Liputan6.com, Jakarta - XL Axiata mengatakan ingin meningkatkan salah satu inisiatif pemberdayaan perempuan mereka yaitu Sispreneur agar dapat berdampak dengan skala yang lebih mendunia, melalui G20 Empower.
Perusahaan telekomunikasi itu mengatakan, mereka ingin agar dari Sisternet untuk meningkatkan literasi digital pada perempuan, bisa berlanjut ke arah Sispreneur, yaitu memanfaatkan digital untuk membangun bisnis.
Advertisement
"Di dalam rangka G20 ini, Sispreneur ini mau kami tingkatkan supaya dampaknya bukan hanya dalam skala yang bisa dilakukan XL tapi juga bisa lebih mendunia," kata Dian Siswarini, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata.
"Jadi kami mengundang delegasi dari negara lain, untuk bisa memberikan akses kepada angel investor community mereka, kemudian juga membuka akses kepada expert-expert yang bisa menjadi tutor untuk para UMKM yang kita bina di Sispreneur," kata Dian.
Menurut Dian, dalam konferensi persnya di Yogyakarta, Rabu (18/5/2022), Sispreneur bukanlah ide yang dikembangkan oleh XL Axiata sendiri, melainkan juga menggandeng Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
"Jadi KPPPA juga ingin menjadikan ini sebagai flagship project," imbuh Dian yang juga menjadi Co-Chair dari W20 ini menambahkan.
Ia menambahkan, untuk membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) perempuan, tak hanya sekadar dengan pemberian dana. Hal semacam ini dinilai tidak akan berjalan baik. "Jadi sebetulnya yang harus kita bangun adalah seluruh ekosistemnya," kata Dian.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukan Sekadar Memberi Privilese
Menurut Dian, beberapa hal yang bisa dilakukan juga terkait bagaimana mereka mengelola finansial, aset, memberikan akses ke pasar, serta agar mereka dapat mengakses komunitas untuk saling berbagi.
"Terus bagaimana juga membebaskan mereka dari social bias yang ada, dan juga dari limitasi secara legal," kata Dian mencontohkan, seringkali perempuan juga memiliki keterbatasan karena alasan suami, meski memiliki potensi.
Dian pun menegaskan, pemberdayaan perempuan bukan hanya sekadar memberikan akses atau hak istimewa kepada mereka di sebuah posisi, dalam sebuah perusahaan.
"Yang harus diberikan pemahaman kepada semua leaders di perusahaan, bahwa yang namanya pemberdayaan perempuan itu bukan cuma 'perempuan harus diberi akses' atau 'perempuan diberikan privilese.' Bukan," kata Dian Siswarini.
Dian menyebutkan, pemberdayaan perempuan juga memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan.
"Pemberdayaan perempuan atau inklusivitas perempuan itu, mempunyai business case yang positif. Jadi ada return of investment yang kita masukkan untuk pemberdayaan perempuan itu hasilnya nyata," kata Dian.
Advertisement
Agenda Finansial
Dian juga menegaskan, keberadaan program yang ditujukan untuk perempuan bukan hanya agar lebih banyak perempuan di perusahaan. "Tetapi harusnya itu supaya kemakmuran perusahaan meningkat," ujarnya.
Dian mengungkapkan, di XL Axiata sendiri, mereka mencari seorang kandidat memang didasari profil yang cocok. "Jadi bukan hanya untuk memenuhi kuota, tetapi kami juga merekrut untuk fitting certain profile," katanya.
"Jadi agenda pemberdayaan perempuan itu adalah agenda finansial, bukan sosial atau kuota, atau emotional decision (keputusan emosional). Kedua, kami memastikan bahwa perusahaan mencari kandidat untuk perempuan yang sesuai dengan profil pekerjaan," kata Dian.
Ia menyebut apabila dalam sebuah posisi yang mereka butuhkan lebih tepat dikerjakan oleh kandidat laki-laki, ia pun akan lebih memiliki pekerja laki-laki tersebut dibandingkan kandidat perempuan.
"Yang harus disadari adalah memberdayakan perempuan bukan artinya memarginalkan laki-laki. Laki-laki hanya diberikan pengertian, 'kalau kamu memberikan akses yang lebih besar untuk perempuan, kemakmurannya akan dirasakan bersama,'" tandasnya.
Pemimpin Perempuan di XL Axiata
Sebelumnya, Yessie D. Yosetya, Direktur & Chief Strategic Transformation & IT Officer XL Axiata, mengungkapkan bahwa di perusahaannya, jumlah pimpinan perusahaan yang adalah perempuan sudah mencapai 30 persen.
"Saya boleh bangga bahwa di XL jumlah pemimpin perempuan sudah mencapai 30 persen," kata Yessie yang juga Chairwoman dari G20 Empower tersebut.
Selain itu, dalam rangka mendukung keterlibatan perempuan di perusahaan, saat melakukan talent management, proporsi dari kepemimpinan perempuan juga dilihat dilihat secara holistik mulai dari development, rekrutmen, dan promosi karyawan.
"Salah satu yang kami percayai adalah, (perempuan) bisa maju apabila mereka mempunyai kesempatan yang sama," kata Yessie.
G20 Empower sendiri dalam kesempatan tersebut mendorong lebih banyak perempuan yang duduk di jabatan tinggi atau menjadi pimpinan di sebuah perusahaan, khususnya sektor swasta.
Yessie mengatakan, salah satu upaya yang mereka lakukan adalah dengan memperlebar Advocate atau jejaring advokasi, yang beranggotakan para pemimpin bisnis C-Level dan perwakilan pemerintah.
"Harapannya adalah mereka bisa langsung memastikan terjadinya perubahan dari sisi policy perusahaan, tata kelola perusahaan, dan seterusnya," katanya.
(Dio/Ysl)
Advertisement