Cegah Penyebaran COVID-19, Beijing Perpanjang Aturan WFH Bagi 22 Juta Penduduk

Pada Senin (23/5/2022), ibu kota China melaporkan 99 kasus baru terdeteksi pada 22 Mei, naik dari 61 dari hari sebelumnya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Mei 2022, 16:39 WIB
Para pekerja yang mengenakan masker antre mengambil swab tenggorokan di tempat pengujian virus corona di Beijing, Minggu (3/4/2022). Kasus COVID-19 di kota terbesar di China, Shanghai, masih meningkat saat jutaan orang tetap terisolasi di rumah di bawah lockdown besar-besaran. (AP Photo/Andy Wong)

Liputan6.com, Beijing - Pihak berwenang Beijing memperpanjang panduan kerja dari rumah bagi 22 juta penduduknya untuk membendung wabah COVID-19 yang terus-menerus menyebar.

Sementara Shanghai mengerahkan lebih banyak pengujian dan pembatasan untuk mempertahankan status "nol COVID-19" yang diperoleh dengan susah payah setelah dua bulan dikunci.

Pada Senin (23 Mei), ibu kota China melaporkan 99 kasus baru terdeteksi pada 22 Mei, naik dari 61 hari sebelumnya, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/5/2022).

Di Shanghai kurang dari 600 kasus harian dilaporkan pada 22 Mei, tanpa ada di luar area karantina, seperti yang telah terjadi selama sebagian besar minggu terakhir.

Analis di Gavekal Dragonomics memperkirakan pekan lalu bahwa kurang dari 5 persen kota-kota China melaporkan infeksi, turun dari seperempat pada akhir Maret, dalam wabah COVID-19 yang telah menghambat pertumbuhan di ekonomi nomor dua dunia itu.

Tetapi kewaspadaan dan perhatian, tetap dalam kondisi akut di Shanghai dan ibu kota Beijing.

Meskipun tidak ada pengumuman baru tentang daerah yang ditutup di Beijing, lima dari 16 distrik kota menyarankan penduduk untuk bekerja dari rumah dan menghindari pertemuan.

Mereka yang harus pergi bekerja harus memiliki hasil negatif pada tes PCR yang diambil dalam waktu 48 jam, dan tidak boleh melanggar aturan dari perjalanan pulang-kerja.

"Pencegahan dan pengendalian epidemi kota berada pada saat yang kritis," distrik Tongzhou Beijing memposting di akun WeChat pada Minggu malam, meminta penduduk yang bekerja di lima distrik lain untuk melakukan pekerjaan mereka dari rumah minggu ini.

"Satu langkah maju dan kemenangan sudah di depan mata. Satu langkah mundur, dan upaya sebelumnya akan sia-sia."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Orang-orang yang memakai masker mengantre untuk tes virus corona di sebuah lingkungan di distrik Dongcheng, Beijing, Selasa (26/4/2022). Beijing pada 26 April telah memulai pengujian massal untuk hampir semua 21 juta penduduknya setelah lonjakan kasus COVID-19 di tengah kekhawatiran bahwa Ibu kota China dapat ditempatkan di bawah lockdown ketat seperti yang dilakukan di Shanghai.  (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Shanghai Kembali Laporkan Warga Terpapar COVID-19

Pekerja yang mengenakan alat pelindung diri berdiri dekat kotak yang akan dikirim saat perberlakuan lockdown karena virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, Rabu (18/5/2022). (Hector RETAMAL/AFP)

Shanghai mengumumkan kasus COVID-19 pertamanya di luar area karantina setelah lima hari sebelumnya dilaporkan zero case (tak ada kasus).

Penemuan kasus ini lantas memicu pembatasan yang lebih ketat dan pengujian massal di satu distrik tetapi rencana untuk mengakhiri penguncian seluruh kota yang berkepanjangan pada 1 Juni tampaknya akan berlangsung sesuai rencana.

Pusat komersial berpenduduk 25 juta orang itu juga menemukan tiga kasus baru dalam keluarga yang sama di distrik Qingpu, China.

Semua telah menerima tiga dosis vaksin dan infeksi mereka ditemukan selama pengujian rutin, kata pihak berwenang, demikian dikutip dari laman Channel News Asia.

Ketiganya tidak meninggalkan distrik mereka selama 14 hari terakhir tetapi telah mengunjungi setidaknya empat tempat, termasuk supermarket, yang semuanya ditutup dan didesinfeksi, kata pihak berwenang.

Lebih dari 200.000 orang di daerah itu telah diuji ulang dan semua hasilnya negatif.

"Distrik kami akan mengikuti langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang tepat, melakukan pekerjaan dengan baik dalam pencegahan dan pengendalian epidemi serta mencapai pembersihan dinamis sesegera mungkin," kata Zhang Yan, wakil kepala distrik Qingpu, mengatakan pada konferensi pers online.

Pejabat lain mengatakan, langkah-langkah dalam pembukaan kembali Shanghai secara bertahap sedang berlangsung, dengan taman pinggiran kota akan dibuka mulai Minggu. Taman lain dapat dibuka mulai Juni jika memenuhi persyaratan tertentu, tetapi fasilitas rekreasi di taman akan tetap ditutup.


Aturan di Shanghai

Pekerja yang mengenakan alat pelindung diri berdiri dekat kotak yang akan dikirim saat perberlakuan lockdown karena virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, Rabu (18/5/2022). (Hector RETAMAL/AFP)

Rencana untuk membuka kembali empat jalur kereta bawah tanah mulai Minggu juga tetap berjalan sesuai rencana, kata pemerintah kota.

Shanghai telah mengizinkan lebih banyak orang untuk meninggalkan rumah mereka dalam beberapa hari terakhir, dengan banyak kompleks perumahan mengeluarkan sejumlah izin kepada penduduk untuk jalan-jalan singkat atau perjalanan ke supermarket lokal.

Namun, sebagian besar tetap terjebak di dalam rumah, bergantung pada aplikasi pengiriman dan jatah pemerintah.

Penutupan Shanghai yang hampir total dan langkah ketat di kota-kota lain adalah hasil dari kebijakan nasional "nol-COVID" untuk mengakhiri semua wabah segera setelah terjadi, berbeda dengan dimulainya kembali kehidupan normal di seluruh dunia.

Beijing, rumah bagi 22 juta orang, melaporkan 62 infeksi COVID baru untuk 19 Mei, naik dari 55 sehari sebelumnya.

Ibu kota China itu telah berjuang untuk mengakhiri wabah sejak akhir April meskipun ada pembatasan pergerakan yang signifikan, dengan banyak penduduk Beijing bekerja dari rumah dan berbagai toko dan tempat tutup.


Kota Pelabuhan China Dekat Korea Utara Tingkatkan Pengendalian COVID-19

Seorang pekerja yang mengenakan alat pelindung diri berdiri dekat kotak untuk dikirim sementara dua orang mengendarai sepeda saat perberlakuan lockdown karena virus corona COVID-19 di Distrik Jing'an, Shanghai, China, Rabu (18/5/2022). (Hector RETAMAL/AFP)

Sebelumnya Dalian, kota pelabuhan utama China, meluncurkan tes COVID-19 reguler untuk semua 7,5 juta penduduk. Kota itu terletak dekat perbatasan dengan Korea Utara yang terisolasi dan sedang kewalahan menghadapi wabah yang meningkat.

China telah berpegang pada pendekatan garis keras, nol-COVID-19. Kebijakan itu menyebabkan ibu kota Beijing di bawah mosaik pembatasan, dan sebagian besar dari 25 juta penduduk Shanghai tetap di rumah selama berminggu-minggu.

Di seberang perbatasan, Korea Utara yang miskin dan bersenjata nuklir telah mengumumkan lebih dari 1,7 juta infeksi sejak pekan lalu, membuat pihak berwenang China resah, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (19/5/2022).

Pejabat di Dalian - sekitar 300 kilometer dari Korea Utara - menerapkan kebijakan tes reguler pada Selasa untuk semua penduduk setelah mencatat beberapa kasus dalam beberapa hari terakhir. Otoritas kota mengatakan pria dan wanita akan dites pada hari yang berbeda, memicu kebingungan.

Infografis Nasib Dunia Usaha Diterpa Corona (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya