Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia akan melakukan normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan giro wajib minimum (GWM) secara bertahap. Artinya, besaran akan ditingkatkan bertahap mulai 1 Juni – 1 September 2022.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hal ini merupakan keputusan dari rapat dewan gubernur Bank Indonesia yang digelar 23-24 Mei 2022.
Advertisement
“Bank Indonesia akan mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan giro wajib minimum rupiah secara bertahap,” kata Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).
Kenaikan ini berlaku untuk bank konvensional, bank syariah, hingga unit usaha syariah. Ia pun merinci skema yang akan dijalankan dan mulai berlaku pada 1 Juni 2022 mendatang.
“Kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum konvensional yang pada saat ini pada 5 persen akan naik menjadi 6 persen mulai 1 juni 2022, kemudian naik menjadi 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan menjadi 9 persen mulai 1 September 2022,” terang dia.
Sementara itu, kewajiban GWM rupiah untuk bank syariah dan unit usaha syariah juga akan ditingkatkan secara bertahap. Saat ini besaran GWM untuk kategori ini sebesar 4 persen.
“Naik menjadi 4,5 persen mulai 1 Juni 2022, dan naik menjadi 6 persen mulai 1 Juli 2022 dan menjadi 7,5 persen mulai 1 september 2022,” ujarnya.
Perry menjelaskan, BI memberikan remunerasi sebesar 1,5 persen terhadap pemenuhan kewajiban GWM setelah memperhitungkan insentif bagi bank-bank dalam menyalurkan kredit dan pembiayaan pada sektor prioritas, UMKM atau memenuhi target.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Pengaruhi Penyaluran Kredit
Lebih lanjut, ia menegaskan langkah kenaikan GWM ini tak akan berpengaruh terhadap kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit pembiayaan kepada dunia usaha. Serta partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN.
“ini mengingat tingginya rasio AL/DPK yaitu likuiditas perbankan yang tetap longgar,” katanya.
Perry menyampaikan pada April 2022 rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga masih tinggi, mencapai 29,38 persen. itu diakuinya tetap mendukung kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 9,1 persen yoy.
“Likuiditas yang terjaga didukung oleh DPK yang tumbuh tinggi sebesar 10,11 persen yoy,” katanya.
Pembelian SBN
Sementara itu dalam rangka koordinasi fiskal moneter, sebagaimana tertuang dalam keputusan bersama Menteri Keuangan dan Gubernur BI yang berlaku hingga 31 desember 2022, BI melanjutkan pembelian SBN di pasar perdana untuk pendanaan APBN.
“Dalam rangka program pemulihan ekonomi nasional, jumlahnya sebesar RP 30,17 triliun, data hingga 23 Mei 2022. Baik melalui mekanisme lelang utama, greenshoe option, maupun private placement,” tuturnya.
Advertisement
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 3,50 persen pada April 2022.
Keputusan itu diambil setelah bank sentral menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Senin hingga Selasa, atau 23 hingga 24 Mei 2022.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 sampai 24 Mei 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRRR sebesar 3,50 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Mei 2022, Selasa (24/5/2022).
Selain suku bunga acuan, bank sentral pun kembali menahan suku bunga deposite facility tetap sebesar 2,75 persen. Keputusan yang sama juga berlaku pada suku bunga lending facility tetap di level 4,25 persen.
Perry mengatakan, dari dalam negeri pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat, terbukti dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2022 sebesar 5,01 persen. Pada kuartal II/2022, BI melihat pertumbuhan tetap kuat. Hal ini tercermin dari indeks PMI, neraca perdagangan dan indeks mobilitas penduduk.
"Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2022 Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,5-5,3 persen," papar Gubernur BI.
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Rupiah Berpotensi Melemah Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI
Nilai tukar rupiah pada Selasa berpotensi melemah seiring pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa siang nanti.
Rupiah pagi ini bergerak menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi 14.661 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.672 per dolar AS.
"Rupiah mungkin bisa melemah hari ini terhadap dolar AS karena sentimen BI dan inflasi," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra seperti dikutip dari Antara, Selasa (24/5/2022).
Para analis memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya hari ini yang bisa mempersempit jarak dengan suku bunga The Fed.
Bank Indonesia menggelar pertemuan selama dua hari pada Senin (23/5/2022) kemarin dan Selasa ini.
Sebelumnya, dalam RDG BI pada 18-19 April 2022 lalu, bank sentral memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) di level 3,5 persen.
Advertisement