Perkuat Kinerja, Kementerian BUMN Minta BSI Gelar Sejumlah Aksi Korporasi

Terkait perubahan struktur kepemilikan saham tersebut, Kementerian BUMN menekankan akan dilakukan setelah aksi korporasi rights issue BSI.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 19 Mei 2022, 16:37 WIB
Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian BUMN akan mendorong beberapa aksi korporasi bagi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) ke depan guna memperkuat kinerja bank syariah terbesar di Tanah Air tersebut.

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo yang akrab disapa Tiko menuturkan, pemerintah saat ini memang membicarakan struktur kepemilikan emiten berkode saham BRIS tersebut. Seperti diketahui, sebelumnya sering diberitakan pemerintah akan memasukkan saham merah putih atau dwi warna ke BSI.

Mengutip laman resmi BSI komposisi pemegang saham perseroan saat ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., sebesar 50,95 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., sebanyak 24,91 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sejumlah 17,29 persen.

Sisanya adalah DPLK BRI sekitar 1,83 persen, BNI Life Insurance 0,01 persen, serta pemegang saham lain dengan kepemilikan kurang dari 5 persen termasuk publik yang baru sekitar 7,08 persen.

"BSI akan didorong untuk melakukan beberapa corporate action untuk memperkuat kinerja. Nantinya Bank Mandiri akan meningkatkan kepemilikan jadi super majority. Di satu sisi juga pemerintah sudah bicara di media akan memberikan saham merah putih kepada BSI. Jadi selain anak usaha dari Bank Mandiri, ini BSI memang jadi anak BUMN yang memiliki saham merah putih,” tutur Tiko, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (19/5/2022).

Pemerintah melalui Kementerian BUMN memiliki hak memberikan keputusan atas kebijakan strategis BSI pada masa datang.

Terkait perubahan struktur kepemilikan saham tersebut, Tiko menekankan akan dilakukan setelah aksi korporasi rights issue BSI senilai Rp5 triliun bahkan lebih. Langkah strategis tersebut akan dilaksanakan pada kuartal III 2022. 

Langkah-langkah strategis itu tak terlepas dari upaya pemerintah Indonesia menjadi salah satu pemain utama dalam keuangan syariah global. Di mana BSI diposisikan sebagai tokoh sentral dari Tanah Air.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Buka Kantor Perwakilan di Dubai

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi disaksikan CEO Dubai International Financial Centre (DIFC) Arif Amiri (tampak monitor), memberikan sambutan pada saat grand launching kantor representatif BSI di Dubai, Uni Emirat Arab pada Jumat (13/5).

Di sisi lain, sebelumnya pada 13 Mei 202, BSI pun telah resmi membuka Representative Office BSI di Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai realisasi program BUMN Go Global. Menurutnya ini merupakan langkah awal menghubungkan perbankan dan keuangan Indonesia dengan pusat-pusat keuangan syariah dunia. Juga memperdalam penetrasi ekspor ke Afrika dan negara-negara Arab.

Pihaknya pun berharap BSI mengoptimalkan potensi bisnis di Dubai. Yaitu menjadi jembatan penghubung antara Indonesia dan investor global, untuk menginvestasikan dana mereka pada proyek-proyek pemerintah seperti Ibukota Negara Baru (IKN), proyek strategis BUMN, dan proyek infrastruktur, serta industri keuangan yang berkelanjutan di Tanah Air.

Tiko lanjut menjelaskan, ketika BSI masuk ke level global untuk menyasar pasar keuangan syariah internasional, maka perlu memiliki global partner. Tujuannya guna mempercepat penetrasi bisnis.

Oleh karena itu pihaknya pun berpikir ke depan setelah rights issue ada aksi korporasi lanjutan untuk mencari global partner bagi BSI. Yaitu bisa melalui akuisisi atau joint venture, di antaranya ke arah digital untuk melengkapi produk dan layanan bagi nasabah.


BSI Salurkan Kredit Rp 177,51 Triliun pada Kuartal I 2022

Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat, nilai penyaluran pembiayaan mencapai Rp177,51 triliun di kuartal I-2022. Angka ini tumbuh sebesar 11,59 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyampaikan, capaian positif tersebut diakibatkan oleh berlanjutnya tren pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Di sisi lain, tingkat literasi dan inklusi perbankan syariah di Tanah Air semakin meningkat dan mendorong kepercayaan masyarakat terhadap BSI.

"Hal itu menjadi kunci kinerja cemerlang BSI pada triwulan I-2022," ujarnya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Kamis (28/4).

Hery merinci, petumbuhan nilai pembiayaan sebesar Rp177,51 triliun ini terdiri dari pembiayaan konsumer yang tumbuh 20,73 persen. Kemudian, pembiayaan mikro tumbuh 22,42 persen, dan gadai emas tumbuh 8,96 persen.

Selain itu, BSI konsisten untuk terus memberikan penyaluran pembiayaan berkelanjutan di Tanah Air. Per Maret 2022, BSI telah menyalurkan pembiayaan keuangan berkelanjutan sebesar Rp48,25 triliun atau berkontribusi sekitar 27 persen dari total portofolio pembiayaan.

"Capaian tersebut didukung pula pembiayaan sehat dengan rasio non performing financing (NPF) net sebesar 0,90 persen," ujar dia.

 


Dana Pihak Ketiga

Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu, untuk perolehan dana pihak ketiga mencapai Rp238,53 triliun tumbuh sekitar 16,07 persen secara yoy. Pencapaian ini merupakan hasil implementasi keseriusan BSI dalam menggarap dana murah sebagai salah satu strategi yang konsisten dijalankan dalam memacu pertumbuhan.

Di sisi lain Tabungan BSI secara keseluruhan mencapai Rp100,73 triliun atau tumbuh 15,48 persen. Sedangkan tabungan yang paling diminati masyarakat adalah Tabungan Wadiah yakni tabungan yang tidak memberikan bagi hasil maupun biaya administrasi bulanan.

"Dari sisi bank, hal ini memberikan efek positif untuk meningkatkan effisiensi beban bagi hasil," bebernya.

Kinerja yang solid dan sehat juga ditunjukan dari pertumbuhan aset sebesar 15,73 persen secara yoy menjadi Rp271,29 triliun. Adapun rasio kecukupan modal atau cash coverage BSI meningkat signifikan menjadi 150,09 persen. Selain itu, BSI juga terus meningkatkan efektivitas dan effisiensi biaya dengan membaiknya biaya operasional (BOPO) menjadi 75,35 persen.

Hery pun menekankan dengan kinerja yang terus tumbuh, BSI semakin siap menjadi Energi Baru Untuk Indonesia. Sehingga, lanjut dia, perbankan syariah diharapkan mampu menjadi prioritas & kompetitif, bukan hanya sebagai alternatif layanan perbankan yang dipilih masyarakat.

"Bank Syariah Indonesia hadir dengan nilai-nilai syariah yang menjadi pondasi utama untuk membangun keberlanjutan ekonomi syariah. Karena kami meyakini bahwa hal inilah yang menjadi keunikan yang harus terus dibangun sehingga fungsi perbankan syariah dapat menjadi salah satu katalis penting dalam fondasi pembangunan ekonomi bangsa," ujar Hery.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya