Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik relatif tenang pada perdagangan Selasa, (24/5/2022) seiring investor mempertimbangkan kemungkinan mencairnya hubungan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China. Hal ini seiring Presiden AS Joe Biden melayangkan gagasan pemangkasan tarif pada barang China.
Bursa saham China sedikit berubah pada awal sesi perdagangan. Indeks Hang Seng naik 0,43 persen. Indeks Shanghai mendatar. Indeks Shenzhen melemah 000,35 persen. Di Jepang, indeks Nikkei susut 0,42 persen. Indeks Topix melemah 0,34 persen.
Advertisement
Aktivitas manufaktur Jepang untuk Mei meningkat pada laju paling lambat tiga bulan. Hal ini seiring kemacetan pasokan yang menyebabkan produksi melambat, berdasarkan laporan Reuters.
Di sisi lain, Toyota Motor mengatakan akan memangkas produksi global sekitar 100.000-850.000 pada Juni karena kekurangan semikonduktor. Saham Toyota naik 0,29 persen pada awal sesi perdagangan.
Indeks Korea Selatan Kospi melemah 0,8 persen. Indeks Australia ASX 200 mendatar. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,43 persen.
Bursa saham AS atau wall street menguat. Selama sesi perdagangan, indeks Dow Jones melonjak 618 poin atau hampir dua persen. Indeks S&P 500 mendaki 1,9 persen dan indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen.
Selain itu sentimen bursa saham juga mendapatkan dorongan setelah Presiden AS Joe Biden mempertimbangkan memangkas tarif AS atas barang China.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Indeks Dolar AS
Ketika harga konsumen memanas, Gedung Putih mengatakan bulan lalu kalau mereka melihat bagaimana tarif tersebut berkontribusi terhadap inflasi. Tarif tersebut mulai berlaku 2018 ketika pemerintahan Trump memberlakukan tarif pada barang China senilai miliaran dolar AS.
Pemerintahan China membalas dengan tindakan hukuman serupa, menarik kedua belah pihak ke dalam perang dagang berlarut-larut.
"Pasar tampaknya anggap berita itu sebagai indikasi potensi mencairnya ketegangan perdagangan AS-China, meski ini bukan pertama kalinya pengurangan tarif dilayangkan,” tulis Ekonom National Australia Bank, Taylor Nugent mengutip dari CNBC, Selasa, 24 Mei 2022.
Ia menuturkan, pemotongan tarif sementara akan membantu melunakkan inflasi AS pada margin. “Laporan menunjukkan pejabat pemerintah khawatir akan tampak lunak terhadap China menjelang pemilihan kongres November,” kata dia.
Selain itu, AS mengumumkan kerangka ekonomi Indo-Pasifik dengan mitra Asia termasuk Australia, Jepang dan Korea Selatan. Kelompok ini ingin menetapkan aturan internasional tentang ekonomi digital, rantai pasokan, dekarbonisasi dan peraturan yang berlaku bagi pekerja.
Indeks dolar AS berada di posisi 102,29, dari posisi sebelumnya 102. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 127,91 per dolar AS. Dolar Australia di kisaran 0,7068. Harga minyak melemah pada jam perdagangan di Asia. Harga minyak Brent berjangka melemah 0,75 persen menjadi USD 112,57 per barel. Harga minyak berjangka AS susut 0,73 persen menjadi USD 109,49 per barel.
Advertisement
Penutupan Wall Street 23 Mei 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melesat pada perdagangan Senin, 23 Mei 2022 seiring investor melakukan aksi beli terhadap saham yang tertekan seperti bank. Hal ini terjadi setelah indeks Dow Jones Industrial Average alami koreksi dalam delapan minggu berturut-turut.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 618,34 poin atau hampir dua persen ke posisi 31.880,24. Indeks S&P 500 naik sekitar 1,9 persen ke posisi 3.973,75. Indeks S&P 500 terpangkas 20 persen dari posisi tertingginya. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen menjadi 11.535,28.
Analis mengingatkan penguatan wall street yang terjadi juga harus dilihat berapa lama ketiga indeks acuan itu dapat mempertahankan levelnya.
Investor telah berada di sini sebelumnya menyambut reli kecil selama gejolak pasar pada 2022. Meski demikian pelaku pasar juga bertanya-tanya kapan penguatan akan cukup kuat untuk membalikkan tren turun selama berbulan-bulan.
"Impuls ini telah gagal beberapa kali selama beberapa minggu terakhir. Secara teknikal lebih tinggi untuk kinerja positif yang berkelanjutan mengingat semua hambatan seperti pertumbuhan yang melambat, valuasi yang meningkat, kenaikan suku bunga dan ketakutan akan resesi,” kata Analis Baird Ross Mayfield, dilansir dari CNBC, Selasa (24/5/2022).
Sementara itu, Chief Investment MissionSquare Retirement, Wayne Wicker menuturkan, dengan begitu banyak saham turun signifikan pada 2022 tidak akan mengejutkan melihat penangguhan koreksi di wall street pada Senin, 23 Mei 2022.
"Namun, dengan tantangan yang diberikan terkait dengan inflasi, kenaikan suku bunga dan peristiwa geopolitik saat kita memasuki bulan musim panas, investor harus hadapi volatilitas lanjutan dalam waktu dekat,” ujar Wicker.
Gerak Saham di Wall Street
Saham JPMorgan naik 6,2 persen setelah bank mengharapkan untuk mencapai target pengembalian utama lebih cepat dari yang direncanakan, berkat kenaikan suku bunga memberikan dorongan pinjaman.
Saham Citi juga menguat 6 persen seiring imbal hasil acuan surat berharga atau obligasi bertenor 10 tahun menguat pekan lalu. Saham Wells Fargo dan Bank of America masing-masing naik lebih dari 5 persen.
Saham Ross Stores dan TJX juga mencatat penguatan terbesar yang masing-masing naik sekitar 9,6 persen dan 4,2 persen. Saham lainnya di sektor ini termasuk Costco, Dollar General, Norstrom dan Macy’s dijadwalkan untuk melaporkan kinerja pekan ini.
Hal itu akan menjadi titik fokus utama bagi investor yang ingin melihat apakah permintaan tingkat tinggi tetap kuat dan apakah beberapa koreksi pekan lalu khusus untuk perusahaan.
Saham VMWare melonjak lebih dari 24,9 persen setelah Bloomberg dan Reuters melaporkan produsen chip sedang dalam pembicaraan untuk akuisisi perusahaan layanan cloud, menurut sumber. Saham Broadcom turun 3,1 persen.
Saham Electronic Arts naik 2,3 persen menyusul laporan produsen video game aktif mencari penjualan dan merger.
Sentimen lain di wall street juga dorongan dari pernyataan Presiden AS Joe Biden. Ia sedang mempertimbangkan untuk kurangi tarif sejumlah produk yang diimpor dari China. “Saya sedang mempertimbangkannya. Kami tidak mengenakan tarif itu. Mereka dipaksakan oleh pemerintahan terakhir dan sedang dipertimbangkan,” ujar dia.
Advertisement