AS Siap Bantu Korea Selatan dengan Nuklir

Presiden AS Joe Biden berkunjung ke Seoul, Korea Selatan. Ia turut membahas Korea Utara.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 21 Mei 2022, 17:30 WIB
Presiden AS Joe Biden saat berada di Korea Selatan. Dok: @POTUS/Twitter

Liputan6.com, Seoul - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berkunjung ke Korea Selatan dan bertemu presiden baru negara tersebut, yakni Yoon Suk-yeol. Dalam kedatangannya, Presiden Joe Biden membahas kerja sama Indo-Pasifik, dan kerja sama militer. 

"Banyak sekali bagian dari masa depan yang akan ditulis di Indo-Pasifik selama beberapa dekade ke depan. Ini adalah momen untuk berinvestasi di satu sama lain, memperkuat hubungan-hubungan bisnis, dan membawa masyarakat kita lebih dekat lagi," ujar Presiden Biden lewan akun Twitter @POTUS, Sabtu (21/5/2022). 

Presiden Joe Biden siap mendukung Republik Korea alias Korea Selatan untuk memakai kapabilitas pertahanan Amerika Serikat, termasuk nuklir.

"Presiden Biden menegaskan bahwa AS memberikan komitmen penangkal kepada Republik Korea untuk memakai sepenuhnya kapabilitas pertahanan AS, termasuk kapabilitas-kapabilitas nuklir, konvensional, dan pertahanan," tulis pernyataan bersama AS-Korsel.

Meski AS berkata siap membantu dengan nuklir, Presiden Yoon dan Presiden Biden ingin melanjutkan komitmen denuklirisasi Semenanjung Korea. Kedua negara sepakat untuk berkoordinasi demi tujuan tersebut. 

Nuklir milik Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) alias Korea Utara dianggap sebagai ancaman di Asia.

"Kedua Presiden berbagi pandangan bahwa program nuklir RRDK memberikan sebuah ancaman mengerikan tidak hanya kepada perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea tetapi juga seluruh Asia dan dunia," tulis pernyataan tersebut.

Kedua pemimpin sepakat memulai diskusi-diskusi untuk memperluas jangkauan dan skala latihan-latihan militer gabungan di area Semenanjung Korea. Selain itu, AS juga berminat membantu Korea Selatan dalam melawan serangan cyber dari Korea Utara. 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ruang Dialog dan Negosiasi

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengenakan masker memeriksa apotek di tengah wabah Covid-19 di Pyongyang, Korea Utara pada 15 Mei 2022. Sejak negara itu pertama terkena wabah COVID-19, Apotek Korea Utara sekarang buka 24 jam sehari. (STR/KCNA VIA KNS/AFP)

Presiden Joe Biden dan Presiden Yoon Suk-yeol meminta agar semua anggota PBB mengikuti semua resolusi Dewan Keamanan PBB dan meminta Korea Utara untuk mengikuti apa yang telah disepakati pada komitmen dan perjanjian.

Kedua pemimpin juga menyebut masih membuka jalan dialog dan diplomasi untuk mencari solusi dengan Korea utara.

"Presiden Yoon menjelaskan visinya untuk normalisasi hubungan antar-Korea melalui rencana tegas yang bertujuan pada denuklirisasi dan semenanjung Korea yang sejahtera dan Presiden Biden mengungkapkan dukungannya pada kerja sama antara-Korea," tulis pernyataan kedua pemimpin.

Teknologi Strategis

Isu ekonomi dan teknologi turut menjadi pembahasan. Presiden Biden dan Presiden Yool berkata para ilmuwan dari negara mereka termasuk yang paling inovatif di dunia.

Mereka sepakat untuk bekerja sama dalam melindungi dan mempromosikan teknologi yang penting dan sedang berkembang, termasuk semiconductor, baterai mobil listrik yang ramah lingkungan, Kecerdasan Buatan, teknologi kuantum, bioteknologi, biomanufaktur, dan robotika otonom.

AS dan Korea Selatan berjanji untuk saling mendukung kerja sama people-to-people terkait bidang-bidang tersebut.


Ledakan COVID-19 di Korea Utara

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengenakan masker memeriksa apotek di tengah wabah Covid-19 di Pyongyang, Korea Utara pada 15 Mei 2022. Total sekarang menjadi 1.483.060 dengan gejala demam, sementara jumlah kematian bertambah menjadi 56 orang. (STR/KCNA VIA KNS/AFP)

Ledakan kasus COVID-19 di Korea Utara juga menjadi perhatian dari kedatangan Presiden Biden ke Korea Selatan. Pihak Amerika Serikat dan Korea Selatan berkata siap bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membantu pengiriman bantuan ke Korea Utara untuk melawan COVID-19. 

Kini, Korea Utara bahkan berusaha melawan corona dengan obat tradisional. 

Sebelumnya dilaporkan BBC, media pemerintah Korut telah merekomendasikan berbagai pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala Covid-19 seperti demam. Bagi mereka yang tidak sakit parah, surat kabar partai penguasa Rodong Sinmun merekomendasikan pengobatan tradisional seperti teh jahe atau honeysuckle dan minuman daun willow.

Minuman panas dapat meredakan beberapa gejala Covid-19, seperti sakit tenggorokan atau batuk, dan membantu hidrasi saat pasien kehilangan lebih banyak cairan dari biasanya.

Jahe dan daun willow juga dapat meredakan peradangan dan mengurangi rasa sakit. Tapi tentu saja mereka bukan pengobatan untuk virus itu sendiri. Media pemerintah Korut juga merekomendasikan penderita Covid-19 untuk berkumur dengan air garam pagi dan malam. Ribuan ton garam pun telah dikirim ke Pyongyang untuk membuat solusi antiseptik, lapor kantor berita negara.

Beberapa penelitian menunjukkan berkumur dengan air garam memerangi virus yang menyebabkan flu. Tetapi ada sedikit bukti bahwa mereka memperlambat penyebaran Covid-19. Obat kumur bisa membunuh virus di laboratorium, sebuah penelitian menemukan. Tapi itu belum secara meyakinkan terbukti membantu pada manusia.

Covid-19 terutama menginfeksi orang lewat droplet di udara yang masuk melalui hidung dan juga mulut, sehingga berkumur hanya mengatasi satu titik masuknya virus. Dan begitu virus masuk, ia bereplikasi dan menyebar jauh ke dalam organ, di mana tidak ada jumlah kumur yang bisa dijangkau.


Antiobiotik

Karyawan Toko Umum Bahan Makanan Kyonghung mendisinfeksi ruang pamer di Pyongyang, Korea Utara, Rabu, 10 November 2021. Sebelum mengakui kasus COVID-19 domestik, Kamis, 12 Mei 2022. (Foto AP/Jon Chol Jin, File)

Sementara itu televisi pemerintah telah menyarankan pasien untuk menggunakan obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen serta amoksisilin dan antibiotik lainnya. Ibuprofen (dan parasetamol) dapat menurunkan suhu dan meredakan gejala seperti sakit kepala atau sakit tenggorokan. Tetapi mereka tidak akan membersihkan virus atau mencegahnya berkembang.

Antibiotik, dimaksudkan untuk infeksi bakteri bukan virus, tidak dianjurkan. Dan penggunaan antibiotik yang tidak perlu berisiko mengembangkan serangga yang resisten.

Penelitian laboratorium menunjukkan beberapa dapat memperlambat penyebaran beberapa virus, termasuk Covid-19. Tapi ini belum direplikasi di dunia nyata. Dan sebuah studi tentang antibiotik azitromisin menemukan bahwa itu membuat sedikit atau tidak ada perbedaan pada gejala Covid, kemungkinan masuk rumah sakit atau kematian.

Ada beberapa obat yang disetujui untuk mencegah orang dengan Covid berakhir di rumah sakit antivirus paxlovid, molnupiravir dan remdesivir, terapi antibodi yang meniru sistem kekebalan tubuh tetapi efektivitasnya bervariasi.

Infografis Yuk Kenali Mutasi Virus Covid-19 Penyebab Varian Baru Bermunculan. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya