Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan RI melaporkan ada dua tambahan kasus dugaan hepatitis akut yang misterius penyebabnya. Banten melaporkan 1 kasus dugaan hepatitis akut, begitu juga dengan Sulawesi Selatan.
Tambahan dua kasus hepatitis akut tersebut masuk dalam status pending klasifikasi. Maka total kasus dugaan hepatitis akut di RI ada 16 per 23 Mei hingga pukul 16.00 WIB seperti disampaikan Juru Bicara Kementerian Kesehatan dokter Mohammad Syahril SpP.
Advertisement
"16 kasus ini terdiri dari 1 berstatus probable dan 14 masuk dalam pending classification," kata Syahril dalam konferensi pers daring pada Selasa, 24 Mei 2022.
Dengan tambahan dua provinsi ini maka tercatat kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya tersebar di 10 provinsi.
"Jadi, ada 10 provinsi yang sebelumnya delapan ya," kata Syahril lagi.
Ke-16 kasus ini tersebar di DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Barat, Banten, DIY, dan Sulawesi Selatan.
Di luar 16 kasus dugaan hepatitis akut, Syahril juga mengatakan ada 19 kasus yang menjadi discarded atau dikeluarkan. Hal ini karena hasil pemeriksaan menunjukkan pasien tersebut mengalami sakit yang lain. Mereka dikeluarkan dari dugaan hepatitis akut misterius karena 11 pasien menderita DBD, 3 orang sakit bacterial spesis dan 2 2 orang hepatitis A, 1 orang dilated cardiomyopathy, 1 orang drug induced hepatitis dan 1 orang leukemia.
Usia Terbanyak yang Terpapar
Syahril mengatakan anak di bawah lima tahun yang paling banyak jumlahnya dalam kasus dugaan hepatitis akut di RI.
"Kelompok usia terbanyak anak umur nol sampai 5 tahun. Ini ada 11 orang," kata Syahril.
Berikut rincian berdasarkan usia dan jenis kelamin:
Usia
0-5 tahun= 11 orang
6-10 tahun= 3 orang
11-16 orang= 2 orang
Jenis Kelamin
Laki-Laki= 11 orang
Perempuan= 5 orang
Advertisement
Dugaan Penyebab
Hingga kini masih menjadi misteri penyebab hepatitis akut yang terjadi beberapa waktu terakhir. Namun, ada enam dugaan penyebab hepatitis akut itu berdasarkan data UK Health Security Agency, 19 Mei 2022. Dugaan tersebut antara lain adenovirus biasa, adenovirus varian baru, sindrom post-infeksi SARS-CoV-2, paparan obat, lingkungan, atau toksin, patogen baru, kemudian varian baru SARS-CoV-2.
“Ini hipotesis-hipotesis, atau kemungkinan-kemungkinan, atau dugaan-dugaan sebagai penyebab hepatitis akut,” kata Syahril.
Dikatakan Syahril, hipotesis tersebut terjadi di Inggris terutama dan Amerika. Terkait kondisi di Indonesia, tinggal menunggu informasi terbaru hasil penelitian dugaan penyabab hepatitis akut tersebut.
“Nanti kita ikuti saja karena ini baru hipotesis, kita akan mengarah ke 6 hipotesis itu yang menjadi dugaan kuat oleh para ahli atau para ilmuwan,” ucapnya.
Tidak Ada Klaster
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya tidak menimbulkan klaster. Kesimpulan tersebut berdasarkan data penyebaran kasus di dunia.
"Ini di seluruh dunia tidak teridentifikasi adanya klaster," ujar Budi dalam pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) di Kepulauan Riau, Rabu, 18 Mei 2022.
Penyebaran hepatitis akut, kata Budi, sangat lambat. Hal itulah yang membuat hepatitis akut misterius tidak memicu adanya klaster. Sangat berbeda dengan penularan COVID-19 yang sangat cepat.
"Contoh misalnya satu ada kena di sini, kalau klaster itu dua hari lagi, sini, sini, sini, kena. Sehari lagi begitu kena. Artinya apa? Penularannya itu cepat. Ini tidak," jelasnya.
Melambatnya penularan hepatitis akut bisa dilihat di Indonesia. Budi menyebut, kasus hepatitis akut di Tanah Air hanya belasan. Padahal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melaporkan adanya hepat
Advertisement