Liputan6.com, Seoul - Calon Menteri Kesehatan Korea Selatan Chung Ho-young memilih mundur karena terjerat skandal terkait pendidikan anak-anaknya. Chung Ho-young dituding menggunakan pengaruhnya agar anak-anaknya diterima di jurusan kedokteran sebuah universitas.
Menurut laporan Yonhap, Senin (23/5/2022), tuduhan lainnya adalah Chung Ho-young menggunakan pengaruhnya agar putranya tidak ikut wajib militer. Tuduhan-tuduhan tersebut dibantah olehnya.
Chung Ho-young juga merupakan seorang dokter.
Baca Juga
Advertisement
Meski demikian, Chung Ho-young memilih mundur karena ada tekanan dari partai penguasa maupun oposisi. Chung berkata dirinya tetap mendukung pemerintahan Presiden Yoon Suk-yeol dan hubungan kooperatif antar partai.
Pencalonan Chung Ho-young pada 10 April 2022 ditentang oleh Partai Demokrat yang merupakan oposisi. Tak lama kemudian, Partai Kekuatan Rakyat ikut melancarkan kritik karena khawatir elektabilitas mereka terganggu. Tokoh senior partai juga sebelumnya telah menyampaikan bahwa banyak anggota partai yang protes.
"Saya telah mendengarkan banyak lawmaker di dalam partai, dan banyak dari mereka menunjukkan protes atas pengangkatan Chung," ujar anggota DPR Partai Kekuatan Rakyat, Kewon Seong-dong.
Selain itu, Partai Kekuatan Rakyat mengaku khawatir bahwa masalah pencalonan Chung Ho-young bisa berdampak kepada isu lain yang butuh kolaborasi dengan partai oposisi, sehingga pihak partai berkuasa tidak ingin menampilkan kesan mengabaikan oposisi.
Chung Ho-young adalah calon menteri kedua di pemerintahan baru Korea Selatan yang memilih mundur akibat kontroversi. Sebelumnya, calon menteri pendidikan Kim In-chul juga mundur karena skandal beasiswa Fulbright.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Calon Menteri Pendidikan Mundur
Sebelumnya, calon menteri pendidikan Korea Selatan, Kim In-chul, memilih untuk mundur karena skandal beasiswa yang diterima dua anaknya. Masalahnya, dua anaknya menerima beasiswa Fulbright ketika Kim In-chul sedang menjabat sebagai ketua asosiasi alumni beasiswa Fulbright.
Ia mengaku ingin menggunakan jabatan sebagai menteri pendidikan sebagai pengabdian terakhir sebagai pejabat publik.
"Hari ini, saya mundur dari kandidasi saya sebagai deputi perdana menteri dan menteri pendidikan. Saya ingin mengembalikan kebaikan-kebaikan yang saya telah dapatkan melalui negara ini dan masyarakat melalui pelayanan terakhir saya, tetapi saya masih kekurangan banyak hal," ujarnya, dikutip Yonhap, Selasa (3/5).
"Saya tidak akan memberikan perjelasan. Ini semua kesalahan dan kelalaian saya," lanjutnya.
Kim In-chul membungkukan badan di hadapan para reporter ketika mengumumkan dirinya mundur.
Kim adalah mantan presiden dari Hankuk University for Foreign Studies (HUFS). Selain ditunjuk Presiden Yoon Suk-yeol sebagai calon menteri pendidikan, ia juga diajukan sebagai deputi PM untuk urusan sosial.
Kontroversi dimulai ketika putra dan putri dari Kim diketahui mendapatkan beasiswa Fulbright ketika Kim menjadi presiden Korea Fulbright Alumni Association pada 2012-2015.
Kim telah membantah adanya pilih kasih dan menyebut semua penerima Fulbright dipilih secara adil. Beberapa tahun sebelumnya, Kim dan istrinya turut mendapatkan Fulbright.
Partai Demokrat Korsel menyebut total dana beasiswa Fulbright yang didapat oleh keluarga Kim mencapai 300 juta-400 juta won (Rp 3,4 miliar - 4,5 miliar). Ia pun dituding melakukan plagiarisme.
Advertisement
Kasus Omicron di Korsel Sudah Reda?
Terkait masalah kesehatan, kasus COVID-19 di Korea Selatan dilaporkan terus menurun. Penyebaran varian Omicron dianggap sudah mulai reda.
Data Kementerian Kesehatan Korea Selatan, Senin (23/5), menunjukkan bahwa kasus harian turun hingga 9.975. Pada Maret 2022, kasus harian sempat tembus 600 ribu. Pekan lalu, kasus harian juga masih di atas 30 ribu.
Menurut Yonhap, kasus harian yang di bawah 10 ribu ini adalah yang terendah selama 17 pekan terakhir. Namun, ada tambahan 22 orang meninggal karena virus corona, sehingga ada 23.987 pasien meninggal karena pandemi ini.
Kasus terbanyak di Korea Selatan berada di luar area Seoul dan Provinsi Gyeonggi. Total kasus di Seoul adalah 20 persen, sementara Busan menyumbang enam persen.
Di sisi lain Semenanjung Korea, angka suspek COVID-19 justru terus bertambah di Korea Utara. Pada Senin ini, rezim Kim Jong-un mencatat 167 ribu kasus suspek, dan satu pasien meninggal.
Pada Sabtu lalu (21/5), kasus harian di Korea Utara sempat tembus 200 ribu, tetapi kini kasus harian mulai menurun ke bawah 200 ribu.
Media pemerintah di Korea Utara meminta agar masyarakat dengan ketat mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah untuk mencegah penyebaran virus. Kim Jong-un juga telah menetapkan darurat maksimal dan lockdown akibat virus ini.
Selama dua tahun lebih, Korea Utara mengaku tidak kedapatan virus corona. Kini, negara itu masih belum mengikuti program vaksinasi COVID-19 untuk masyarakat seperti negara-negara lain.
Korea Utara Masih Belum Terima Bantuan
Hingga kini, Korea Utara masih belum responsif dalam hal penerimaan bantuan COVID-19. Korea Selatan sudah menawarkan bantuan. Masalah ini sempat dibahas Presiden Amerika Serikat Joe Biden ketika datang ke Korea Selatan.
Ledakan kasus COVID-19 di Korea Utara juga menjadi perhatian dari kedatangan Presiden Biden ke Korea Selatan. Pihak Amerika Serikat dan Korea Selatan berkata siap bekerja sama dengan komunitas internasional untuk membantu pengiriman bantuan ke Korea Utara untuk melawan COVID-19.
Kini, Korea Utara bahkan berusaha melawan corona dengan obat tradisional.
Sebelumnya dilaporkan BBC, media pemerintah Korut telah merekomendasikan berbagai pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala Covid-19 seperti demam. Bagi mereka yang tidak sakit parah, surat kabar partai penguasa Rodong Sinmun merekomendasikan pengobatan tradisional seperti teh jahe atau honeysuckle dan minuman daun willow.
Minuman panas dapat meredakan beberapa gejala Covid-19, seperti sakit tenggorokan atau batuk, dan membantu hidrasi saat pasien kehilangan lebih banyak cairan dari biasanya.
Jahe dan daun willow juga dapat meredakan peradangan dan mengurangi rasa sakit. Tapi tentu saja mereka bukan pengobatan untuk virus itu sendiri. Media pemerintah Korut juga merekomendasikan penderita Covid-19 untuk berkumur dengan air garam pagi dan malam. Ribuan ton garam pun telah dikirim ke Pyongyang untuk membuat solusi antiseptik, lapor kantor berita negara.
Beberapa penelitian menunjukkan berkumur dengan air garam memerangi virus yang menyebabkan flu. Tetapi ada sedikit bukti bahwa mereka memperlambat penyebaran Covid-19. Obat kumur bisa membunuh virus di laboratorium, sebuah penelitian menemukan. Tapi itu belum secara meyakinkan terbukti membantu pada manusia.
Covid-19 terutama menginfeksi orang lewat droplet di udara yang masuk melalui hidung dan juga mulut, sehingga berkumur hanya mengatasi satu titik masuknya virus. Dan begitu virus masuk, ia bereplikasi dan menyebar jauh ke dalam organ, di mana tidak ada jumlah kumur yang bisa dijangkau.
Advertisement