Liputan6.com, Jakarta - Infeksi COVID-19 baru harian Korea Selatan turun menjadi di bawah 10.000 untuk pertama kalinya dalam hampir empat bulan pada Senin (23 Mei), karena varian Omicron yang sangat menular berkurang meskipun pembatasan pandemi mereda.
Angka 9.975 adalah yang terendah sejak Korea Selatan melaporkan 8.570 kasus COVID-19 pada akhir Januari, menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Senin (23/5/2022).
Advertisement
Korea Selatan mengabaikan sebagian besar pembatasan terkait pandemi, termasuk mandat masker luar ruangan, awal bulan ini karena kasus melambat setelah memuncak pada lebih dari 600.000 pada pertengahan Maret.
Penurunan infeksi terjadi ketika tetangganya, Korea Utara, sedang memerangi wabah Virus Corona COVID-19 pertama yang dikonfirmasi di negara itu sambil menolak sebagian besar bantuan dari luar dan menutup perbatasannya.
Korea Utara melaporkan 167.650 pasien baru yang menderita demam pada Senin, meningkatkan total beban kasus yang dihitung sejak akhir April menjadi 2,81 juta, kata kantor berita negara KCNA. Korban tewas resmi mencapai 68.
Rupanya kekurangan pasokan pengujian, Korea Utara belum mengkonfirmasi jumlah total orang yang dites positif terkena virus corona.
Media pemerintah di Korea Utara meminta agar masyarakat dengan ketat mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah untuk mencegah penyebaran virus. Kim Jong-un juga telah menetapkan darurat maksimal dan lockdown akibat virus ini.
Selama dua tahun lebih, Korea Utara mengaku tidak kedapatan virus corona. Kini, negara itu masih belum mengikuti program vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat seperti negara-negara lain.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Korea Utara Masih Belum Terima Bantuan
Hingga kini, Korea Utara masih belum responsif dalam hal penerimaan bantuan COVID-19. Korea Selatan sudah menawarkan bantuan. Masalah ini sempat dibahas Presiden Amerika Serikat Joe Biden ketika datang ke Korea Selatan.
Ledakan kasus COVID-19 di Korea Utara juga menjadi perhatian dari kedatangan Presiden Biden ke Korea Selatan. Pihak Amerika Serikat dan Korea Selatan berkata siap bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membantu pengiriman bantuan ke Korea Utara untuk melawan COVID-19.
Kini, Korea Utara bahkan berusaha melawan corona dengan obat tradisional.
Sebelumnya dilaporkan BBC, media pemerintah Korut telah merekomendasikan berbagai pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala Covid-19 seperti demam. Bagi mereka yang tidak sakit parah, surat kabar partai penguasa Rodong Sinmun merekomendasikan pengobatan tradisional seperti teh jahe atau honeysuckle dan minuman daun willow.
Advertisement
Pengobatan Tradisional
Minuman panas dapat meredakan beberapa gejala Covid-19, seperti sakit tenggorokan atau batuk, dan membantu hidrasi saat pasien kehilangan lebih banyak cairan dari biasanya.
Jahe dan daun willow juga dapat meredakan peradangan dan mengurangi rasa sakit. Tapi tentu saja mereka bukan pengobatan untuk virus itu sendiri. Media pemerintah Korut juga merekomendasikan penderita Covid-19 untuk berkumur dengan air garam pagi dan malam. Ribuan ton garam pun telah dikirim ke Pyongyang untuk membuat solusi antiseptik, lapor kantor berita negara.
Beberapa penelitian menunjukkan berkumur dengan air garam memerangi virus yang menyebabkan flu. Tetapi ada sedikit bukti bahwa mereka memperlambat penyebaran Covid-19. Obat kumur bisa membunuh virus di laboratorium, sebuah penelitian menemukan. Tapi itu belum secara meyakinkan terbukti membantu pada manusia.
Covid-19 terutama menginfeksi orang lewat droplet di udara yang masuk melalui hidung dan juga mulut, sehingga berkumur hanya mengatasi satu titik masuknya virus. Dan begitu virus masuk, ia bereplikasi dan menyebar jauh ke dalam organ, di mana tidak ada jumlah kumur yang bisa dijangkau.
Antibiotik
Sementara itu televisi pemerintah telah menyarankan pasien untuk menggunakan obat penghilang rasa sakit seperti ibuprofen serta amoksisilin dan antibiotik lainnya. Ibuprofen (dan parasetamol) dapat menurunkan suhu dan meredakan gejala seperti sakit kepala atau sakit tenggorokan. Tetapi mereka tidak akan membersihkan virus atau mencegahnya berkembang.
Antibiotik, dimaksudkan untuk infeksi bakteri bukan virus, tidak dianjurkan. Dan penggunaan antibiotik yang tidak perlu berisiko mengembangkan serangga yang resisten.
Penelitian laboratorium menunjukkan beberapa dapat memperlambat penyebaran beberapa virus, termasuk Covid-19. Tapi ini belum direplikasi di dunia nyata. Dan sebuah studi tentang antibiotik azitromisin menemukan bahwa itu membuat sedikit atau tidak ada perbedaan pada gejala Covid, kemungkinan masuk rumah sakit atau kematian.
Ada beberapa obat yang disetujui untuk mencegah orang dengan Covid berakhir di rumah sakit antivirus paxlovid, molnupiravir dan remdesivir, terapi antibodi yang meniru sistem kekebalan tubuh tetapi efektivitasnya bervariasi.
Advertisement