Liputan6.com, Jakarta - Wacana duet Prabowo Subianto dan Puan Maharani jelang Pilpres 2024 makin santer dibicarakan. PDIP pun menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri jika nantinya akan dibuat Perjanjian Batu Tulis antara PDIP dan Gerindra seperti yang dilakukan pada 2009 silam.
"Itu ranah Ketum. Deadline masih September 2023 (pendaftaran capres-cawapres), mengapa harus terburu-buru," kata Politisi PDIP Hendrawan Supratikno lewat pesan singkat, Kamis (19/5/2022).
Advertisement
Hendrawan menyebut, PDIP masih fokus menyelesaikan program kerja yang saat ini dikerjakan. Persoalan Pilpres masih santai.
"Kami tetap komit dan fokus untuk menyelesaikan program-program kerja yang sudah dicanangkan," ujar anggota DPR ini.
Diketahui, hubungan PDIP dan Gerindra kian mesra. Lebaran lalu, Ketum Gerindra, Prabowo Subianto melakukan silaturahmi ke kediaman Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar, Jakarta. Keduanya bertemu dibalut suasana lebaran.
Momen ini ditangkap sebagai sebuah upaya membangun koalisi antara PDIP dan Gerindra. Hal ini diungkap Politikus PDIP, Junimart Girsang.
"Kan tahu siapa yang ke Teuku Umar, itu sinyal," kata Junimart di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Dalam pertemuan di Teuku Umar itu, Puan Maharani pun sempat mengajak Prabowo bersama Megawati untuk foto bersama. Ini bukan yang pertama. Puan dan Prabowo bersama Megawati juga sempat foto bersama di Istana pada 17 November 2021. Momen itu dilakukan saat ketiganya bertemu jelang pelantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Seorang sumber di Partai Gerindra mengakui, duet Prabowo-Puan di Pilpres 2024 tinggal menunggu waktu saja. Bahkan, menurut dia, duet ini sudah menjadi pembahasan internal.
"Sebagai tindak lanjut perjanjian batu tulis," kata dia.
Sementara Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menuturkan, pertemuan Megawati bersama Prabowo-Puan di Teuku Umar tidak membahas Pilpres 2024. Hasto mengatakan, perbincangan diwarnai cerita persahabatan sebagai sesama pemimpin partai.
"Terkait dengan 2024 tidak ada pembahasan terkait dengan hal itu. Karena kan momentumnya momentum untuk Idulfitri," kata Hasto.
Hasto mengklaim saat ini partainya sedang menyusun strategi dalam Pemilihan Umum 2024, salah satunya verifikasi parpol. Sementara, untuk calon presiden dan wakil presiden partainya menyerahkan sepenuhnya pada Megawati.
"Terkait dengan capres cawapres partai melalui kongres kan telah menetapkan ibu Megawati Soekarnoputri lah yang nanti akan menetapkan siapa pasangan calon tersebut," pungkasnya.
Hanya Silaturahmi
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani enggan memprediksi duet Prabowo-Puan di Pilpres mendatang. Dia menuturkan, pertemuan yang dilakukan Prabowo merupakan silaturahmi khususnya di momen lebaran 2022.
"Saya tidak mau memprediksi terlalu jauh, karena ini hari lebaran dan tadi itu betul-betul suasananya suasana lebaran yang sangat cair sangat baik dan suasana sangat kekeluargaan sekali," jelas dia.
Wakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman mengatakan, pihaknya masih membangun komunikasi dengan semua partai politik. Belum ada rencana deklarasi koalisi dalam waktu dekat seperti yang dilakukan Golkar, PPP dan PAN.
Habiburokhman mengakui, komunikasi dengan PDIP berjalan baik. Untuk keputusan koalisi, kata dia, melihat perkembangan ke depan. "Saya pikir bagus juga komunikasi kami dengan PDIP bagus. Nantilah kita lihat perkembangannya," kata Habiburokhman.
Advertisement
Batalnya Perjanjian Batu Tulis 2009
Pada tahun 2009 lalu, PDIP dan Gerindra membuat Perjanjian Batu Tulis jelang pilpres. Kala itu, kedua partai sepakat koalisi mengusung Megawati-Prabowo. Perjanjian berisi tentang komitmen Megawati untuk mendukung Prabowo Subianto maju di Pemilu 2014.
Namun perjanjian tersebut tidak terealisasi. Megawati memilih mengusung Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2014. Hubungan Megawati dan Prabowo pun panas. Hingga akhirnya kembali rekat usai Pemilu 2019.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan, perjanjian batu tulis yang pernah dibuat oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah selesai pada Pemilu 2009. Syaratnya saat itu tidak terpenuhi.
"Kalau prasasti batu tulis yang dimaksudkan dalam konteks politik Pak Prabowo-Bu Mega, ya pemilu sudah selesai 2009," ujar Hasto.
Syarat perjanjian batu tulis itu, kata Hasto, tidak dipenuhi karena terbukti pasangan Megawati-Prabowo kalah dalam Pemilu 2009.
"Sehingga syarat-syarat untuk menjalankan pemerintahan bersama ketika menang pemilu kan terbukti saat itu kita kalah, meskipun sekarang karena konflik internal Partai Demokrat mulai ada suara-suara yang menggugat bahwa kemenangan pemilu 2004-2009 ternyata penuh dengan manipulasi," ucap Hasto.
Sementara Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, bahwa perjanjian tersebut hanyalah bagian dari sejarah politik masa lalu.
"Perjanjian batu tulis yang di tandatangani itu adalah perjanjian yang ditandatangani tahun 2009. Dan itu berlaku untuk agenda politik tahun 2014. Jadi perjanjian batu tulis adalah sejarah yang kalau kita anggap tahun 2024 ini saya kira ya kita mengingat-ingat saja," katanya.
"Itu sebuah kesepakatan ditandatangani tahun 2009 untuk agenda politik tahun 2014," sambungnya.
Muzani menyebut, bahwa Gerindra tak ingin mengungkit masa lalu. Dia bilang, perjanjian batu tulis adalah momen yang sudah lewat.
"Momentumnya sudah lewat waktunya sudah lewat jadi kita tidak ingin mengungkit, mengungkap atau mempermasalahkan masalah itu karena sebagai sebuah momentum itu sudah lewat," ucapnya.
Prabowo-Puan Bakal Berhadapan dengan Poros Golkar?
Deklarator Poros Prabowo Subianto-Puan Maharani, Andianto meyakini duet Prabowo-Puan Maharani di pemilihan presiden (Pilpres) bakal mengalahkan pasangan yang diusung poros Partai Golkar dengan Airlangga Hartarto sebagai capres di Pilpres 2024 mendatang.
"Kami dari Poros Prabowo-Puan akan berjuang semaksimal mungkin agar capres-cawapres yang kami dukung dapat menjadi pemenang, sehingga Prabowo dan Puan Maharani bisa menjadi Presiden dann Wakil Presiden RI periode 2024-2029," kata Andianto dalam keterangannya Rabu (17/11/2021)
Menurutnya, Indonesia sedang membutuhkan pemimpin yang kuat, memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, berpihak pada rakyat kecil, bukan pemimpin yang berpihak pada pemilik modal atau globalis.
"Kami yakin di tangan kepemimpinan mereka berdua rakyat bisa makmur dan adil, Indonesia bisa maju, Indonesia berdaulat, Indonesia diperhitungkan oleh dunia internasional," ucap Andianto.
Lebih lanjut, Andianto memperkirakan Pilpres 2024 bakal menghadirkan tiga pasangan capres-cawapres.
Poros pertama akan menghadirkan pasangan Prabowo Puan, kemudian poros kedua akan menghadirkan duet Airlangga dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan poros ketiga akan beranggotakan NasDem-PKS dengan mengusung duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Advertisement