Liputan6.com, Jakarta - Bandara Changi Singapura terus berbenah menyambut kunjungan wisatawan asing dan mereka yang tiba dari luar negeri. Mereka bersiap meluncurkan inisiatif verifikasi biometrik untuk menggantikan pemeriksaan boarding pass saat melewati imigrasi.
Teo Chee Hean, Menteri Koordinator Keamanan Nasional Singapura mengatakan pada Selasa, 17 Mei 2022, bahwa mereka masih mengerjakan persiapan untuk verifikasi biometrik di berbagai titik kontak keberangkatan. Jika terwujud, wisatawan asing maupun pelancong tidak lagi harus menunjukkan identitas fisik atau dokumen perjalanan.
Baca Juga
Advertisement
Langkah itu diambil tidak hanya untuk meningkatkan pengalaman pengguna, tetapi juga mencegah kejadian yang tidak diinginkan untuk penerbangan aman dan sehat pasca-pandemi. Itu disampaikannya dalam dialog tertutup di Changi Aviation Summit.
Mengutip laman Strait Times, Kamis, 26 Mei 2022, inisiatif itu ditargetkan akan mulai diterapkan secara bertahap pada akhir tahun ini. Rekaman pidato Teo juga sudah dipublikasikan di laman Kantor Perdana Menteri pada Rabu, 18 Mei 2022.
Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA) Singapura sebelumnya mengatakan di masa depan, penduduk Singapura yang tiba ataupun meninggalkan Bandara Changi akan bisa melewati imigrasi tanpa perlu menunjukkan paspor mereka. Sebagai gantinya, identitas mereka akan diverifikasi menggunakan iris dan biometrik wajah saat melewati gerbang pemeriksaan.
Awal bulan ini, ICA juga mengatakan bahwa turis asing yang telah mendaftarkan data biometrik wajah dan iris mereka pada kunjungan pertama ke Singapura, akan bisa untuk mendapatkan izin imigrasi otomatis pada perjalanan berikutnya, mulai semester II tahun ini. Ini sejalan dengan target agensi untuk menjadikan izin otomatis sebagai norma bagi semua pelancong mulai 2023.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penguatan Keamanan
Teo mengatakan sektor penerbangan harus mengambil kesempatan untuk meningkatkan tingkat layanannya dan mengubah pengalaman pelanggan. "Teknologi dan digitalisasi adalah kuncinya," tambahnya.
Teo mengatakan pada saat yang sama, keamanan siber harus diperkuat untuk memproteksi data konsumen dan memastikan sistem penerbangan benar-benar tanggung, khususnya saat semuanya sering berkaitan. Mengamankan sistem reservasi penumpang dan sistem pengendali lalu lintar udara, misalnya, harus menjadi tanggung jawab kolektif.
"Sistem apapun hanya seaman tautan terlemah," ujar menteri.
Ia menambahkan, prioritas lainnya adalah keselamatan penerbangan seiring disrupsi yang disebabkan oleh kondisi pandemi Covid-19 telah menimbulkan risiko, baik lama maupun baru. Teo menyebut terutama dalam perawatan pesawat dan menjaga kompetensi pengendali lalu lintas udara dan pilot.
Dalam hal ini, Singapura merilis Rencana Keselamatan Penerbangan Nasional pertama pada bulan lalu. Di dalamnya disusun 50 tindakan yang akan diterapkan industri penerbangan Singapura selama tiga tahun ke depan. Negara-negara lain seperti India, Prancis, dan Australia telah merilis rencana serupa.
Advertisement
Bergerak ke Ramah Lingkungan
Teo juga menegaskan kembali peran penting sektor penerbangan dalam memerangi perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon.
"Data yang kami miliki, diperkuat oleh gambar yang kami lihat, dan pengalaman nyata yang kami temui saat kami terbang keliling dunia, memberi tahu kami bahwa kami perlu menangani masalah perubahan iklim ini dengan segera dan tegas," ujarnya.
Ia menambahkan, sektor penerbangan harus mencari tujuan ambisius, jangka panjang, dan aspirasional. Ini berarti melihat seluruh rantai penerbangan dari pesawat yang lebih efisien, operasi penerbangan dan darat, bahan bakar hijau hingga pembiayaan hijau.
"Maskapai harus didorong untuk memprioritaskan pembelian armada yang paling hemat bahan bakar," ujar Teo.
Rute penerbangan juga harus dioptimalkan dengan meningkatkan manajemen lalu lintas udara. Tujuannya untuk mengurangi pembakaran bahan bakar, emisi, dan biaya secara signifikan.
Singapura telah memulai pengembangan sistem layanan navigasi udara generasi terbaru. Teo menyebut sebelumnya bahwa sistem itu akan mulai dioperasikan pada akhir 2020.
Tantangan Kembar
Teo menyatakan sistem itu akan menggabungkan navigasi berbasis satelit dan teknologi komunikasi untuk meningkatkan ketepatan jalur penerbangan dan memungkinkan penempatan rute dan tingkat penerbangan yang lebih optimal.
Sistem itu juga akan memungkinkan konsep termutakhir dan baru untuk diterapkan. Hal itu guna meningkatkan prediktabilitas dan efisiensi penerbangan sekaligus mengurangi kemacetan.
Koordinasi antara penyedia manajemen lalu lintas udara juga harus ditingkatkan. "Bila Anda meningkatkan manajemen lalu lintas udara, meningkatkan peraturan lalu lintas udara, mengurangi waktu penerbangan, dan mengurangi waktu tunggu, semua orang diuntungkan," tambah Teo.
Terkait bahan bakar hijau, ia mengatakan sektor penerbangan akan membutuhkan kerja sama dengan sektor energi untuk mengembangkan dan menskalakan teknologi yang paling layak. Hal itu juga harus memanfaatkan model pembiayaan hijau baru untuk mengejar berbagai solusi dekarbonisasi.
Tantangan kembar Covid-19 dan perubahan iklim menghadirkan peluang untuk menata kembali penerbangan."Kita dapat mengubah industri untuk masa depan yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Pelanggan, pemegang saham, dan lembaga keuangan kita akan menuntut ini, suka atau tidak suka," tutupnya. (Natalia Adinda)
Advertisement