Operasi TMC Sejak Dini, Solusi Cegah Karhutla di Sumsel-Jambi

KLHK bersama instansi terkait dan stakeholder bersama-sama mencegah kebakaran hutan dan lahan sejak dini melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

oleh Nefri Inge diperbarui 09 Sep 2022, 19:50 WIB
Operasi pemadaman karhutla di Riau oleh tim darat. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Palembang - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2015 dan 2019 yang sangat besar di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi, menjadi momok menakutkan bagi Indonesia.

Bahkan, kabut asap yang dihasilkan dari karhutla di Pulau Sumatra tersebut, menyebar hingga ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, yang sempat mengakibatkan hubungan bilateral antarnegara tersebut agak terganggu.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun langsung menginstruksi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah dan instansi terkait, untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan cepat karhutla, terutama di daerah rawan kebakaran.

Jelang memasuki musim kemarau di tahun 2022 ini, KLHK bersama multistakeholder dan instansi terkait, bergerak dini untuk mengantisipasi karhutla di Sumsel dan Jambi. Terlebih sudah terpantau hotspot di kawasan-kawasan yang berpotensi terjadi karhutla.

Antisipasi yang dilakukan yakni dengan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), yang sudah dibahas dalam rapat Pembukaan Kegiatan TMC Provinsi Sumsel dan Jambi, di Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang, Senin (23/5/2022) lalu.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (PKHL), diwakili oleh Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera, Ferdian Krisnanto mengungkapkan, luasan kebakaran di Sumatera Selatan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya pada periode Januari-April.

Dia mengatakan tahun ini karhutla di Sumsel terjadi agak unik, karena dimulai dari Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Ogan Komering Ulu (OKU) dan Penukal Abab Lematang Ilir (Pali) Sumsel.

“Kita sudah melakukan antisipasi agar tidak terjadi karhutla, juga upaya pemadaman pada lokasi yang terbakar. Di Riau operasi TMC sudah dimulai sejak bulan kemarin dengan penambahan curah hujan sebanyak 15 persen,” katanya, Selasa (24/5/2022).

Selain melakukan TMC dari udara, lanjut Ferdian, pengawalan di lahan juga harus diperkuat, yakni dengan memastikan gambut dan air gambut tetap basah dan lembab. Apalagi saat ini masih ada potensi hujan.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Basahi Lahan Gambut

Simulasi petugas Manggala Agni Sumsel saat memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) saat Apel Siaga Kesiapsiagaan Pengendalian Karhutla Tahun 2021 di Kabupaten Ogan Ilir Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Sejak tahun 2020 lalu, lanjut Ferdian, operasi TMC dijadikan salah satu solusi permanen pencegahan karhutla selain patroli dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. TMC dilakukan untuk membasahi lahan gambut, agar terjaga kelembabannya, menjaga tinggi muka air tetap stabil sehingga tidak mudah terbakar.

“Operasi TMC juga dilakukan untuk mengisi kanal-kanal, embung dan kolam-kolam retensi areal guna mencegah kebakaran terutama di lahan gambut yang sering mengalami kebakaran setiap tahun,” ungkap Ferdian.

Kegiatan pembasahan lahan tersebut, rencananya akan digelar selama 15 hari, dengan dukungan dari PT. Wirakarya Sakti (Sinar Mas Forestry).

Kepala BPBD Sumsel Iriansyah mengatakan, Sumsel menjadi satu daerah rawan karhutla. Ada luasan lahan gambut di Sumsel terutama di Kabupaten Ogan Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin dan beberapa kabupaten lainnya yang berpotensi terbakar.


Siaga Darurat Karhutla

APP Sinar Mas menyiapkan Regu Pemadan Kebakaran (RPK) dan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk mencegah dan mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Terlebih, karhutla di Sumsel juga, jadi isu nasional hingga internasional, terutama karena kabut asapnya. Hal tersebut menjadi ancaman nasional, sehingga Gubernur Sumsel Herman Deru, sudah menetapkan Siaga Darurat Karhutla sejak tanggal 19 April 2022 hingga 30 November 2022 mendatang.

“Kalau lahan kecil, mudah dibasahkan. Tapi jika luas, perlu TMC untuk membasahi lahan seluas, terutama gambut. Jika gambut terbakar dan sulit air, akan repot memasukkan pemadaman. Sehingga perlu pembasahan dini,” katanya.

Operasi TMC untuk pencegahan dini karhutla terutama di lahan gambut di Sumsel-Jambi turut didukung oleh APP Sinar Mas, melalui unit usahanya PT Wirakarya Sakti (WKS).

Terutama di dua tahun terakhir, APP Sinar Mas- PT WKS turut berkontribusi dalam operasi TMC, sehingga jumlah hotspot di Sumsel-Jambi bisa diminimalisir.


Kontribusi APP Sinar Mas

Pihak KLHK, BPBD Sumsel-Jambi, pemda, APP Sinar Mas dan instansi terkait usai mengikuti rapat persiapan TMC di Sumsel-Jambi (Dok. Humas APP Sinar Mas / Nefri Inge)

Direktur PT WKS Agus Wahyudi mengucapkan terima kasih kepada pemerintah, yakni KLHK, BRIN, BNPB dan instansi terkait, yang telah mengajak bersama-sama melaksanakan penerapan TMC di Sumsel-Jambi tahun 2022.

Di samping upaya melalui TMC tersebut, APP Sinar Mas dan unit usahanya, terus berkomitmen untuk melakukan upaya pencegahan karhutla, baik di dalam dan di luar kawasan perusahaan. Yakni dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).

“Di lapangan, baik di Sumsel-Jambi mendukung TMC, data dan informasi teraktual di lapangan, akan kami sediakan, yang bisa diperoleh di sekitar areal kami. Rekan-rekan di Sumsel-Jambi, siap mendukung kebutuhan data yang diperlukan,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya