Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 120 kasus yang dikonfirmasi atau diduga dari cacar monyet (monkeypox), penyakit virus langka yang jarang terdeteksi di luar Afrika telah dilaporkan di setidaknya 11 negaradalam seminggu terakhir.
Penyebarannya memang mengkhawatirkan, para ahli bahkan mengkhawatirkan dampaknya terhadap kesehatan seksual.
Advertisement
Dilansir dari BBC, The British Association for Sexual Health and HIV mengatakan prihatin dengan efek pada infeksi cacar monyet ini. Konfirmasi sejumlah kasus cacar monyet yang sedang menyebar di beberapa belahan dunia tersebut jarang terjadi di luar Afrika Tengah dan Barat.
Tetapi WHO mencurigai 50 kasus lain yang sedang diselidiki setelah sekitar 80 kasus telah dikonfirmasi di setidaknya 12 negara. Infeksi dikonfirmasi di Italia, Swedia, Spanyol, Portugal, AS dan Kanada, serta Inggris, setelah laporan kasus pertama di Eropa.
"Melihat penyebaran semacam ini cukup mengejutkan," kata Anne Rimoin, seorang ahli epidemiologi di University of California Los Angeles, yang telah mempelajari cacar monyet di Republik Demokratik Kongo selama lebih dari satu dekade.
Penyakit ini disebut cacar monyet karena para peneliti pertama kali mendeteksinya di monyet laboratorium pada tahun 1958, virus tersebut diperkirakan menular dari hewan liar seperti tikus ke manusia, atau dari orang yang terinfeksi, dikutip dari Nature.
Tetapi cacar monyet bukanlah SARS-CoV-2, virus corona yang bertanggung jawab atas pandemi COVID-19, kata Jay Hooper, ahli virologi di US Army Medical Research Institute of Infectious Diseases di Fort Detrick, Maryland.
"Virus ini tidak menular dari orang ke orang dengan mudah, dan karena ini terkait dengan virus cacar, sudah ada perawatan dan vaksin untuk mencegah penyebarannya. Jadi untuk sementara para ilmuwan tidak panik," kata Jay.
Tidak seperti SARS-CoV-2, yang menyebar melalui tetesan udara kecil yang disebut aerosol, cacar monyet diperkirakan menyebar dari kontak dekat dengan cairan tubuh, seperti air liur dari batuk. Itu berarti seseorang dengan cacar monyet cenderung menginfeksi kontak dekat yang jauh lebih sedikit daripada seseorang dengan SARS-CoV-2, kata Hooper.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ada kemungkinan infeksi lewat hubungan seksual
Kedua virus dapat menyebabkan gejala seperti flu, tetapi cacar monyet juga memicu pembesaran kelenjar getah bening dan, akhirnya, lesi berisi cairan khas pada wajah, tangan, dan kaki. Kebanyakan orang sembuh dari cacar monyet dalam beberapa minggu tanpa pengobatan.
Cacar monyet ini sebelumnya tidak digambarkan sebagai infeksi menular seksual, tetapi dapat ditularkan melalui kontak langsung (virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak, atau melalui mata, hidung atau mulut) saat berhubungan seks.
Sementara kasus Inggris terbaru adalah pada pria gay atau biseksual. Berdasarkan laporan, hampir semua pasien adalah laki-laki berusia 20-50 tahun, yang banyak di antaranya adalah gay, biseksual dan berhubungan seks dengan laki-laki (GBMSM). Meskipun cacar monyet tidak diketahui menular secara seksual, aktivitas seksual jelas merupakan kontak dekat, kata Rimoin.
"Penjelasan yang paling mungkin untuk pola penularan yang tidak terduga ini adalah bahwa virus tersebut secara kebetulan masuk ke komunitas GBMSM, dan virus tersebut terus beredar di sana," jelas Raina MacIntyre, seorang epidemiologi penyakit menular di University of New South Wales di Sydney, Australia, dikutip dari Nature.
Sementara itu, para ilmuwan membutuhkan waktu untuk menyelidiki asal mula wabah dan faktor risiko infeksi. Penyelidikan epidemiologisnya dapat memakan waktu berminggu-minggu dan melibatkan pelacakan kontak yang ketat.
Untuk sementara, ada dua kemungkinan besar kenapa wabah yang biasanya ringan dan tidak sampai menyebar ke luar Afrika jadi seperti sekarang: virus telah berubah atau virus lama yang sama telah menemukan dirinya di tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk berkembang.
Maka sambil menunggu hasilnya, Badan Keamanan Kesehatan Inggris merekomendasikan kewaspadaan terhadap ruam atau lesi yang tidak biasa kepada para pria yang telah berhubungan seks dengan pria. Mereka diminta untuk menghubungi layanan kesehatan seksual setempat jika memiliki kekhawatiran terkait soal ini.
Advertisement
Anjuran isolasi
Dr Claire Dewsnap, seorang konsultan dalam kedokteran genitourinari dan presiden dari British Association for Sexual Health and HIV, mengatakan staf di klinik kesehatan seksual "sudah di bawah tekanan yang signifikan" dan cacar monyet malah membuat situasinya memburuk.
"Ini sudah meregangkan tenaga kerja dan akan berdampak besar jika staf harus mengisolasi jika mereka melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi," kata Dr Dewsnap.
"Saya khawatir tentang dampak potensial pada akses ke kesehatan seksual secara umum."
Di London, klinik meminta semua pasien untuk menghubungi staf terlebih dahulu dan memberi tahu mereka gejala mereka sebelum ditawari janji temu.
Ini agar mereka yang memiliki gejala cacar monyet dapat dijauhkan dari ruang tunggu atau klinik tempat orang lain hadir.
Klinik di tempat lain hanya meminta mereka yang memiliki ruam yang tidak biasa untuk menelepon dulu sehingga mereka dapat dilihat di area terpisah.
Beberapa staf di klinik kesehatan seksual telah menerima vaksin cacar untuk membantu melindungi mereka dari cacar monyet, karena setiap vaksin cacar menawarkan perlindungan yang baik berhubung kedua virus tersebut sangat mirip.
Dua puluh kasus cacar monyet kini telah dikonfirmasi di Inggris, dengan 11 lainnya diumumkan pada hari Jumat, dan sebagian besar ringan. Sepuluh negara lain, termasuk AS, Portugal, Spanyol, dan Kanada, juga telah mendeteksi kasus.
Namun, penyakit ini bisa lebih parah, terutama pada anak kecil, wanita hamil, dan orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Langkah pemerintah Inggris
Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid mengatakan pada hari Jumat bahwa Inggris menimbun dosis vaksin cacar untuk membantu melindungi beberapa kelompok dari virus.
Sehingga WHO mengadakan pertemuan darurat dengan para ahli tentang penyebaran virus yang biasanya ditemukan di daerah terpencil di Afrika tengah dan barat. Direktur WHO Eropa Hans Kluge, telah memperingatkan bahwa "saat kita memasuki musim panas ... dengan pertemuan massal, festival, dan pesta, saya khawatir penularan dapat meningkat".
Sementara Peter Horby, direktur Pandemic Sciences Institute, Oxford University, berpesan kepada orang-orang dengan gejala cacar monyet agar mencari kebenaran dari petugas medis untuk didiagnosis dan kemudian diisolasi dengan cara tertentu di rumah sehingga mereka tidak menyebarkannya.
Namun perihal seberapa efektif perawatan saat ini, ia mengatakan "Ada profilaksis pasca pajanan yang dapat diberikan kepada kontak dekat dan obat anti-virus juga sedang diuji di Afrika tengah. Jadi ada banyak yang bisa dilakukan".
Gejala cacar monyet sebagian besar ringan, meskipun bisa lebih berbahaya pada anak kecil, wanita hamil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Tetapi penyebarannya lebih lambat daripada Covid-19 dan ruam yang khas dan menyakitkan membuatnya lebih sulit untuk dilewatkan daripada batuk yang bisa berupa apa saja. Ini membuat pekerjaan menemukan orang yang mungkin telah terinfeksi dan memvaksinasi mereka yang berisiko tertular lebih mudah.
Sama halnya dengan Andrea McCollum, seorang ahli epidemiologi yang mengepalai tim Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus Cacar AS, yang berpikir wabah saat ini mungkin tidak memerlukan strategi penahanan di luar 'vaksinasi cincin' (strategi memvaksinasi kelompok berisiko, seperti kontak dekat orang yang telah terinfeksi cacar monyet untuk memutus jalur penularan). “Bahkan di daerah di mana cacar monyet terjadi setiap hari, itu masih merupakan infeksi yang relatif jarang,” katanya. Jadi terapi mungkin tidak akan digunakan dalam skala besar, tambahnya.
Advertisement