Liputan6.com, Jenewa Anggota Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizatiobn/WHO) kembali memilih Tedros Adhanom Ghebreyesus sebagai Direktur Jenderalnya. Ini merupakan kedua kalinya Tedros terpilih menjadi Direktur Jenderal WHO untuk lima tahun ke depan.
Pemungutan suara yang dilakukan secara tertutup tersebut diumumkan oleh Ahmed Robleh Abdilleh dari Djibouti dalam pertemuan tahunan besar WHO.
Advertisement
Namun, pemilihan kali ini dianggap sebagai formalitas semata. Mengingat Tedros adalah satu-satunya kandidat yang mencalonkan diri untuk menjadi direktur jenderal.
Pemilihan Tedros pun berlangsung cukup meriah. Para menteri berjabat tangan dan memeluk mantan Menteri Kesehatan asal Ethiopia tersebut.
Tak mengherankan, Tedros memang telah memimpin badan PBB tersebut pada masa-masa berat dan bergejolak yang didominasi oleh pandemi COVID-19.
Dirinya menjadi salah satu figur WHO yang begitu aktif memberikan pernyataan dan tindakan terkait COVID-19.
Palu pun diketukkan beberapa kali untuk menyela tepuk tangan meriah dari para hadirin yang datang.
Dalam kesempatan tersebut, Tedros juga menyampaikan apa yang akan menjadi fokus WHO dalam lima tahun kedepan. Dirinya mengungkapkan bahwa WHO akan fokus pada kesiapsiagaan darurat dan peningkatan organisasi tersebut.
"Pandemi ini sangat belum pernah terjadi sebelumnya dan banyak pelajaran yang harus kita pelajari," ujar Tedros mengutip laman Channel News Asia pada Rabu, (25/5/2022).
"Tapi pada saat yang sama kita tidak bisa hanya berhenti sejenak, belajar, dan mengimplementasikan. Bukan berhenti untuk belajar, tetapi sambil belajar mari kita terapkan juga," Tedros menuturkan.
Sempat Menangis
Dalam kesempatan tersebut, Tedros juga sempat meneteskan air mata ketika berbicara soal krisis di Ukraina saat ini.
Tedros juga membahas soal kematian adik laki-lakinya karena penyakit masa kanak-kanak di tengah perang dan kemiskinan beberapa tahun lalu.
"Ketika saya mengunjungi Ukraina, terutama ketika saya melihat anak-anak... Itu adalah gambaran dari 50 tahun lalu yang muncul di pikiran saya, sangat terlihat, sangat mengganggu," ujar Tedros.
"Bau, suara, dan gambar perang. Itulah yang saya lakukan tidak ingin terjadi pada siapa pun," tambahnya.
Atas terpilihnya Tedros sebagai Direktur Jenderal WHO kembali, beberapa negara termasuk Jerman dan Amerika Serikat dengan cepatnya memberikan ucapan selamat.
Menteri Kesehatan Jerman, Karl Lauterbach mengungkapkan bahwa Tedros mendapat 155 dari 160 suara. Hal tersebut dianggap sebagai hasil yang spektakuler.
"Selamat, sepenuhnya layak," ujar Karl dalam unggahannya di Twitter merespons terpilihnya Tedros menjadi direktur jenderal WHO kembali untuk lima tahun kedepan.
Advertisement
Tidak Didukung Negara Asal
Badan Kesehatan PBB menuturkan bahwa Jerman baru-baru ini juga menyalip Amerika Serikat untuk menjadi donor utama WHO.
Dalam kesempatan yang sama, sayangnya, pencalonan masa jabatan kedua Tedros ternyata tidak mendapatkan dukungan dari negara asalnya, Ethiopia. Kabar tersebut diungkapkan langsung oleh majelis utusan Ethiopia.
Hal tersebut terjadi karena adanya gesekan konflik Tigray. Utusan Ethiopia untuk majelis memperjelas bahwa pernyataan Botswana yang memberi selamat pada Tedros tidak mewakili 47 negara dari kelompok Afrika.
"Metode kerja kelompok Afrika yang mapan adalah bekerja dengan konsensus. Saya ingin menunjukkan bahwa tidak ada konsensus. Oleh karena itu, perwakilan terhormat Botswana tidak dapat menyampaikan pernyataan atas nama kelompok Afrika," ujar majelis Ethiopia.
Badan kesehatan PBB menuturkan bahwa Jerman baru-baru ini juga menyalip Amerika Serikat untuk menjadi donor utama WHO.
Kiprah dalam Tangani COVID-19
Sosok Tedros memang seringkali muncul terutama sejak pandemi COVID-19. Berbagai pernyataannya muncul berkaitan dengan pandemi satu ini.
Salah satunya terjadi ketika dirinya memberikan saran pada dunia bila ingin pandemi COVID-19 ini segera berakhir.
Menurutnya, dunia perlu untuk bersatu dan mau mengambil keputusan sulit jika memang diperlukan untuk mengakhiri pandemi COVID-19 tahun depan.
"2022 harus menjadi tahun kita mengakhiri pandemi," ujar Tedros mengutip laman France24.
Dalam kesempatan tersebut, Tedros pun mengakui bahwa semua orang pasti ingin menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga. Serta, ingin segera kembali normal.
Namun, untuk kembali pada kehidupan normal, masyarakat pun perlu untuk melindungi diri. Mengingat kasus-kasus yang dipicu oleh varian Omicron pun menyebar dengan begitu cepat.
Sejak pertama kali dilaporkan oleh Afrika Selatan pada November 2021 lalu, Omicron telah teridentifikasi pada lebih dari 100 negara. Hal tersebut pun membuyarkan harapan terkait pandemi akan segera berakhir.
Meskipun indikasi Omicron dikabarkan tidak lebih parah dari varian Delta, yang mana masih merupakan strain yang dominan, Omicron telah menunjukkan data awal bahwa varian satu ini memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat.
Advertisement