Liputan6.com, Jakarta - Tinder mengumumkan peluncuran Pusat Keamanan di aplikasi untuk para pengguna di Indonesia. Sesuai namanya, fitur ini memberikan kemudahan bagi para pengguna untuk mengakses fitur yang relevan dengan keamanan mereka saat menggunakan platform Tinder.
Selain itu, konten dalam Pusat Keamanan ini akan terus ditinjau dan diperbaharui sesuai kebutuhan. Beberapa konten yang mencakup dalam fitur ini adalah panduan terbaru untuk berkencan aman, sumber edukasi, termasuk daftar LSM lokal dan hotline yang menawarkan dukungan.
Advertisement
"Saya dengan bangga mengumumkan kehadiran fitur ini di Indonesia. Bagi kami, ini merupakan langkah penting dalam mendorong usaha keamanan kami maju ke depan hingga mencapai skala yang tak tertandingi di pasar," tutur Director Trust & Safety Product, Bernadette Morgan, dalam keterangan resmi, Rabu (25/5/2022).
Peluncuran Pusat Keamanan di Indonesia ini didasarkan pada komitmen Tinder untuk menjadikan platformnya sebagai tempat terpercaya dan aman bagi semua orang untuk bergabung.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tinder juga bekerja sama dengan Match Group Advisory Council dan LSM untuk terus membangun fitur sekaligus membantu para penggunanya menjadi lebih aman.
Nantinya, Pusat Keamanan ini akan memusatkan sumber daya mengenai keselamatan sekaligus menghubungkan pengguna dengan pakar yang relevan saat dibutuhkan.
Tinder pun memastikan fitur ini mudah diakses oleh pengguna termasuk saat mengobrol dengan match yang potensial.
Lantas, bagaimana cara mengakses Pusat Keamanan di Tinder? Untuk mengaksesnya, pengguna tinggal buka aplikasi Tinder, klik ikon profil, pilih keamanan dan pilih topik yang dirasa sesuai dengan kebutuhan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perusahaan Induk Tinder Gugat Google Terkait Sistem Pembayaran
Di sisi lain, perusahaan induk dari aplikasi kencan Tinder, Match, dan OkCupid yaitu Match Group, mengajukan gugatan terhadap Google dan Alphabet pada hari Senin pekan ini, untuk memprotes sistem pembayaran.
Perusahaan mengatakan, hal ini adalah "upaya terakhir" untuk mencegah Tinder dan aplikasi lainnya dipaksa berhenti dari Play Store, karena menolak membagikan 30 persen dari penjualan mereka.
Gugatan Match, mengutip New York Post, Selasa (10/5/2022), diajukan di pengadilan federal California, Amerika Serikat.
Match menuding Google telah melanggar undang-undang anti-monopoli federal dan negara bagian, serta berusaha untuk menghentikan perilaku tersebut. Beberapa aplikasi Match telah dikecualikan dari kebijakan Google selama sekitar satu dekade terakhir.
Namun, menurut gugatan tersebut, Google mengatakan akan memblokir aplikasi tersebut untuk bisa diunduh pada 1 Juni, kecuali mereka hanya menawarkan sistem pembayarannya dan berbagi pendapatan.
"Gugatan ini adalah langkah terakhir," kata Chief Executive Match, Shar Dubey.
"Kami mencoba, dengan itikad baik, untuk menyelesaikan masalah ini dengan Google, tetapi desakan dan ancaman mereka membuat kami tidak punya pilihan," kata Dubey.
Gugatan juga menyebut, mayoritas pengguna di aplikasi paling populer Match yaitu Tinder, lebih memilih sistem pembayaran yang memungkinkan untuk paket cicilan, transfer bank, dan fitur lain yang tidak disediakan oleh Google.
Juru Bicara Google Dan Jackson, di sisi lain menuding gugatan ini hanyalah kelanjutan dari "kampanye kepentingan pribadi Match Group untuk menghindari nilai signifikan yang mereka terima dari platform seluler tempat mereka membangun bisnisnya."
Advertisement
Google Sebut Melindungi Pengguna dari Penipuan
"Seperti bisnis apa pun, kami mengenakan biaya untuk layanan kami, dan seperti platform yang bertanggung jawab, kami melindungi pengguna dari penipuan dan penyalahgunaan dalam aplikasi," kata Jackson, dikutip dari The Verge.
Menurut Jackson, aplikasi Match Group memenuhi syarat untuk membayar hanya 15 persen di Google Play untuk langganan digital, yang disebut sebagai tarif terendah di antara platform aplikasi besar.
Selain itu, kata Jackson, aplikasi Android juga terbuka untuk didistribusikan dari tempat lain apabila "mereka tidak ingin mematuhi kebijakan Google Play."
"Keterbukaan Android memberi mereka banyak cara mendistribusikan aplikasinya ke pengguna Android, termasuk lewat toko aplikasi Android lain, langsung ke pengguna lewat situs web-nya, atau sebagai aplikasi khusus konsumsi."
Match Group diketahui tergabung dalam Coalition of App Fairness, sekelompok perusahaan yang juga mencakup Spotify dan Tile.
Kelompok ini dibentuk untuk melawan kebijakan anti kompetisi, di mana di antaranya seperti aturan Apple dan Google, yang melarang pengembang menggunakan pemroses pembayaran pihak ketiga.
Di bulan Maret, Google mengumumkan mereka akan mulai menguji cara bagi pengembang Android untuk menggunakan sistem pembayarannya sendiri, dimulai dengan Spotify.
Namun, tidak jelas apakah Google masih akan mengambil komisi dari penjualan tersebut dan, jika benar dilakukan, berapa biayanya.
Google Hapus 1,2 Juta Aplikasi Android dari Play Store
Google sendiri memang dilaporkan semakin serius untuk memberantas maraknya peredaran aplikasi berbahaya, dan pengembang bermasalah di layanan Play Store.
Menurut laporan Neowin, raksasa mesin pencari itu sedang meningkatkan privasi dan keamanan lebih baik lagi di Play Store.
Mengutip laporan Neowin, Minggu (1/5/2022), Google telah menonaktifkan semua aplikasi pihak ketiga yang memiliki kemampuan untuk merekam panggilan pengguna.
Perusahaan juga mengungkap bagian "data safety" di aplikasi, dan mengharuskan pengembang untuk memberikan informasi tentang data yang mereka kumpulkan dan tujuannya.
Selain itu, Google juga mengungkap data telah memblokir 190 ribu akun pengembang aplikasi berbahaya dan spam pada tahun 2021 saja. Mereka menyebutkan telah menghapus sekitar 1,2 juta aplikasi dari toko digital miliknya karena telah melanggar kebijakan Google Play.
Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, ini juga telah menutup lebih dari 500 ribu akun pengembang yang tidak aktif di Google Play Store.
(Dam/Isk)
Advertisement