Stablecoin Tether Kini Didukung dengan Obligasi Pemerintah

Pengungkapan terbaru Tether mengungkapkan membeli utang pemerintah dari negara-negara di luar AS.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 20 Mei 2022, 14:12 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Penerbit stablecoin tether mengatakan dalam sebuah laporan mata uang digital mereka sekarang didukung sebagian oleh obligasi pemerintah non AS. 

Stablecoin adalah jenis cryptocurrency yang dipatok dengan aset tradisional lainnya seperti dolar AS. Tether, perusahaan di balik stablecoin USDT bertujuan untuk mematok nilai stablecoin mereka 1:1 dengan dolar AS. 

Dalam apa yang disebut laporan “pengesahan” terbaru, Tether menyatakan kepemilikannya atas Treasury AS. naik 13 persen menjadi USD 39,2 miliar atau sekitar Rp 574,4 triliun pada kuartal pertama.

Pengungkapan terbaru Tether penting karena ini juga pertama kalinya perusahaan mengungkapkan membeli utang pemerintah dari negara-negara di luar AS selain tagihan Treasury.

Sekitar USD 286 juta, jumlah obligasi non-AS, sebagian kecil dari aset yang diklaim Tether lebih dari USD 82 miliar. Namun, sumber dana, dan pemerintah yang mengeluarkan obligasi tidak jelas.

Jumlah surat berharga pinjaman jangka pendek kepada perusahaan yang dimiliki Tether turun 17 persen menjadi USD 20,1 miliar pada periode tersebut, dan turun lagi 20 persen sejak 1 April, kata perusahaan itu. Kepemilikan kertas komersial Tether telah menjadi perhatian regulator dan ekonom karena potensi eksposur pasar uang.

Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah AS secara luas dipandang aman dan sangat likuid. Utang dari ekonomi kurang berkembang lainnya lebih berisiko, karena memiliki kemungkinan gagal bayar yang lebih tinggi. 

Pihak Tether juga tidak segera tersedia untuk mengomentari obligasi non-AS mana yang telah dibelinya.

Chief technology officer Tether Paolo Ardoino, mengatakan pengesahan terbaru ini menyoroti Tether didukung penuh dan komposisi cadangannya kuat, konservatif, dan likuid.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Mengenal Tether

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Tether adalah bagian penting dari pasar kripto. Dengan sirkulasi USD 74 miliar, ini adalah stablecoin terbesar di dunia, memfasilitasi perdagangan bernilai miliaran dolar setiap hari. Investor sering memarkir uang mereka di tether pada saat volatilitas tinggi dalam bitcoin dan cryptocurrency.

“Pekan terakhir ini adalah contoh nyata dari kekuatan dan ketahanan Tether. Tether telah mempertahankan stabilitasnya melalui berbagai peristiwa black swan dan kondisi pasar yang sangat fluktuatif.” ujar Ardoino dikutip dari CNBC, Jumat (20/5/2022).

Tether dimaksudkan untuk mempertahankan pasak 1:1 terhadap dolar setiap saat. Tetapi volatilitas dalam cryptocurrency minggu lalu, ditambah dengan kepanikan atas runtuhnya terra USD, sempat menyeret tether di bawah USD 1,00 di beberapa bursa. 

Terra USD, atau UST seperti yang diketahui, adalah apa yang disebut stablecoin “algoritmik” yang berusaha mempertahankan nilai USD 1,00 dengan menggunakan kode algoritmik daripada aset tradisional seperti dolar AS.

Jumlah uang tunai yang mengalir keluar dari Tether telah menimbulkan pertanyaan baru tentang cadangan di baliknya. Tether sebelumnya diklaim hanya didukung oleh dolar AS. Akibat hal itu, investor telah menarik lebih dari USD 7 miliar dari Tether dalam seminggu terakhir saja.

 

 


Ekonom Tak Yakin Pengesahan Tether

Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Tether mulai merilis keuangan triwulanan setelah penyelesaian 2021 dengan jaksa agung New York, yang menuduh perusahaan berbohong tentang dukungan stablecoinnya (Tether mengakui tidak melakukan kesalahan).

Dokumen-dokumen tersebut ditandatangani oleh MHA Cayman, sebuah firma akuntansi yang kurang dikenal yang berbasis di Kepulauan Cayman.

Beberapa ekonom dan investor tidak yakin dengan pengesahan Tether dan menyerukan audit penuh. Perusahaan mengatakan audit semacam itu sedang dalam proses.


Investor Tarik Rp 102,4 Triliun dari Stablecoin Tether

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Sebelumnya, investor telah menarik lebih dari USD 7 miliar atau sekitar Rp 102,4 triliun dari Tether sejak turun sebentar dari patok dolarnya, menimbulkan pertanyaan baru tentang cadangan yang menopang stablecoin terbesar di dunia.

Dilansir dari CNBC, Rabu (18/5/2022), pasokan Tether yang beredar telah merosot dari sekitar USD 83 miliar seminggu yang lalu menjadi kurang dari USD 76 miliar pada Selasa, menurut data dari CoinGecko. 

Stablecoin dimaksudkan untuk selalu bernilai USD 1,00. Namun pada Kamis pekan lalu harganya tergelincir serendah 95 sen di tengah kepanikan atas runtuhnya token Terra US (UST).

Sebagian besar stablecoin didukung oleh cadangan fiat, gagasannya adalah mereka memiliki jaminan yang cukup jika pengguna memutuskan untuk menarik dana mereka. Akan tetapi, jenis baru stablecoin “algoritmik” seperti terra USD, mencoba mendasarkan pasak dolar mereka pada kode. Itu telah diuji akhir-akhir ini karena investor telah memburuk pada cryptocurrency.

Sebelumnya, Tether mengklaim semua tokennya didukung 1-1 oleh dolar yang disimpan di bank. Namun, setelah penyelesaian dengan jaksa agung New York, perusahaan mengungkapkan mereka mengandalkan berbagai aset lain termasuk surat berharga, suatu bentuk hutang jangka pendek tanpa jaminan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung tokennya.

Ketika Tether terakhir kali mengungkapkan perincian cadangannya, ada uang tunai mencapai sekitar USD 4,2 miliar dari asetnya. Sebagian besar USD 34,5 miliar terdiri dari tagihan Treasury yang tidak dikenal dengan jatuh tempo kurang dari tiga bulan, sementara USD 24,2 miliar kepemilikannya ada di surat berharga.

Pengesahan yang dihasilkan oleh Tether setiap kuartal ini ditandatangani oleh MHA Cayman, sebuah perusahaan yang berbasis di Kepulauan Cayman yang hanya memiliki tiga karyawan, menurut profil LinkedIn-nya.

 


Masih Audit

Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Tether telah menghadapi panggilan berulang untuk audit penuh atas cadangannya. Pada Juli 2021, perusahaan mengatakan kepada CNBC mereka akan mengeluarkan audit penuh dalam hitungan "bulan." tetapi masih belim dilakukan.

Menanggapi pengguna Twitter yang mendesak Tether untuk merilis audit penuh, chief technology officer Tether, Paolo Ardoino, bersikeras tokennya "didukung sepenuhnya" dan telah diambil USD 7 miliar dalam 48 jam terakhir.

“Kami dapat terus berjalan jika pasar menginginkannya, kami memiliki semua likuiditas untuk menangani penebusan besar dan membayar semua 1-1,” kata Ardoino dikutip dari CNBC, Rabu (18/5/2022). 

Dalam tweet lanjutan, Ardoino mengatakan Tether masih mengerjakan audit. “Semoga regulator akan mendorong lebih banyak perusahaan audit untuk lebih ramah terhadap kripto,” katanya.

Destabilisasi token yang memiliki tujuan tunggal untuk mempertahankan harga yang stabil telah mengguncang regulator di kedua sisi Atlantik.

Pekan lalu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memperingatkan risiko yang ditimbulkan pada stabilitas keuangan jika stablecoin dibiarkan tumbuh tidak terkekang oleh peraturan, dan mendesak anggota parlemen untuk menyetujui peraturan sektor ini pada akhir tahun 2022.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya