Bunyikan Kulkul, Presiden Jokowi Buka Ajang GPDRR 2022 di Bali

Presiden Joko Widodo membunyikan kulkul sebagai tanda dibukanya ajang Global Flatform For Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di Bali.

oleh Dewi Divianta diperbarui 26 Mei 2022, 12:00 WIB
Presiden Jokowi Buka GPDRR 2022 di Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Nusa Dua - Presiden Joko Widodo bersama Deputy Secretary General dan perwakilan delegasi membunyikan kul-kul atau kentongan Bali pada saat pembukaan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) ke-7 yang berlangsung pada 23 – 28 Mei 2022 di BNDCC, Bali.

Presiden Jokowi memukul kulkul sebagai tanda secara resmi dibukanya ajang pertemuan yang diadakan PBB dalam ajang pertemuan yang diselenggarakan oleh PBB itu untuk meninjau kemajuan, berbagi pengetahuan dan mendiskusikan perkembangan terbaru dalam upaya pengurangan resiko bencana. 

Untuk diketahui, kulkul adalah alat komunikasi dalam organisasi masyarakat tradisional, seperti banjar dan subak di Bali. Alat yang terbuat dari kayu ini biasanya ditempatkan pada bangunan bale kulkul, bangunan ini berada di balai banjar atau pura.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, dan juga Ketua Sekretariat Panitia Nasional Penyelenggara GPDRR, Raditya Jati, mengatakan kulkul memiliki makna erat dengan isu GPDRR, yaitu pengurangan risiko bencana.

"Dengan memukul kulkul, bunyi yang dihasilkan merupakan peringatan dini kepada masyarakat," katanya di lokasi GPDRR Nusa Dua, Bali, Rabu (25/5/2022).

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kulkul Alat Peringatan Pertama Saat Bencana

Presiden Jokowi Buka GPDRR 2022 di Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Menurutnya, peringatan dini sangat erat berkaitan dengan pengurangan risiko bencana. Dirinya melanjutkan, kulkul telah menjadi bagian dari masyarakat Bali dan tetap hidup di dalam masyarakat dan menjadi bagian dari sistem peringatan dini bencana.

Ia menyebut kulkul adalah bentuk kearifan lokal dari Indonesia sebagai praktik baik dalam pengurangan risiko bencana.

"Kearifan lokal seperti diharapkan terus hidup menjadi bentuk resiliensi berkelanjutan. Akhirnya peringatan dini ini dapat menyelamatkan masyarakat setempat dari ancaman bencana," tutur dia.

Dirinya menambahkan, di masyarakat Jawa mengenal alat serupa, yaitu kentongan dengan ketukan tertentu, bunyi yang dihasilkan memberikan peringatan.

Sementara itu, pembukaan GPDRR itu juga dihadiri oleh Wakil Presiden Zambia Y.M. Mutale Nalumango, Deputi Sekretaris Jenderal PBB Y.M. Amina Mohammed, Presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-76 Y.M. Abdulla Shahid, Special Representative of the Secretary-General for Disaster Risk Reduction Mami Mizutori, serta Para Menteri Kabinet Indonesia Maju, utamanya Menko PMK, Menteri Luar Negeri, dan Kepala BNPB sebagai Ketua dan Wakil Ketua I Panitia Nasional GPDRR 2022.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya