPPPA itu mengatakan, salah satu yang termuat di Indeks Pemberdayaan Gender adalah persentase eksekutif yang terlibat di sektor swasta maupun pemerintahan.
"Kami melihat tidak sampai 15 persen perempuan yang ada di sektor private (swasta), sehingga kami mendorong adanya advocate-advocate, yang memang mayoritas adalah perempuan," kata Novi.
Meski tidak menutup potensi advocate pria, namun menurut Novi, perempuanlah yang paling mengerti kebutuhan dari perempuan itu sendiri.
Kebijakan yang Memperhatikan Kemajuan
Menurut Yessie, dengan menjadi pemimpin tertinggi di perusahaan, diharapkan mereka akan memiliki kebijakan yang memperhatikan kemajuan perempuan.
"Kalau pemimpin tertinggi sudah bilang, kebijakan perusahaan harus memastikan bahwa rekrutmen harus ada kandidat perempuan misalnya, kedua pada saat promosi harus ada perempuan, ketiga saat training atau development harus selalu melibatkan perempuan, misalnya."
Sehingga, apabila pimpinan tertinggi sudah menerapkan hal-hal semacam ini, diharapkan jalan bagi pemimpin-pemimpin perempuan akan lebih mudah.
Selain itu, pendekatan pun juga dirasa harus dilakukan dari bawah ke atas. Hal inilah yang mendasari G20 Empower menggelar beberapa webinar publik, yang bertujuan meningkatkan kesadaran.
"Kalau kita sudah membukakan pintunya, harus ada orang di depan pintunya," kata Yessie.
"Jangan pemimpin perusahaan sudah memberikan kesempatan, karyawannya sendiri yang bilang 'belum waktunya' atau 'mana bisa sih saya.' Itu tentunya perlu kita bekali dengan skill supaya mereka punya rasa percaya diri."
Advertisement