Saham SNAP Anjlok Usai CEO Evan Spiegel Umumkan Kinerja yang Belum Sesuai Target

Peringatan CEO Snap, Evan Spiegel kepada karyawan perusahaan mengguncang pasar periklanan online.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Mei 2022, 08:56 WIB
Ekspresi spesialis David Haubner (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Snap anjlok 30 persen pada perdagangan awal pekan ini. Hal itu menyusul peringatan CEO Snap, Evan Spiegel kepada karyawan perusahaan akan kehilangan target pendapatan untuk kuartal I 2022.

Dalam pengajuannya pada Securities and Exchange Commission. setempat, perusahaan media sosial itu juga berencana memperlambat perekrutan hingga akhir tahun. Snap akan melakukan pengelolaan ulang terhadap pos pengeluaran.

"Hari ini kami mengajukan 8-K, berbagi situasi makro telah memburuk lebih jauh dan lebih cepat daripada yang kami perkirakan ketika kami mengeluarkan panduan kuartalan kami bulan lalu," tulis Evan Spiegel dalam catatan tersebut.

Melansir CNBC, Rabu (25/4/2022), pada April lalu Snap melaporkan pendapatan kuartal pertama yang meleset dari ekspektasi Wall Street untuk penjualan dan laba.

Pada saat itu, perusahaan mengharapkan pertumbuhan pendapatan antara 20 persen dan 25 persen dari tahun ke tahun (year on year/yoy). Sementara memperkirakan pendapatan yang disesuaikan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi antara USD 0 dan USD 50 juta.

"Kami percaya sekarang kemungkinan kami akan melaporkan pendapatan dan menyesuaikan EBITDA di bawah kisaran panduan yang kami berikan untuk kuartal ini," tulis Spiegel dalam pembaruan pada Senin.

Kabar tersebut mengguncang pasar periklanan online, membuat banyak rekan Snap jatuh setelah berjam-jam. Saham induk Facebook Meta turun 7 persen, Twitter turun hampir 4 persen, sementara Pinterest turun 12 persen.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Hadapi Kenaikan Suku Bunga dan Inflasi

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di luar media sosial, saham perusahaan periklanan juga turun. Induk Google Alphabet turun lebih dari 3 persen, sementara The Trade Desk turun lebih dari 8 persen.

Spiegel mengatakan, Snap masih akan merekrut karyawan baru, tetapi akan memperlambat laju perekrutannya untuk sisa tahun ini. Dia masih mengharapkan Snap untuk mempekerjakan 500 karyawan baru sebelum akhir tahun.

Perusahaan mempekerjakan ada sekitar 2.000 karyawan selama 12 bulan terakhir. Spiegel menuturkan, perusahaan pembuat aplikasi Snapchat itu menghadapi kenaikan inflasi dan suku bunga, kekurangan rantai pasokan, gangguan tenaga kerja dan perubahan kebijakan platform seperti fitur privasi iPhone Apple.  Di sisi lain, ada juga dampak negatif dari perang di Ukraina.

"Keuntungan kami yang paling berarti selama beberapa bulan mendatang akan datang sebagai hasil dari peningkatan produktivitas dari anggota tim kami yang ada," ujar Spiegel.

Pada penutupan Senin, saham Snap turun lebih dari 50 persen dalam satu tahun terakhir, dibandingkan dengan penurunan 17 persen untuk S&P 500.

Setelah beberapa jam, saham turun 28 persen menjadi USD 16,15. Jika jatuh lebih dari 26,6 persen pada Selasa, itu akan menjadi hari terburuk bagi saham sejak perusahaan go public pada 2017.


Penutupan Wall Street pada 24 Mei 2022

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Selasa, 24 Mei 2022 seiring kekhawatiran dari peringatan suram Snap yang menyebar ke saham teknologi lainnya. Sementara itu, indeks Dow Jones menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Nasdaq melemah 2,4 persen menjadi 11.264,45. Indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.941,48. Indeks Dow Jones bertambah 48,4 poin atau 0,2 persen menjadi 31.928,62. Indeks Dow Jones sempat turun 1,6 persen di awal sesi perdagangan.

Indeks saham unggulan mendapatkan dorongan dari grup UnitedHealth yang melonjak 1,1 persen menjelang penutupan perdagangan. Komponen Dow, McDonald’s, Verizon dan IBM semuanya menguat lebih dari dua persen.

Di sisi lain, imbal hasil treasury atau obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun membuat pergerakan tiba-tiba melemah. Hal ini karena investor khawatir resesi mendorong harga obligasi lebih tinggi. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 2,73 persen setelah melampaui tiga persen awal tahun ini.

Saham perusahaan teknologi memimpin koreksi pada perdagangan Selasa pekan ini seiring investor mengkhawatirkan perlambatan iklan digital menyusul peringatan dari perusahaan media sosial Snap.

Saham Snap anjlok 43 persen setelah perusahaan mengatakan bersiap untuk kehilangan target pendapatan dan laba pada kuartal saat ini. Snap juga memperingatkan penurunan dalam perekrutan. Ikuti Snap, saham Meta Platforms melemah 7,6 persen. Induk Google Alphabet turun hampir lima persen dan mencapai level terendah baru 52 minggu.

“Penyebab utamanya adalah peringatan Snap dari Senin malam. Beberapa agak tidak percaya bahwa perusahaan media sosial yang realtif kecil dan tidak menguntungkan dapat menghapus penguatan, tetapi mengingat betapa sensitifnya, SNAP mampu meninju di atas bobotnya,” ujar Adam Crisafulli dari Vital Knowledge, dikutip dari CNBC, Rabu (25/5/2022).

Ia menambahkan, teknologi masih mendominasi pasar baik secara numerik (tetap menjadi bobot terbesar) dan psikologis. “Meskipun likuidasi agresif dalam beberapa bulan terakhir, orang masih memiliki banyak,” kata dia.


Inflasi Membayangi

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Saham Amazon juga merosot ke level terendah baru dalam 52 minggu. Saham Amazon turun 3,2 persen. Saham Apple turun 1,9 persen. “Kami melihat semua platform iklan online merasakan beberapa dampak dari kemunduran konsumen yang signifikan. Iklan adalah siklus,” tulis Analis Morgan Stanley.

Indeks saham acuan berbalik arah pada perdagangan Selasa pekan ini setelah saham reli pada Senin, 23 Mei 2022. Hal ini karena indeks Dow Jones melonjak 618 poin atau hampir dua persen.

Indeks S&P 500 naik 1,9 persen. Indeks Nasdaq bertambah 1,6 persen. Kenaikan singkat terjadi karena pasar terperosok dalam aksi jual tanpa henti dengan indeks Dow Jones turun selama delapan minggu berturut-turut.

Hedge fund manager Bill Ackman menuturkan, dengan inflasi yang tidak terkendali, kenaikan suku bunga agresif oleh the Federal Reserve adalah satu-satunya cara untuk menjinakkannya. Investor pada akhirnya akan menyukai langkah-langkah tersebut untuk menghindari keruntuhan ekonomi.

“Jika the Fed tidak melakukan tugasnya, pasar akan melakukan the Fed dan itulah yang terjadi sekarang,” ujar Ackman.

Ia menambahkan, satu-satunya cara untuk hentikan inflasi yang melonjak dengan pengetatan moneter yang agresif atau dengan keruntuhan ekonomi.

Indeks S&P 500 melemah 18,2 persen dari rekor tertingginya setelah turun lebih dari 20 persen pada posisi tertinggi. Sedangkan penurunan beruntun Dow Jones yang terpanjang sejak 1923.

Seiring dengan saham teknologi, aksi jual telah didorong oleh kerugian di sektor ritel menyusul laba dan prospek yang lemah dari Target dan Walmart pekan lalu. Investor mendapat lebih banyak berita buruk dari industri itu. Saham Abercrombie dan Fitch turun 28,6 persen setelah melaporkan biaya pengiriman dan produk bebani penjualan untuk kuartal pertama tahun fiskal.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya