Petani Modern: Bercocok Tanam di Atas Gedung Pencakar Langit Hong Kong

Tam bahkan memperkirakan bahwa hanya asa sekitar 1,5 persen sayuran di kota tersebut yang diproduksi secara lokal.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Mei 2022, 06:00 WIB
Ilustrasi Cerita Nuri Perempuan Asal Indonesia yang Sukses Jadi Petani di Amerika Serikat/dok. unsplash elaine

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan zaman dari waktu ke waktu akhirnya mampu membuat teknologi semakin canggih. Hingga akhirnya teknologi tersebut mampu merambah ke dunia pertanian.

Seperti kisah salah satu pendiri sekaligus CEO perusahaan pertanian Farm66 Gordon Tam. Dia telah membuktikan bahwa sektor pertanian kini sudah mampu mengikuti zaman. Salah satu contohnya bercocok tanam saat ini bisa dikombinasikan dengan teknologi. Hal itulah yang dapat menjanjikan di masa depan.

Pada awal Februari, penduduk Hong Kong menghadapi krisis makanan segar. Rak-rak yang menyimpan sayuran dan sejenisnya kosong di supermarket. Itu karena aturan ketat Covid-19 di perbatasan di China daratan sangat mengganggu pasokan makanan segar.

Hong Kong, kota berpenduduk padat di mana ruang pertanian terbatas, hampir sepenuhnya bergantung pada dunia luar untuk pasokan makanannya. Lebih dari 90 persen makanan kota bertabur gedung pencakar langit, terutama produk segar seperti sayuran, diimpor, sebagian besar dari daratan Cina.

“Selama pandemi, kita semua memperhatikan bahwa produktivitas sayuran yang ditanam secara lokal sangat rendah. Dampak sosialnya sangat besar,” kata Gordon Tam seperti melansir Forbes, Jumat (27/5/2022).

Tam bahkan memperkirakan bahwa hanya asa sekitar 1,5 persen sayuran di kota tersebut yang diproduksi secara lokal. Namun dia yakin pertanian vertikal seperti Farm66, dengan bantuan teknologi modern, seperti sensor IoT, lampu LED, dan robot, dapat meningkatkan produksi pangan lokal Hong Kong.

“Pertanian vertikal adalah solusi yang baik karena sayuran dapat ditanam di kota,” tuturnya dalam sebuah wawancara di pertanian vertikal perusahaan di kawasan industri. “Sayuran bisa kita tanam sendiri sehingga tidak bergantung pada impor,” imbuhnya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Mendirikan Farm66

Ilustrasi pertanian. (dok. Stephanie Davison/Unsplash.com)

Tam mengatakan bahwa dia memulai Farm66 pada 2013 dengan salah satu pendirinya Billy Lam, yang merupakan COO perusahaan, sebagai pelopor pertanian vertikal berteknologi tinggi di Hong Kong.

“Perusahaan kami adalah yang pertama menggunakan pencahayaan LED hemat energi dan teknologi panjang gelombang di pertanian,” katanya.

Dia menjelaskan, “Kami menemukan bahwa warna yang berbeda pada spektrum cahaya membantu tanaman tumbuh dengan cara yang berbeda. Ini adalah terobosan teknologi kami.”

Misalnya, lampu LED merah akan membuat batang tumbuh lebih cepat, sedangkan lampu LED biru mendorong tanaman untuk menumbuhkan daun yang lebih besar.

Farm66 juga menggunakan sensor dan robot IoT untuk kontrol kualitas dan untuk membantu mengelola pertanian dalam ruangan seluas 20.000 kaki persegi sehingga membantu perusahaan merekrut dan mempertahankan pekerja.

Namun, dia mengungkapkan bahwa, “Masalah besar bagi pertanian tradisional adalah kurangnya bakat. Itu karena anak-anak dari banyak petani yang tersisa tidak mau mengambil alih pertanian. Mereka pikir itu pekerjaan yang sangat membosankan.”

“Tapi dengan teknologi, kita bisa memperbaiki lingkungan kerja sehingga generasi muda mau bertani,” imbuhnya.

Sebagai informasi, Farm66 saat ini mempekerjakan 15 karyawan tetap, termasuk analis data, ilmuwan makanan, dan insinyur mesin, yang memproduksi hingga tujuh ton sayuran sebulan.


Teknologi yang Digunakan

Penggunaan teknologi Farm66, terutama analitik datanya pada intensitas cahaya, aliran air, dan penyejuk udara, yang menarik ParticleX , sebuah perusahaan modal ventura yang berfokus pada teknologi di Hong Kong yang didukung oleh miliarder Tang Yiu.

“Saya menghargai bahwa Gordon dan timnya telah melakukan cukup banyak analisis data pada mekanisme pertanian,” kata Mingles Tsoi, Kepala Tugas Eksplorasi ParticleX. “Jadi, itu sebabnya kami memilih mereka sebagai target utama kami untuk investasi,” sambungnya.

Sementara itu, Farm66 memiliki sejumlah investor Farm66, termasuk Alibaba Entrepreneurs Fund, Cyberport yang didukung pemerintah Hong Kong, serta pengembang properti Hong Kong milik miliarder Singapura Robert Ng, Sino Group. Sejauh ini, ia telah mengumpulkan lebih dari USD 4 juta total dana.

Awal tahun ini, Farm66 rencananya akan menerima dana dari Hengqin Financial Investment pemerintah China dan diterima di HK Tech 300 Angel Fund, program dukungan startup oleh City University of Hong Kong.

Sementara di tahun lalu, perusahaan berhasil masuk daftar Forbes Asia 100 to Watch perdana dan masuk kategori perusahaan kecil dan startup terkemuka yang sedang naik daun di kawasan Asia-Pasifik.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya