Neraca Pembayaran Indonesia Defisit tapi Transaksi Berjalan Surplus

Pada kuartal I 2022, surplus transaksi berjalan masih berlanjut di tengah defisit transaksi modal dan finansial sehingga Neraca Pembayaran Indonesia defisit.

oleh Tira Santia diperbarui 20 Mei 2022, 11:16 WIB
Seorang melihat gedung bertingkat di Jakarta. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2022 defisit USD 1,8 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2022 defisit USD 1,8 miliar. Meski demikian ini dinilai masih tetap baik, sehingga menopang ketahanan eksternal.

Pada kuartal I 2022, surplus transaksi berjalan masih berlanjut di tengah defisit transaksi modal dan finansial sehingga NPI defisit.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2022 tercatat sebesar USD 139,1 miliar atau setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.

"Surplus transaksi berjalan berlanjut pada kuartal  I 2022 terutama ditopang oleh surplus neraca barang yang tetap tinggi," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, Jumat (20/5/2022).

Pada kuartal  I 2022, transaksi berjalan melanjutkan surplus sebesar USD 0,2 miliar (0,1 persen dari PDB), meskipun lebih rendah dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar USD 1,5 miliar (0,5 persen dari PDB).

Kinerja positif tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap kuat seiring dengan harga ekspor komoditas global yang masih tinggi, seperti batu bara dan CPO, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia.

Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antarnegara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka.

Di sisi lain, defisit neraca pendapatan primer membaik sehingga menopang berlanjutnya surplus transaksi berjalan.

 


Transaksi Modal dan Finansial

Anak-anak dengan latar gedung bertingkat bermain di Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kinerja transaksi modal dan finansial pada kuartal  I 2022 tetap terjaga ditopang oleh peningkatan surplus investasi langsung, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Transaksi modal dan finansial pada kuartal  I 2022 mencatat defisit sebesar USD 1,7 miliar (0,5 persen dari PDB), membaik dibandingkan dengan defisit USD 2,2 miliar (0,7 persen dari PDB) pada kuartal  IV 2021.

Optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik dan iklim investasi yang terjaga mendorong peningkatan aliran masuk neto investasi langsung pada kuartal  I 2022 menjadi sebesar USD 4,5 miliar , lebih besar dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD 3,8 miliar.

 

 


Dampak Pasar Global Tidak Pasti

Suasana gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Sabtu (19/3/2022). Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat lebih tinggi, pada kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen, dari pertumbuhan 3,69 persen pada 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina dan rencana percepatan normalisasi kebijakan moneter di negara maju menyebabkan aliran keluar investasi portofolio, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan triwulan IV 2021.

Selain itu, transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih besar dari triwulan sebelumnya antara lain disebabkan oleh peningkatan piutang dagang dan penempatan ke aset valas sejalan dengan masih tingginya aktivitas ekspor.

Ke depan, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta melanjutkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya