Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah menguat pada Rabu pagi usai Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan.
Kurs rupiah pagi ini bergerak menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi 14.650 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.661 per dolar AS.
Advertisement
"Menyusul hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, rupiah berpeluang lanjut menguat," kata analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama dikutip dari Antara, Rabu (25/5/2022).
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 Mei 2022.
Bank sentral juga tetap mempertahankan suku bunga lainnya, yakni deposit facility di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility di level 4,25 persen.
"Walaupun tingkat suku bunga Bank Indonesia belum berubah, tetapi BI berencana untuk mempercepat proses kenaikan giro wajib minimum untuk bank umum dan bank syariah," ujar Revandra.
BI mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan giro wajib minimum (GWM) rupiah secara bertahap mulai 1 Juni 2022.
Dengan demikian, kenaikan GWM pada tahun ini tak hanya akan ada pada Juni dan September saja, namun akan terdapat pula kenaikan GWM pada Juli 2022.
Kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum konvensional yang pada saat ini sebesar lima persen akan naik menjadi enam persen mulai 1 Juni 2022, 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan sembilan persen mulai 1 September 2022.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
GWM Rupiah
Sementara itu, kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum syariah dan unit usaha syariah yang pada saat ini sebesar empat persen akan naik menjadi 4,5 persen mulai 1 Juni 2022, enam persen mulai 1 Juli 2022, dan 7,5 persen mulai 1 September 2022.
Menurut Revandra, kenaikan tersebut dapat menyerap likuiditas yang berimbas pada stabilisasi nilai rupiah.
"Selain itu, indeks dolar AS juga mengalami tren pelemahan selama beberapa hari terakhir, sehingga memberikan dorongan untuk rupiah," katanya.
Revandra memperkirakan rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.700 per dolar AS.
Pada Selasa (24/5/2022) lalu, rupiah ditutup menguat 11 poin atau 0,08 persen ke posisi Rp14.661 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.672 per dolar AS.
Advertisement
Gubernur BI: Rupiah Melemah 1,2 Persen di Mei 2022 Dampak Ketidakpastian Global
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah terDepresiasi atau melemah 1,2 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk periode awal akhir April 2022 hingga saat ini. Perry mengungkap pelemahan nilai tukar rupiah itu disebabkan oleh aliran modal asing keluar.
Keluarnya aliran modal asing itu akibat dari ketidakpastiannya pasar keuangan global. Ia juga mengungkap terdepresiasinya nilai tukar rupiah ini sejalan dengan mata uang regional lainnya.
“Nilai tukar rupiah terdepresiasi sejalan dengan mata uang regional lainnya dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 23 mei 2022 terdepresiasi 1,2 persen dibanding dengan akhir April 2022,” katanya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (24/5/2022).
Depresiasi tersebut disebabkan oleh aliran modal asing keluar seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah terjaganya pasokan valas domestik. Khususnya,kata dia, dari korporasi dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian indoneisa.
“Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87 persen year-to-date dibandingkan dengan tingkat akhir 2021,” kata dia.
Kendati demikian, Perry Warjiyo menyebut tingkat depresiasi ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di beberapa negara tetangga. Contohnya, India yang mengalami depresiasi sebesar 4,11 persen, Malaysia 5,1 persen, dan Korea Selatan 5,97 persen.
Tetap Terjaga
Lebih lanjut, Perry memprediksi kedepannya stabilitas nilai tukar rupiah akan tetap terjaga. Ini didukung oleh kondisi fundamental ekonomi indonesia yang tetap terjaga.
“Tercermin dari rendahnya defisit transaksi berjalan, memadainya pasokan valas dari korporasi yang terus berlanjut serta komitmen dari Bank Indonesia,” ujarnya.
“Dalam hal ini Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi Indoneisa,” terangnya.
Advertisement