Kementan Berjuang agar Bunga KUR Pertanian Turun Jadi 3 Persen

Program KUR merupakan fasilitas dari pemerintah dengan bunga yang rendah, yaitu 6 persen. Kementan saat ini sedang berjuang agar ada KUR khusus yang bunganya hanya 3 persen.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 20 Mei 2022, 21:30 WIB
Petani memanen sayuran di Tangerang, Banten, Kamis (8/7/2021). Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian dirasakan manfaatnya oleh petani. (Liputan6.con/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan berbagai cara untuk menyukseskan program pembangunan pertanian. Salah satunya adalah mendongkrak kemajuan sektor pertanian melalui kebijakan kredit usaha rakyat (KUR) tanpa agunan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menjelaskan program KUR untuk menggerakkan usaha para petani yang kesulitan permodalan.

"Tidak mungkin kita bisa membangun agribisnis tanpa modal. Membangun agribisnis itu selain mengandalkan inovasi teknologi era 4.0 dan smart farming, kita juga musti mempunyai KUR sebagai modal menggerakkan roda pembangunan agribisnis kita," kata Dedi saat press conference pelatihan pelatihan sejuta petani dan penyuluh di Bogor, Jumat (20/5/2022).

Ia mengatakan program KUR merupakan fasilitas dari pemerintah dengan bunga yang rendah, yaitu 6 persen. Kementan saat ini sedang berjuang agar ada KUR khusus yang bunganya hanya 3 persen.

"Bunga KUR dari pemerintah sangat rendah yaitu 6 persen karena sudah disubsidi dari pemerintah," ujar Dedi.

Menurut Dedi, bagi yang ingin mengajukan KUR namun masih bingung bagaimana cara mengaksesnya, para petani bisa meminta bantuan penyuluh di setiap desa.

"Bagi petani yang belum paham bisa meminta bantuan ke penyuluh. Di Pulau Jawa, satu penyuluh membawahi satu atau dua desa, tapi kalau di luar Pulau Jawa bisa sampai 5 desa," ucapnya.

Sementara itu, serapan KUR pertanian tahun 2020 mencapai 1,9 juta debitur dan realisasi kredit Rp 55,30 triliun dari target Rp 50 triliun. Pada 2021 mencapai 2,6 juta debitur dan realisasi kredit Rp 85,62 triliun dari target Rp 70 triliun. Sedangkan target KUR pertanian tahun 2022 sebesar Rp 90 triliun.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kata Mentan

Petani memanen sayuran di Tangerang, Banten, Kamis (8/7/2021). Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian dirasakan manfaatnya oleh petani. (Liputan6.con/Angga Yuniar)

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, Kementan telah memfasilitasi kebutuhan masyarakat dalam pengembangan sektor pertanian melalui dana KUR.

Syahrul berharap program KUR juga dapat mendongkrak kinerja pertanian khususnya di tahun anggaran (TA) 2022 seiring dengan upaya penguatan produksi pangan, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian tersebut.

"Kami selalu bersoal dengan anggaran. Oleh karena itu tadi ada kesepakatan kami bahwa anggaran Kementan 2022 harus bisa terakselerasi dengan daya produktifitas yang lebih baik melalui pemanfaatan kebijakan KUR yang digulirkan Presiden Joko Widodo untuk dimanfaatkan di bidang pertanian," ucap Mentan.

Syahrul juga meminta dalam menghadapi kondisi yang dinamis dengan ketidakpastian harga dan pasokan pangan dunia dibutuhkan kemauan yang kuat dengan tidak hanya mengandalkan anggaran. 


Sektor Pertanian Paling Banyak Menyerap Tenaga Kerja di Tahun 2022

Petani memanen sayuran di Tangerang, Banten, Kamis (8/7/2021). Kredit Usaha Rakyat (KUR) membantu petani mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya serta membantu menjaga produktivitas di masa pandemi. (Liputan6.con/Angga Yuniar)

Kontribusi sektor pertanian dalam mengatasi permasalah pengangguran terbilang masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian mengalami peningkatan. Data menunjukkan, distribusi penduduk yang bekerja di sektor tersebut mencapai 29,96 persen atau sekitar 1,86 juta orang pertahun (YoY).

Dengan demikian, Margo mengungkapkan untuk tingkat pengangguran yang terjadi memperlihatkan angka penurunan yang cukup signifikan.

"Pada Februari 2021 angkanya masih 6,26 persen dan sekarang turun menjadi 5,83 persen," ujar Margo dalam berita resmi statistik yang digelar melalui video conference, Senin, 9 Mei 2022.

Di sisi lain, Margo mengatakan Nilai Tukar Petani (NTP) yang dihitung berdasarkan tahunan (YoY) juga mengalami kenaikan, di mana NTP pada April 2022 mencapai 108,46 atau lebih tinggi jika dibandingkan nilai NTP April 2021 yang hanya 102,93.

Selain NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada April 2022 mengalami kenaikan cukup tinggi jika dibandingkan kondisi NTUP April 2021, di mana angkanya hanya 103,55. Sedangkan NTUP tahun ini mencapai 108,64. Meski demikian, baik NTP maupun NTUP yang dihitung secara bulanan mengalami penurunan.

Menurut Margo, penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani nilainya lebih rendah jika dibandingkan dengan indeks yang harus dibayarkan petani.

"Indeks harga yang diterima petani kenaikannya hanya meningkat 0,06 persen sementara indeks yang dibayar petani 0,83 persen," katanya.


Jaga Momentum

Terpisah, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa penurunan NTP dan NTUP di beberapa sektor disebabkan peningkatan harga kebutuhan petani dan rumah tangga seperti minyak goreng dan bahan bakar, serta peningkatan biaya produksi pada beberapa komoditas, namun penerimaan petani tetap baik karena permintaan tinggi untuk komoditas pangan dan pertanian terutama saat puasa dan Hari Raya Lebaran 2022.

Kuntoro menyampaikan terima kasih atas kerja keras petani, peternak, dan semua pihak dalam mendorong sektor pertanian yang jauh lebih kuat dan mandiri. Karena itu, Kuntoro mengajak masyarakat untuk menjaga momentum ini agar pertanian dan kesejahteraan petani tetap tumbuh secara baik.

"Apalagi saat ini kita sedang menghadapi panen raya di seluruh daerah. Momentum ini harus kita jaga bersama agar tidak terjadi penurunan harga hasil panen," ujarnya.

jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya