Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Survei Jakarta (LSJ) merilis survei terbaru mereka tentang capres pilihan generasi digital natives. Hasilnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan capres yang paling banyak menjadi pilihan generasi digital natives, mengungguli Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.
Berdasarkan hasil survei LSJ, sebanyak 24,9% generasi digital natives mengaku akan memilih Prabowo Subianto jika Pilpres dilaksanakan hari ini. Kemudian 20,6% mengaku akan memilih Anies Baswedan, lalu 12,4% memilih Ganjar Pranowo dan 10,1% menjatuhkan pilihan pada Sandiaga Uno.
Advertisement
Nama-nama capres lain memiliki elektabilitas yang kurang signifikan di kalangan generasi digital natives. Hanya Ridwan Kamil, Ahok dan Dedi Mulyadi yang tingkat elektabilitas sedikit lumayan, yakni masing-masing 5,7%, 5,4% dan 3,6%.
Peneliti Senior LSJ Fetra Ardianto mengatakan, pilihan kebanyakan milineal terhadap Prabowo lantaran Menteri Pertahanan (Menhan) itu merupakan sosok yang mumpuni menjadi pemimpin bangsa.
"Prabowo sosok yang mampu menyelesaikan problematika bangsa, memahami geopolitik global, dan diyakini sebagai sosok negarawan yang mementingkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan apapun. Indikator itu yang menjadi dasar generasi digital natives atau milenials menjatuhkan pilihannya kepada Prabowo jika pilpres dilaksanakan hari ini" ujar Fetra, Kamis (19/5/2022).
Menurut Fetra, terdapat dua faktor yang membuat Prabowo menjadi pilihan generasi digital natives meski Menteri Pertahanan (Menhan) itu jarang menyapa mereka di sosial media.
Pertama, generasi digital natives adalah kelompok manusia rasional. Mereka memilih Prabowo bukan karena kedekatan emosional. Di antara mereka mempersepsikan Prabowo sebagai seorang negarawan yang paham dan mampu mengatasi berbagai masalah ekonomi, termasuk masalah lapangan kerja yang menjadi perhatian dan dibutuhkan anak muda.
Kedua, jarangnya Prabowo berpolemik di sosial media maupun di panggung politik nasional, justru diapresiasi para netizen yang mayoritas merupakan anak-anak digital natives. Safari Idul Fitri yang dilakukan Prabowo dengan menemui sejumlah tokoh nasional dan ulama senior nampaknya juga diapresiasi positif oleh generasi digital natives.
Sentimen Negatif Terhadap Prabowo Rendah
Berdasarkan analisis media monitoring yang dilakukan oleh LSJ, sentimen negatif warganet dalam dua minggu terakhir terhadap Prabowo Subianto sangat rendah (5%) sementara sentimen positifnya cukup tinggi (37,1%).
"Ini artinya, apa yang dilakukan Prabowo dalam dua minggu terakhir dengan melakukan safari Idul Fitri diapresiasi positif oleh warganet dan oleh generasi digital natives khususnya. Sebaliknya pada saat yang sama, sentimen negatif terhadap Ganjar dan Anies cukup tinggi, yakni 18% dan 35,8%," ujar Fetra.
Kemudian terdapat suatu temuan menarik dari survei LSJ kali ini yakni rendahnya elektabilitas Ganjar Pranowo di kalangan generasi digital natives. Meskipun dalam berbagai rilis lembaga survei elektabilitas Ganjar disebut cukup tinggi, namun di kalangan digital natives ternyata tidak terlalu menarik.
Hanya 12,4% anak-anak digital natives yang mengaku akan memilih Ganjar jika Pilpres dilaksanakan hari ini.
"Ini tentu sebuah fenomena anomali, mengingat Ganjar merupakan salah satu capres yang paling banyak manggung di media sosial yang notabene merupakan panggungnya anak-anak muda," jelas Fetra.
Advertisement
Generasi Digital Natives
Generasi digital natives adalah generasi yang lahir berdampingan dengan teknologi informasi (generasi di bawah usia 35 tahun). Berdasarkan data BPS 2021, proporsi generasi ini mencapai 43% dari total populasi Indonesia dan sebagian besar dari mereka akan menjadi pemilih pemula (first-time voters) dalam Pemilu 2024 nanti.
"Mereka adalah orang-orang yang sangat aktif berselancar di internet mencari berbagai informasi, termasuk informasi tentang capres. Sebab itu generasi digital natives ini sangat seksi perannya dalam Pemilu 2024 sehingga menjadi rebutan dan bidikan utama para capres," kata dia.
Survei ini dilakukan tanggal 15 - 28 April 2022 di 34 provinsi yang ada di seluruhIndonesia. Proses penarikan sampel dilakukan secara purposif dengan klasifikasi berdasarkan usia 15 - 34 tahun (Generasi Digital Natives).
Pemilihan usia minimum 15 tahun, dikarenakan pada tahun 2024, kelompok ini sudah memiliki hak pilih karena telah berusia 17 tahun. Proses penentuan jumlah responden menggunakan Metode Lemeshow, diperoleh 1225 sampel dengan Margin of Error +/- 2,8 % dan tingkat kepercayaan 95 %.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka dengan pedoman kuesioner. Responden terdistribusi 50 % laki-laki dan 50 % perempuan. Quality Control dilakukan oleh supervisi LSJ sejumlah 20 % dari total sampel.