Liputan6.com, Tulungagung - Penutupan pasar hewan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur diperpanjang hingga 12 Juni dari sebelum dijadwalkan tanggal 13-30 Mei. Penutupan pasar hewan itu untuk mengantisipasi penyebaran wabah penyakit kuku dan mulut (PMK) hewan.
"Ya, keputusan ini diambil setelah rapat koordinasi dan sosialisasi penyakit mulut dan kuku (PMK) di pendopo kabupaten, " terang Bupati Tulungagung Maryoto Birowo di Tulungagung, Selasa (24/5/2022), dilansir dari Antara.
Advertisement
Pertimbangan mendasar perpanjangan masa penutupan pasar hewan tersebut adalah fakta wabah PMK yang saat ini kian meluas.
Di wilayah Tulungagung belum ditemukan kasus, namun seiring kian banyaknya temuan kasus di daerah lain, Pemkab Tulungagung berinisiatif melakukan pemblokiran, salah satunya dengan menutup pasar hewan yang bisa menjadi klaster penularan.
"Pasar hewan ditutup sementara, itu sebagai upaya antisipasi PMK. Bakul (pedagang) dari luar kota sementara dihadang," katanya.
Penutupan sementara tak hanya di pasar hewan kabupaten, namun juga di pasar-pasar hewan desa.
Pencegahan ini juga mempertimbangkan fakta kasus di mana PMK tak hanya menyerang sapi, namun juga kerbau, kambing dan babi. Upaya pencegahan lainnya dengan mendirikan posko wabah PMK di sentra peternakan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lindungi Peternak Sapi
Maryoto berdalih penutupan ini untuk melindungi peternak sapi mengingat Tulungagung merupakan salah satu sentra produksi susu sapi.
Produksi susu sapi terpusat di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo. Peternak sapi di Tulungagung mampu memproduksi sekitar 150 ton susu setiap harinya.
"Besok Jumat (27/5) ini koperasi susu akan dikumpulkan semua di provinsi," jelasnya.
Data Disnak Tulungagung, populasi sapi perah sekitar 25 ribu ekor, sapi potong 144 ribu, kambing 207 ribu, dan babi 10.500 ekor.
Advertisement