Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menawarkan empat konsep dalam menghadapi segala bentuk bencana, termasuk pandemi. Sebagai negara rawan bencana, kata dia, pemerintah Indonesia harus siaga dan sigap menghadapi bencana.
Hal ini disampaikan Jokowi saat menghadiri forum Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Nusa Dua Bali, Rabu (25/5/2022). Pertemuan ini diikuti oleh 4.091 delegasi dari 193 negara.
Advertisement
"Dalam GPDRR kali ini, pemerintah Indonesia menawarkan pada dunia konsep resiliensi berkelanjutan sebagai solusi untuk menjawab tantangan risiko sistemik menghadapi semua bentuk bencana," kata Jokowi sebagaimana disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu.
"Termasuk, menghadapi pandemi dan sekaligus mendukung implementasi pembangunan berkelanjutan," sambungnya.
Pertama, dia mengajak dunia memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, dan adaptif menghadapi bencana. Jokowi juga menekankan pentingnya pendidikan aman bencana.
"Pendidikan aman bencana serta kelembagaan pemerintahan dan sosial yang sinergis dan tanggap terhadap bencana harus menjadi prioritas kita bersama," ujarnya.
Kedua, Jokowi mengatakan setiap negara harus berinvestasi dalam sains, teknologi, dan inovasi untuk menghadapi bencana. Termasuk, dalam menjamin akses pendanaan dan transfer teknologi.
Dia menilai pentingnya akses pendanaan untuk pembangunan dan mitigasi bencana. Jokowi menyampaikan Indonesia sudah menyusun strategi pendanaan dan asuransi bencana dengan membentuk dana bersama.
"Serta penggunaan dana pembangunan di tingkat desa melalui dana desa untuk mendukung upaya mitigasi dan kesiapsiagaan," ucap dia.
Jokowi menyarankan dunia membangun infrastruktur yang tangguh bencana dan tangguh terhadap perubahan iklim. Misalnya, membangun pemecah ombak, waduk, tanggul, hutan mangrove, tanaman vetiver untuk anti longsor, hingga ruang terbuka hijau.
"Perlindungan pada masyarakat kelompok rentan yang bertempat tinggal di wilayah beresiko tinggi harus mendapatkan perhatian serius," tutur Jokowi.
Keempat, dia menuturkan semua negara harus berkomitmen mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional maupun lokal. Jokowi mengingatkan soal Kerangka Kerja Sendai, Paris Agreement, serta SDGs yang merupakan persetujuan internasional dalam upaya pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim.
"Saya mengajak seluruh negara untuk berkomitmen dan bersungguh-sungguh untuk mengimplementasikannya," ucap dia.
Menlu Retno Sorot Kemampuan Indonesia Tangani Bencana
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi turut hadir dalam upacara pembukaan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa petang (24/5/2022). Menlu Retno menyorot kapabilitas Indonesia dalam isu kebencanaan.
Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah GPDRR dinilai sebagai bentuk kepercayaan global pada kemampuan Indonesia.
“Pertemuan GPDRR di Indonesia ini menjadi yang pertama kali dilakukan di Asia dengan mengusung tema From Risk to Resilience, mengubah risiko menjadi ketahanan menuju sustainable goals untuk semua,” kata Menlu Retno Marsudi, dilansir pernyaaan esmi GPDRR, Rabu (25/5/2022).
Hingga saat ini, tercatat peserta GPDRR yang mendaftar mencapai 6.000 orang dari 183 negara. Pertemuan masih dilakukan secara hybrid, tetapi lebih dari 80% akan hadir secara fisik di lokasi acara.
Antusiasme ini disebut menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai aktor penting dalam agenda kebencanaan di kawasan Asia Tenggara, Asia-Pasifik, dan dunia. GPDRR menjadi momentum Indonesia melakukan soft diplomacy kepemimpinan dalam agenda kebencanaan dunia paska-pandemi COVID-19.
“Ketuanrumahan GPDRR ini menunjukkan kepercayaan dunia atas kepemimpinan indonesia sebagai champion issue kebencanaan. Kedua, pertemuan ini akan digunakan untuk exchange experience, best practice capacity building, dalam menangani bencana yang tidak terjadi hanya sekali, tetapi dari waktu ke waktu,” pungkas Retno.
GPDRR dinilai sebagai platform multistakeholders yang paling tepat untuk melakukan pertukaran pengalaman dalam memperkuat kemitraan menuju resiliensi berkelanjutan. Multistakeholders yang dimaksud tercermin dari partisipasi perwakilan Non-Governmental Organization (NGO) sebanyak 24%, pemerintah 20%, akademisi 11% dan kalangan bisnis sebanyak 7%.
Pada forum ini, Menlu Retno juga dijadwalkan pertemuan bilateral dengan Abdulla Shahid selaku President of the 76th Session of the United Nations General Assembly dan Amina Mohammed, Deputy Secretary-General of the United Nations.
Advertisement
Diharapkan Jadi Ajang Cari Solusi Terhadap Penanganan Bencana
Sebelumnya dilaporkan, ajang Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) telah dimulai pada Minggu 22 Mei 2022. Berkibarnya Bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua Bali menjadi penanda solidaritas dan kerja sama global.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengajak kepada seluruh yang hadir dalam perhelatan GPDRR 2022 untuk memberikan upaya terbaik demi suksesnya kegiatan tersebut.
Menurut dia, GPDRR ini penting untuk bangkit bersama menuju ketangguhan bangsa dan dunia dalam menghadapi bencana melalui resiliensi yang berkelanjutan.
"Saya mengajak kita semua yang hadir pagi ini untuk memberikan upaya yang terbaik untuk suksesnya kegiatan ini. Mari kita bangkit bersama, bangkit menjadi lebih kuat, menuju ketangguhan bangsa dan dunia dalam menghadapi bencana melalui resiliensi yang berkelanjutan," kata Suharyanto dalam keterangannya seperti dikutip pada Senin (23/5).
Sementara, Perwakilan khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana Mami Mizutori dalam sambutan singkat mengucapkan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia yang telah memfasilitasi kegiatan GPDRR yang ke-7 di Bali.
Dia berharap semoga melalui kegiatan ini didapatkan solusi yang telah dirumuskan sebagai implementasi Sendai Framework sehinggga terjadi ketangguhan bangsa-bangsa dalam menghadapi bencana melalui resiliensi yang berkelanjutan.
"Semoga melalui kegiatan ini didapatkan solusi dan pencapaian praktik-praktik dari implementasi Sendai Framework untuk pengurangan risiko bencana dan lebih meningkatkan ketangguhan secara menyeluruh melalui sustainable resilience," kata Mami Mizutori.