Eks Jubir COVID-19 Achmad Yurianto dalam Kenangan: Kemeja Batik dan Ketenangan di Depan Kamera

Sosok Achmad Yurianto dikenal publik ketika pandemi COVID-19 turut melanda Indonesia. Yuri menjadi juru bicara percepatan penanganan COVID-19.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2022, 21:29 WIB
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto saat konferensi pers Corona di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (11/6/2020). (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pengawas (Dewas) BPJS Kesehatan dr Achmad Yurianto meninggal dunia, Sabtu, 21 Mei 2022, pukul 18.58 WIB di Malang, Jawa Timur.

Beberapa waktu lalu sempat beredar kabar pria yang akrab disapa Yuri itu menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Sosok Achmad Yurianto dikenal publik ketika pandemi COVID-19 turut melanda Indonesia. Yuri menjadi juru bicara percepatan penanganan COVID-19 pertama. Yuri tampil hampir setiap hari pada pukul 15.30 WIB, mengumumkan data terbaru penanganan infeksi Corona di Tanah Air.

Hal yang paling melekat ketika Yuri menjadi juru bicara yakni sapaan khas beliau ketika membuka acara serta aneka corak kemeja dan masker batik yang dikenakan.

"Selamat sore Saudara-saudara sekalian, saya akan menyampaikan perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia..." demikian Yuri menyapa penonton.

Hampir setiap hari, Yuri terlihat tidak pernah absen mengenakan batik. Memang beberapa kali mengenakan kemeja putih atau cokelat. Namun, kemeja batik mendominasi.

Mengenai hal itu, Yuri punya alasan tersendiri. Yuri mengaku sebagai penggemar baik. Bahkan minatnya pada batik telah muncul sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).

"Bagi saya, batik itu menarik karena sejak SMA dulu saya sudah menjadi penggemar batik. Kenapa jadi penggemar batik? Yang pasti, batik itu paling mudah dicari. Di toko (pakaian) apapun ada dan kita tidak pernah mempermasalahkan brandingnya," tutur Yuri dalam sesi talkshow Live Instagram Purna Tugas Jubir COVID-19 di Radio Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Jumat (24/7/2020).

Menurutnya, dengan mengenakan batik, dia tidak akan dipusingkan dengan brand pakaian. Cukup memadupadankan warna batik dengan celana panjang.

"Kalau baju polos kan banyak capnya, cap kuda, cap buaya. Lagi pula, siapapun yang melihat batik pasti tidak akan memilih (merek) branded. Pasti lihat gambar dan warnanya. Kemudian kita tinggal memadukan dengan celana dan sebagainya."

Sementara, masker batik yang kerap dia kenakan, merupakan kreasi tangan sang istri tercinta, Dwiretno Yuliarti.

"Iya, di rumah kan Ibu (istri saya) senang jahit-menjahit. Yaudah bikin masker (batik) aja deh," ujar Yuri sambil tertawa, kala itu.


Ditunjuk Sebagai Jubir oleh Jokowi

Yuri resmi ditunjuk menjadi jubir COVID-19 oleh Presiden Joko Widodo pada 3 Maret 2020. Kala itu, Yuri menjabat sebagai Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI. 

"Awalnya, kasus dulu sebagai novel coronavirus Wuhan. Setelah dinyatakan Public Health Emergency (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat) yang harus mendapatkan perhatian dari dunia. Maka ini tanggungjawab kita bersama. Lalu saya mencari referensi, tanya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan tanya pakar," jelas Yuri.

"Apa sih yang harus dikerjakan. Saya mengumpulkan tim. Kemudian muncul arahan Presiden untuk menjemput WNI kita dari Wuhan, Tiongkok. Karena saya mengawal dari pertama, saya diperintahkan menyiapkan segala persiapan penjemputan. Tidak ada pengalaman itu karena ini kan kasus baru. Saya adalah orang pertama yang menyambut mereka (WNI dari Wuhan) dari pesawat."

Tatkala mengawal penjemputan WNI dari Wuhan, Yuri banyak ditanya para jurnalis mengenai pembaruan berita tersebut. Hal inilah yang menjadi perhatian Jokowi.

"Banyak teman media yang nanyanya ke saya. Saya berikan informasi kepada mereka dan ini diperhatikan Presiden. Sampai penjemputan Kapal World Dream dan sebagainya. Itu yang saya lakukan. Begitu muncul kasus dan banyak komentar, Presiden melihat harus ada juru bicara," lanjut Yuri.

"Saya diperintahkan ke Istana dan di sana ditunjuk langsung jadi jubir. Pada saat itu, saya berpikir, bukan kenapa saya yang ditunjuk, melainkan apa yang seharusnya saya lakukan. Langsung sajalah menerima tugas jadi jubir, ini sudah biasa saya kerjakan. Begitu diberikan tugas, itu sebuah kehormatan. Jadi, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya."


Selalu Tenang di Depan Kamera

Setiap kali tampil di layar kaca, Yuri selalu terlihat tenang. Walaupun ekspresi wajahnya terkesan serius, pembawaannya saat melaporkan perkembangan COVID-19 dan menyampaikan edukasi tetap tenang. Yuri mengaku tidak pernah stres dalam mengemban tugas.

"Saya enggak ada stres. Ngapain stres. Yang pasti begini, gambaran yang ditampilkan ke masyarakat beda. Setiap hari itu kan saya tampil 15 menit. Nah, 10 menit buat eduksi sesuai tematik. Dan data analisis yang disampaikan ada di 5 menit terakhir," tambah Yuri, yang pernah menjabat Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan. 

Ia menyadari penyampaian informasi perkembangan dan edukasi COVID-19 kepada masyarakat butuh strategi.

"Saya menemukan hal-hal mendasar. Kita punya data, informasi, fakta yang harus diubah menjadi informasi, lalu dikomunikasikan ke masyarakat. Sementara itu, karakter masyarakat kita kan beragam ya se-Indonesia. Kemudian kita akan butuh strategi, apa yang harus dilakukan. Bagaimana kita harus memperkecil gap. Saya harus menggunakan bahasa yang dipahami masyarakat," jelas Yuri.

Yuri juga kerap meminta masukan dari orang-orang terdekat seperti istri dan anak-anaknya, serta kerabat.

Soal ketenangan di depan kamera, Yuri diam-diam meniru para pemain sepakbola profesional. Sebelum bertanding, harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.

"Kalau saat tanding kan mereka tidak mungkin menunjukkan rasa lelah. Oleh karena itu, supaya tidak terlihat lelah, maka butuh persiapan. Beberapa jam perjalanan dari kantor ke Gugus Tugas BNPB, kurang lebih setengah jam. Jadi, selama di mobil, saya bisa tidur 10 menit. Jangan mikir mau tidur, tidur aja. Kalau mikir mulu, malah enggak tidur-tidur," ucapnya.

Lalu, kunci ketenangan lain yang tak boleh ketinggalan yakni memulai hari dengan sarapan. Ia juga terus bergerak agar tetap fit.

"Harus pakai ilmu tukang angkot, isi bensin dulu, biar enggak mogok. Saya tidak ada pantangan makan. Lalu saya terus bergerak. Sederhana saja, jalan kaki ke mini market. Apalagi pada waktu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Enggak ada alasan enggak bergerak. Di rumah tetap bisa nyapu dan ngepel," pungkas Yuri.


Perjalanan Karier Achmad Yurianto

Menilik riwayat pekerjaan Yuri, ia lama menimba pengalaman menjadi dokter militer. Pria kelahiran Malang, 11 Maret 1962 ini merupakan lulusan Sarjana Kedokteran Universitas Airlangga tahun 1990. Ia menjadi Perwira Pertama (PAMA) Kesdam V/BRW pada 1987 dan dokter Yonif pada 1991. Di tahun yang sama, ia menjadi PAMA Kesdam IX/UDY.

Berdasarkan informasi yang diperoleh Health Liputan6.com dari Kementerian Kesehatan, Yuri juga menjabat Kaurminkes Detasemen Kesehatan Wilayah (Denkesyah) Dili pada 1994. Tiga tahun kemudian, pada 1997, Yuri mengabdi di Kostrad TNI Angkatan Darat sebagai PS Kepala Seksi Kesehatan Militer (Kesmilkes) Kostrad pada 1997. Selang setahun kemudian, pada 1998, ia naik menjadi Kepala Seksi Kesmilkes Kostrad.

Pada 1998 juga Yuri menjabat Wakil Komandan Yonkes Divisi Kostrad. Memasuki tahun 2000, ia menjabat Guru Militer (Gumil) Golongan VI Depeng Kesehatan Lapangan Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) TNI dan Gumil Golongan V pada 2002.

Tahun 2003, Yuri menjadi Kadepeng Kesehatan Militer Pusdikkes dan Komandan Denkesyah 03.04.04 Serang  pada 2004. Dua tahun kemudian, pada 2006, Yuri sebagai Wakil Kepala Rumah Sakit Tk II Dustira Bandung. Kiprahnya tahun 2008 sebagai Wakil Kepala Kesdam IV/DIP dan Kepala Kesdam XVI/PTM pada 2009. Pada 2011, Yuri sebagai Kepala Kadisdukkesops Pusat Kesehatan TNI.

Perjalanan karier Yuri pada 2015 menjadi Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan. Para jurnalis yang biasa bertugas di Kementerian Kesehatan mulai mengenal Yuri sejak ia menjadi Kepala Puskrisis Kemenkes. Setiap ada bencana, gempa bumi juga tanah longsor, Yuri berada di lokasi bencana dan mengabarkan perkembangan situasi, yang mana jurnalis banyak yang menghubunginya.

Jabatan sebagai Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan diduduki Yuri pada 1 Agustus 2019. Selang 7 bulan kemudian, ia resmi dilantik menjadi Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan pada 9 Maret 2020. 

Terakhir, Yuri dilantik sebagai Ketua Dewan Pengawas (Dewas) BPJS Kesehatan periode 2021-2026 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 22 Februari 2021.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya