Liputan6.com, Jakarta Akupunktur telah menjadi bagian pengobatan tradisional China lebih dari 30 abad. Bahkan akunpunktur kini sudah menjadi bagian dari terapi komplementer kedokteran barat.
Demikian pula di Indonesia, teknik pengobatan akupunktur digunakan menjadi bagian pengobatan tradisional oleh masyarakat.
Advertisement
Dua ahli akupunktur Indonesia melihat hal ini dan menerbitkan sebuah buku yang ditujukan memudahkan para praktisi akupunktur untuk mengaplikasikan teori yang ada kepada para pasien.
Buku ini diterbitkan berdasarkan penelitian biomedis dan bukti klinis yang dikumpulkan selama 30 tahun terakhir. Dalam buku berjudul “Dasar Biomedis Akupunktur” .
Buku ini memberikan gambaran terhadap model klinis baru bercirikan reproduktivitas, prediktabilitas, dan standarisasi biomedis sambil tetap mempertahankan semua manfaat akupunktur klasik.
Dua penulisnya Raymond R. Tjandrawinata, PhD, DNM yang merupakan Akupunturis dan Farmakolog Molekuler, bersama dengan Prof. Dr. Koosnadi Saputra, dr.Sp.R., yang saat ini menjabat sebagai Ketua Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Akupunktur serta Pembina Akademi Akupunktur Surabaya, menyusun buku “Dasar Biomedis Akupuntur” sebagai bagian dari korelasi Akupuntur dengan Anatomi dan Fisiologi.
“Diharapkan buku ini dapat membantu dalam memberikan pengertian dasar kepada praktisi Kedokteran dan Profesi Kesehatan lain untuk memanfaatkan akupunktur dalam model terapi integratif dalam kerangka meningkatkan kualitas hidup pasien. Buku ini juga diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan Kedokteran demi pengembangan ilmu kedokteran secara umum,” kata Dr. Raymond.
Dalam buku setebal 132 halaman tersebut, berisi 10 bab topik yang diawali dengan penjelasan sifat titik akupunktur pada kulit dan dilanjutkan dengan sifat titik akupunktur sebagai sel aktif listrik.
Isi Buku Lainnya
Di bab-bab berikutnya dibahas mekanisme kerja akupunktur, korelasi lima elemen dengan berbagai struktur tubuh, dan juga pola titik akupunktur pada meridian dan titik pemicu pada nonmeridian.
Sementara di bab-bab selanjutnya, akan diulas organ zangfu dan hubungannya dengan biomedis, patofisiologis penyakit organ yin menurut TCM, serta dasar fisiologis akupunktur analgesia.
Sementara dua bab terakhir dijelaskan efek akupunktur terhadap ekspresi gen dan modifikasi epigenetik pada penyakit terkait stres oksidatif dan akupunktur sebagai pengatur ketahanan tubuh.
Dalam buku tersebut Prof. Koosnadi dan Dr. Raymond menjelaskan secara details titik akupunktur pada struktur kulit yang diketahui merupakan kumpulan sel aktif listrik yang eksistensi kelistrikannya mudah berubah akibat perubahan ion-ion disekitarnya.
Perubahan ion yang sering terjadi ini, membuat titik akupunktur bersifat labil dan mempunyai konduktansi meningkat, tahanan, dan impedansi (hambatan) yang rendah, kapasitas yang tinggi serta potensial listrik yang meningkat dibandingkan dengan titik lain di sekitarnya yang tidak bersifat titik akupunktur.
“Karenanya sistem sistem akupunktur yang ditentukan secara neuroanatomi dan fisiologis dapat memberikan evaluasi kuantitatif yang memprediksi prognosis perawatan akupunktur; dan protokol pengobatan standar namun individual yang dapat disesuaikan untuk setiap pasien,” jelas Prof. Koosnadi.
Hal yang menarik, dalam buku tersebut dipaparkan teori klasik terkait lima elemen yang dapat diaplikasikan pada penyakit berdasarkan interkomunikasi neurohormonal antarorgan.
Dalam pemaparan tersebut, pembaca akan mendapatkan korelasi antara teori klasik dan mekanisme kerja fisiologis titik akupunktur pada tubuh yang mempunyai dasar biomedis dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan kepada pasien.
Penasaran bukan? Temukan jawaban dari rasa penarasan Anda dalam buku yang ditulis oleh Dr. Raymond Tjandrawinata dan Prof. Koosnadi Saputra dalam buku “Dasar Biomedis Akupunktur” (Untuk Diagnosis dan Terapi).
Advertisement