Liputan6.com, Bandung - Penyakit mulut dan kuku (PMK) kini tengah menjangkiti banyak hewan ternak di berbagai provinsi di Indonesia. PMK memang tidak menyerang manusia, namun menyerang pada ternak terutama sapi.
Menurut Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, PMK merupakan penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku genap atau belah.
Advertisement
"PMK merupakan penyakit hewan yang sangat menular yang menyerang hewan berkuku belah, seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, kijang atau rusa, unta dan gajah, meskipun dilaporkan pada hewan lain seperti beruang," ujar Handoko dalam keterangan resminya ditulis, Jumat, 20 Mei 2022.
BRIN melakukan implementasi deteksi penyakit PMK di Indonesia, studi epidemiologi, mengisolasi, mengkarakterisasi virus PMK dengan melakukan analisis molekuler dengan sekuensing (whole genome sequencing).
“Hewan yang sakit akibat infeksi virus PMK menunjukkan gejala klinis patognomonik berupa vesikel atau lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku,” kata Handoko.
Handoko menyebutkan Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office des Internationale Epizootis (OIE), telah menempatkan penyakit ini pada OIE Listed Diseases and Other Diseases of Importance atau daftar sebagai penyakit yang wajib dilaporkan oleh semua negara di dunia.
Handoko menambahkan, BRIN juga melakukan identifikasi vaksin yang kompatibel dan virus yang beredar.
"BRIN melakukan inovasi pengembangan deteksi cepat penyakit PMK melalui pengembangan uji point care (lateral flow devices) yang dapat digunakan di lapangan dan pengembangan vaksin," ucap Handoko.
Estimasi Biaya Pengendalian PMK
Hal serupa dikatakan oleh Kepala Organisasi Riset Kesehatan Ni Luh P. Indi Dharmasanti. Penyakit ini patut diwaspadai karena dapat menyebar dengan cepat mengikuti arus transportasi hewan.
"Hal ini berakibat pada kerugian ekonomi karena penurunan nilai jual dan produk hewan ternak, serta membutuhkan pengendalian yang kompleks," sebut Indi.
Indi menyebutkan, untuk menangani kasus ini di Indonesia, diprediksi membutuhkan sekitar 9,9 triliun rupiah per tahun. Bahkan ungkap Indi, angka tersebut bisa lebih tinggi lagi.
“Penyakit ini sangat menular dan masih terjadi di banyak negara di dunia, serta menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Berdasarkan sifat dan sebaran penyakit, serta dampak kerugian yang ditimbulkannya," tukas Indi.
Advertisement
PMK Sangat Jarang Menular ke Manusia
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan penyakit mulut dan kuku sangat jarang menular ke manusia.
"Kami sudah diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku dominan di hewan, hampir tidak ada yang loncat ke manusia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 9 Mei 2022.
PMK Hanya Menular dari Hewan ke Hewan
Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku yang menyerang ribuan hewan ternak di Jawa Timur berbeda dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan hewan kalelawar ke manusia. Berbeda pula dengan flu babi dan flu burung. Budi menekankan bahwa PMK hanya menular di hewan berkuku.
"Kalau penyakit mulut dan kuku memang adanya hanya di hewan yang berkuku dua. Sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.
Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku memang sangat menular di hewan. "Tapi sekali lagi, di manusia masih sangat jarang," kata Budi.
Advertisement